Minggu, 05 Januari 2014

Batu Lima



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani diperlukan di semua jenjang pendidikan terutama pada jenjang sekolah dasar (SD) karena pada masa usia sekolah dasar, pertumbuhan dan perkembangan anak disebut sebagai usia emas dan pada masa itu keadaan fisik maupun seluruh kemampuannya sedang tumbuh dan berkembang. Misalnya, secara fisik anak akan terlihat lebih tinggi atau lebih besar sesuai dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan sebagai proses dalam pertumbuhan dan perkembangan berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang sangat menentukan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pendidikan jasmani sangat erat kaitannya dengan gerak. Gerak bagi anak sebagai aktivitas jasmani merupakan salah satu tuntutan kebutuhan hidup yang diperlukan, yaitu sebagai dasar untuk belajar mengenal alam sekitar dalam usaha memperoleh berbagai pengalaman berupa pengetahuan dan keterampilan, nilai dan sikap, maupun untuk belajar mengenal dirinya sendiri sebagai mahluk individu dan mahluk sosial dalam usaha penyesuaian dan mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Seiring dengan kemampuan berkomunikasi, anak menikmati permainan-permainan yang dikenalkan oleh orang dewasa. Permainan apapun akan dianggap menarik oleh seorang anak. Anak akan mengulang dan mengulang permainan yang telah dipelajari, apabila menemui hal yang baru dia akan mencoba hal baru tersebut tanpa memikirkan apakah akan berhasil atau tidak. Anak kecil memiliki kelemahan dalam hal konsentrasi, anak tidak dapat mempertahankan konsentrasi dalam waktu yang lama, sehingga anak akan sulit untuk diajari dan cenderung akan mengulang permainan-permainan yang disenangi. Setelah anak mengenal sosialisasi dan memiliki keterampilan dasar motorik anak akan senang dengan permainan yang bersifat aktif dan imajinatif. Permainan kejar-kejaran atupun petak umpet adalah permainan favorit anak sampai memasuki usia sekolah dasar kecil (kelas bawah). Yang perlu menjadi catatan bahwa anak sangat peka dengan musik. Dengan kemampuan alami dibidang imajinasi anak dapat secara otomatis mengikuti irama dan menciptakan gerakan atupun nyanyian yang baru berdasarkan imajinasi mereka.
Secara fisik dengan bermain anak melibatkan seluruh anggota tubuh untuk bergerak. Dengan bergerak maka anak mendapat rangsangan sehingga organ tubuh akan mengalami rangsangan dan membawa efek yang bagus untuk pertumbuhan badan. Secara konseptual permainan memberi efek mengembangkan keterampilan untuk memiliki ataupun meningkatkan bahkan pengayaan kemampuan gerak (maturasi). Bagi anak belajar itu adalah bermain dan bermain adalah belajar. Banyak pesan positif terkandung dari setiap permainan. Secara umum, permainan adalah sesuatu yang dimainkan untuk bermain yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan. Permainan dibagi atas dua yaitu permainan tradisional dan permainan untuk modern. Di berbagai daerah khususnya di Bali, terdapat banyak jenis permainan tradisional misalnya pemainan batu lima yang akan dibahas pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1)   Bagaimana riwayat permainan tradisional batu lima?
2)   Apa sarana dan prasarana yang diperlukan dalam permainan tradisional batu lima?
3)   Bagaimana aturan permainan tradisional batu lima?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1)   Untuk mengetahui riwayat permainan tradisional batu lima.
2)   Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang diperlukan dalam permainan tradisional batu lima.
3)   Untuk mengetahui dan memahami aturan permainan tradisional batu lima.


1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan  dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1)   Bagi mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi mahasiswa untuk menambah pengetahuannya mengenai permainan tradisional batu lima.
2)   Bagi penulis
Melalui makalah ini penulis dapat memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pendidikan Jasmani.























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Riwayat
Olahraga tradisioanal batu lima sesungguhnya telah dikenal di beberapa daerah di Bali. Permainan ini cepat populer di masyarakat karena mempunyai manfaat yang sangat baik terhadap pembentukan individu secara keseluruhan. Selain itu permainan ini sangat mudah untuk dilakukan karena tidak memerlukan biaya yang besar serta lebih cepat mendapatkan kesenangan bagi setiap pemain. Anak-anak baik putra maupun putri biasanya yang masih duduk di sekolah dasar (SD) sangat cocok untuk permainan ini, selaras dengan perkembangan jasmani dan rohani yang sedang memerlukan rangsangan yang berupa gerak. Permainan ini sudah berkembang sejak dahulu dan tidak diketahui secara pasti kapan mulainya begitu pula siapa yang mengembangkannya. Khusunya di daerah Buleleng permainan ini sudah dikenal di desa-desa, bahkan di Bali hampir disemua kabupaten telah mengenalnya hanya saja permainan ini memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah.
2.2  Sarana dan Prasarana
Ada beberapa ssarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang perainan batu lima yakni sebagai berikut.
a.       Peralatan
Dalam setiap cabang olahraga memang secara khusus mempunyai peralatan dan perlengkapan sendiri-sendiri. Pada permainan batu lima ini hanya diperlukan satu bola tenis dan lima lempengan batu, biasanya batu lempeng ini dibuat dari pecahan genteng. Pecahan genteng dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk agak bundar dengan diameter kurang lebih antara 4 cm sampai 5 cm dengan ukuran tebal kurang lebih 1 cm.
b.      Pakaian
Dalam permainan batu lima, sebaiknya pemain mengenakan pakaian olahraga, namun kenyataannya masih banyak pakaian yang dikenakannya itu adalah pakaian sehari-hari atau dapat mengenakan pakaian bebas.
c.       Lapangan Permainan
Lapangan main batu lima biasanya dapat mengambil tempat secara bebas berdasarkan kesepakatan dari pemain yang bermain dan tempat tersebut dianggap aman dan tidak menggangu lingkungan sekitar.

2.3  Aturan Permainan
Dalam permainan batu lima, tidak ada peraturan main yang mengikat, tetapi peraturan yang dipakai biasanya berdasarkan kesepakatan bersama antar pemain. Berikut ini akan dipaparkan mengenai aturan permainan batu lima tersebut.
a.       Jumlah Pemain
Permainan olahraga tradisional main batu lima ini dapat dimainkan oleh dua orang atau lebih. Dengan demikian permainan ini dapat dilakukan secara perorangan maupun secara beregu, dan dapat dimainkan oleh anak-anak usia sekolah dasar baik laki-laki maupun perempuan
b.      Jalannya permainan
1)      Sebagaimana biasa sebelum permainan dimulai, masing-masing regu akan mengadakan undian, dari hasil undian ini aka nada satu regu yang disebut regu penjaga atau regu lapangan dan satu lagi disebut regu pemukul.
2)      Regu penjaga salah satu dari anggotanya supaya berada lebih dekat dengan batu tumpukan atau sebagai penjaga dan berdiri dibelakang tumpukan batu lima. Kemudian anggota lainnya menyebar mencari tempat yang strategis.
3)      Regu pemukul akan dapat memukul secara bergantian sesuai dengan nomor urutnya masing-masing dengan jarak 3 meter atau dengan jarak yang telah ditentukan.
4)      Masing-masing anggota mendapat hak untuk memukul sebanyak 3 kali. Apabila sebelum tiga kali melempar sudah mengenai tumpukan batu lima, maka anggota yang melempar lari (menyebar). Tugas dari regu pelempar tadi berusaha untuk menumpuk kembali batu lima yang telah kena lemparan, disamping itu harus berusaha juga untuk menghindari lemparan bola (pukulan) dari lawan (regu penjaga). Pada waktu regu penjaga memainkan bola atau mengadakan lempar tangkap sebelum melakukan pukulan terhadap regu pemukul, sementara regu pemukul berusaha untuk menumpuk batu lima tersebut.
5)      Sebelum batu lima semuanya tertumpuk, kemudian salah seorang anggota regu pemukul kena pukulan/lemparan dari regu penjaga, maka akan terjadi pertukaran atau pergantian, yang semula menjadi regu penjaga akan menggantikan menjadi regu pemukul.
6)      Sebaliknya batu sampai tertumpuk, belum juga dari regu penjaga dapat memukul/mematikan regu pemukul, maka regu pemukul dapat menginginkan permainan tersebut dalam hal ini regu penjaga tetap menjaga tumpukan batu lima dan permainan dapat diteruskan lagi.
c.   Perwasitan
Dalam permainan batu lima ini tidak diperlukan adanya wasit, tetapi wasit langsung dari pemainnya sendiri. Dalam hal ini masing-masing anggota regu supaya dapat menjungjung tinggi sportivitas dalam  olahraga.

2.4  Komponen Aktivitas Fisik yang Dominan
Dalam permainan batu lima ini, unsur-unsur gerak yang dominan dilakukan oleh para pemain antara lain sebagai berikut.
a.       Ketepatan
b.      Kelincahan
c.       Kekuatan
d.      Daya tahan
Olahraga tradisional main batu lima ini termasuk permainan adu keterampilan, ketepatan, kelincahan dan kerjasama yang baik. Mengingat permainan batu lima dapat dimainkan oleh regu, jelaslah prinsip kerjasama antar pemain mutlak diperlukan. Oleh karena itu setiap individu harus memiliki sifat toleransi, saling percaya kepada teman rela berkorban demi menjaga kerjasama yang baik. Permainan batu lima harus mendapatkan kesenangan setiap individu yang melakukannya. Permainan batu ini sudah mendapatkan perubahan-perubahan atau modifikasi, kemudian untuk dikembangkan menjadi olahraga prestasi perlu ditinjau kembali secara seksama. Cidera bisa terjadi apabila pemain satu dengan pemain lainnya saling bertabrakan dan akibat lemparan bola yang keras.






























BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)      Olahraga tradisioanal main batu ini sesungguhnya telah dikenal dibeberapa daerah di Bali. Permainan ini cepat popular dimasyarakat, karena mempunyai manfaat sangat baik terhadap pembentukan individu secara keseluruhan. Permainan tradisional batu lima sebenanya ada di berbagai daerah di Bali, hanya saja memiliki nama yang berbeda.
2)      Sarana dan prasana permainan tradisional batu lima terdiri dari peralatan, pakaian dan lapangan permainan.
3)      Aturan permainan radisional batu lima terdiri atas banyaknya jumlah pemain, jalannya permainan, serta perwasitan.

3.2  Saran
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman para pembaca agar lebih memahami tentang permainan tradisonal yang ada di masing-masing kabupaten di Bali.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar