BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pulau
Bali memiliki berbagai macam budaya. Salah satunya adalah permainan tradisinal.
Hampir semua kabupaten dan kota memiliki permainan tradisional. Permainan tradisional ini biasanya memiliki
sejarah tersendiri dari suatu daerah atau kabupaten yang memiliki keunikan dan
ciri khas masing-masing.
Permainan
tradisional yang ada di Kabupaten Buleleng adalah permainan Megoak-goakan. Nama
megoak-goakan ini diambil dari nama burung Gagak (Goak yang gagah) yang
terilhami ketiks melihat burung Gagak ini tengah mengincar mangsanya. Kegiatan
megoak-goakan ini merupakan pementasan ulang dari sejarah kepahlawanan Ki Barak
Panji Sakti yang dikenal sebagai Pahlawan Buleleng Bali ketika menaklukkan
Kerajaan Blambangan di Jawa Timur.
Sampai
saat ini Permainan Megoak-goakan ini secara turun-temurun terus dilaksanakan
dan dijaga kelestariannya. Ketika merayakan acara Megoak-goakan ini, suasana
kekeluargaan dan kegembiraan yang merayakannya akan sangat terasa. Meskipun tak
jarang para peserta harus jungkir balik dalam melaksanakan permainan ini. Namun
hal itu tidak akan menyurutkan semangat dan antusiasme peserta dalam mengikuti
permainan.
Maka
dari itu perlu kita untuk mengetahui lebih mendalam tentang sejarah Permainan
Megoak-goakan, sistem permainan, kaidah-kaidah permainan agar kit adapt
melaksanakan permainan dengar benar. Sehingga nantinya tidak menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yaitu sebagai
berikut.
1)
Bagaimanakah
sejarah permainan tradisional Megoak-goakan?
2)
Bagaimanakah
sistem permainan tradisional Megoak-goakan?
3)
Apa saja
sarana-prasarana yang diperlukan dalam permainan tradisional Megoak-goakan?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1)
Dapat mengetahui
dan memahami sejarah permainan tradisional Megoak-goakan.
2)
Dapat memahami
dan menjelaskan sistem permainan tradisonal megoak-goakan.
3)
Dapat mengetahui
sarana-prasarana yang diperlukan dalam permainan tradisional Megoak-goakan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah
Permainan Tradisional Megoak-goakan
Permainan
tradisional tidak terlepas dari keberadaan sosok pemimpin Buleleng yang bernama
Ki Barak Panji Sakti. Awal perjalanan Ki Barak Panji Sakti sempat melakukan
pemberhentian di daerah Wanagiri tepatnya di Pura Yeh Ketipat yang dikenal saat
ini sebelum menginjakkan kakinya tepat di Buleleng. Dari tempat peristirahatan
ini Ki Barak Panji Sakti melihat dari kejauhan kesuburan wilayah Buleleng. Hal
ini semakin menggugah minat Ki Barak Panji Sakti untuk datang ke Buleleng.
Dengan tidak sengaja, Ki Barak Panji Sakti menancapkan Keris di sekitaran
pemberhentiannya dan secara tidak langsung muncul sumber air yang saat ini
dibangun pura dengan nama pura Yeh Ketipat. Disana merupakan salah satu bukti
bahwa kesaktian Ki Barak Panji Sakti terkenang sampai saat ini. Yang mana saat
ini sumber air tersebut dimanfaatkan sebagai tirta oleh masyarakat Kabupaten
Buleleng dalam menyelesaikan yadnya.
Dalam perjalanan
menuju ke Singaraja, kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Singaraja yang salah
satunya adalah kerajaan Jagaraga dan yang lainnya tunduk terhadap kesaktian Ki
Barak Panji Sakti. Entah bagaimana caranya Ki Barak Panji Sakti telah menguasai
kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Singaraja sehingga beliau saat ini telah
menjadi seorang Raja yang memimpin Kabupaten Buleleng yang menaungi seluruh
kerajaan kecil yang ada di Kabupaten Buleleng.
Suatu ketika,
kesaktian Ki Barak Panji Sakti terdengar oleh kerajaan Blambangan yang ada di
Jawa Timur. Kerajaan Blambangan ingin menundukkan Ki Barak Panji Sakti dan
mengambil daerah kekuasaan Singaraja. Dalam hal ini Ki Barak Panji Sakti tidak
begitu saja menyerahkan daerah kekuasaannya. Beliau berperang dan belum
berhasil menghadapi kerajaan Blambangan. Sampai akhirnya peperangan yang
dilakukan tidak membuahkan hasil dan membuat strategi baru untuk mengalahkan
Kerajaan Blambangan.
Konon pada suatu
hari Ki Panji Sakti yang sudah berstatus sebagai Raja sedang termenung
memikirkan cara yang tepat untuk mengalahkan Blambangan. Tiba-tiba beliau
tersentak, karena dihalaman istana para pemuda sedang bermain megoak-goakan.
Beliau mendapat satu gagasan bahwa permainan magoak-goakan ini dapat
dimanfaatkan untuk mencapai keinginannya yaitu menaklukkan kerajaan Blambangan
di Jawa Timur.
Pada suatu hari
diundanglah para narapraja Negara keistanaan. Mereka diajak bermain
magoak-goakan. Para narapraja tidak tahu apa maksud baginda raja mengajak
bermain magoak-goakan. Komandan narapraja diminta menjadi pemimpin barisan dan
raja sendiri menjadi goak. Begitu permainan dimulai, raja yang menjadi goak
dengan gesit dan cerdiknya dapat memperdayai kepala barisan dan berhasil
menangkap ekor barisan. Sebagai pemenang, Raja Panji Sakti berhak meminta
sesuatu kepada barisan. Komandan nara praja yang dalam hal ini bertindak
sebagai kepala barisan menanyakan kepada si Goak
apa yang diinginkan. Segala permintaan dipenuhi. Si Goak alias Raja Panji Sakti meminta daerah blambangan agar menjadi
wilayah Buleleng. Komandan narapraja agak terperangah sejenak mendengar
permintaan Raja Paji Sakti yang agak aneh ini. Tetapi permainan harus dipenuhi.
Maka secara serentak seluruh anggota barisan bersorak dan akan memenuhi
keinginan si Goak untuk menaklukkan
daerah Blambangan sehingga menjadi daerah Buleleng. Hal inilah yang digunakan
Ki Barak Panji Sakti untuk membangkitkan semangat para prajurit yang awalnya
sudah berputus asa dalam berperang melawan Kerajaan Blambangan. Maka daerah
Blambangan akan dihaturkan kepada si Goak
sebagai hadiah sesuai permintaan si Goak
dalam waktu yang singkat. Nama megoak-goakan ini di ilhami dari seekor binatang
yang bernama Burung Gagak atau dalam bahasa bali di kenal dengan Goak yang
sedang mengincar mangsanya. Maka sejak itu terkenallah istilah TARUNA GOAK, yang terdiri dari narapraja
Buleleng, yang siap untuk menyerang Blambangan. Raja tersenyum dan girang
menyaksikan siasatnya itu untuk meningkatkan semangat prajuritnya berhasil
dengan sempurna. Tak lama kemudian, taruna Goak
Buleleng dengan gagah perkasa menyerang Blambangan dan dalam waktu yang
relative singkat kerajaan Blambangan tertekuk lutut kepada barisan Goak Buleleng ini. Sejak saat itu
permainan magoak-goakan makin memasyarakat dan selalu dihubungkan dengan nama
Panji Sakti.
Kejadian ini
terjadi pada abad ke-17 dimana raja Ki Barak Panji Sakti memerintah kerajaan
Buleleng dengan istana di Desa Panji yang sekarang. Permainan magoak-goakan ini
terus berkembang, terutama di Desa Panji yang diadakan pada waktu ngembak geni
di Hari raya Nyepi.
Pada awalnya tradisi
magoak-goakan itu dilaksanakan untuk memperingati HUT Kota Singaraja tepatnya
Hari Panji Sakti tanggal 30 Maret. Setelah adanya perayaan Nyepi, maka untuk
mengisi kepenatan berdasarkan paruman Desa Pakraman Panji maka diadakan pertunjukan
rakyat seni magoak-goakan. Sampai saat ini masih di abadikan permainan tradisional
magoak-goakan. Permainan ini tidak lagi hanya dimainkan di Desa Panji saja
melainkan sudah menyebar dengan adanya modifikasi bentuk permainan tanpa
menghilangkan makna dari permainan itu sendiri. Beberapa desa yang sudah
mengadopsi permainan ini yang sudah dimodifikasi antara lain : Desa Banyuning
dan Desa Anturan. Sejarah dari permainan tradisonal magoak-goakan memang
tersedia dalam bebagai versi namun tidak terlepas dari peran Ki Barak Panji
Sakti dalam menyerang Kerajaan Blambangan.
2.2
Sistem
Permainan
Acara
megoak-goakan terdiri dari beberapa orang yang membentuk barisan, dan saling
memegang satu sama lain. Masing-masing orang memakai ikat pinggang yang akan
menjadi pegangan orang dibelakangnya. Ikat pinggang yang digunakan senyaman
mungkin sehingga saat ditarik oleh teman tidak menyakitkan. Orang yang berada
paling depan atau Kepala Goak bertuga
untuk mengejar orang yang paling belakang sehingga akan terjadi tarik menarik
antara pemain, bagian inilah yang membuat badan pemain akan pegal-pegal namun
inilah serunya permainan ini.
Media bermain
dalam acara magoak-goakan ini umumnya merupakan tanah yang tergenangi air.
Karena dilaksanakannya di lapangan Desa Panji maka untuk mengairinya para
pemain sebelumnya harus membendung air sungai yang berada di dekatnya sehingga
lahan akan menjadi becek dan berlumpur. Biasanya jika pementasan acara
magoak-goakan di Desa Pakraman Panji ini para petani mengalag untuk tidak
mengairi sawahnya.
Magoak-goakan
yang terjadi di Desa Pakraman Panji saat Ngembak
Geni pada umumnya terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok anak-anak dan
kelompok remaja atau dewasa. Saat ini permainan magoak-goakan sudah tersebar di
berbagai desa bahkan telah dimodifikasi dari berbagai sector sehingga terlihat
baru tanpa mengindahkan makna-makna yang terkandung didalamnya. Ada yang
menyebutnya permainan Goak dengan
ular ada yang menganggap permainan ini sebagai pertarungan melawan musuh dengan
cara mengalahkan orang terpenting dalam pasukan tersebut. Namun pada intinya
tidak mengurangi makna dari permainan itu sendiri dan tidak jauh berbeda dari
permainan aslinya.
Pemain
dalam melakukan permainan ini tidak ada kewajiban tertentu. Yang paling penting
ada yang sebagai pencari dan ada yang sebagai orang yang dicari. Di beberapa
informasi saat ini permainan magoak-goakan sangat bervariasi. Permainan
magoak-goakan ada yang perorangan dan ada yang beregu. Yang dimaksud dengan
perorangan ialah seorang menjadi goak dan satu regu lainnya merupakan barisan
seperti ular yang banyaknya lebih dari dua orang. Sedangkan permainan beregu
terdiri atas dua regu masing-masing regu terdiri atas lima orang. Makin banyak
pemainnya maka permainan ini semakin seru.
Permainan ini
terdiri dari laki-laki atau perempuan, atau dapat pula bercampur antara
laki-laki dan perempuan dalam satu regu. Usia tak terbatas, tua muda dan
anak-anak dapat mengikuti permainan ini. Tetapi sebaiknya tiap regu terdiri
atas jenis kelamin yang sama dan berumur sebaya dan melawan lawan yang juga
sama dalam jenis kelamin dan umur.
A.
Kedudukan permainan adalah sebagai
berikut:
1. Seorang,
biasanya yang paling besar dan kuat biasanya sebagai kepala barisan. Tugasnya
ialah menjaga keutuhan barisan dan menghalangi si Goak mengangkap ekor barisan.
2. Seorang,
wakil dari regu lawan atau perorangan menjadi Goak. Dia bertugas menangkap buntut secepatnya, misalnya dalam
waktu 5 menit. Jika dalam waktu itu tidak tertangkap maka Goak dianggap kalah.
3. Orang-orang
yang tak seregu dengan si Goak,
menyusun barisan dibelakang kepala barisan, dengan memeluk pinggang didepannya
erat-erat tak terlepas. Selama permainan berlangsung, pinggang teman didepan
harus dipegang terus tak boleh dilepas.
B.
Aturan permainan:
a) Cara
bermain
1.
Dua buah regu yang masing-masing terdiri
atas minimal lima orang, mengadakan undian untuk menentukan regu mana yang akan
bertugas sebagai ular memanjang berderet kebelakang, tiap anggota regu memeluk
anggota regu didepannya, dan regu yang lain bertindak sebagai gagak.
Cara mengundinya
ialah masing-masing kepala regu yang saling berhadapan dengan lawannya, saling
tarik menarik tangan. Kepala regu yang menarik lawannya kearah dirinya,
dianggap sebagai pemenang dan dia berhak menjadi Goak atau gagak. Sedangkan regu yang kalah, bertugas sebagai ular.
2.
Setelah semua siap, maka wasit akan
memberikan aba-aba agar pamain menempati posisi masing-masing. Goak berdiri di depan kepala ular.
Anggota regu satu yang lain berdiri diluar lapangan sebagai penonton. Sedangkan
anggota regu dua berbaris dibelakang kepala ular dan memeluk masing-masing
pinggang teman didepannya. Anggota regu dua yang paling belakang dipilih orang
yang paling lincah bergerak disebut ekor ular.
3.
Aba-aba kedua diberikan oleh wasit.
Permainan megoak-goakan dimulai. Goak
harus memegang pemain yang menjadi ekor ular dengan segala cara. Sedangkan
pamain yang bertindak sebagai kepala ular, harus menghalang-halangi usaha si Goak untuk mematok ekornya. Biasanya
tangan direntangkan kesamping untuk menghalangi gerakan menyusup dari gagak
untuk lari kebelakang menuju ke ekor ular. Badan dan ekor ular yang terdiri
dari pemain-pemain yang saling merangkul pinggang teman didepannya ikut pula
bergerak meliuk-liuk mengikuti arah gerakan kepala, menjauhi si Goak. Goak dan ular bebas bergerak asal masih di dalam batas lapangan
yang telah disepakati sebelumnya.
b) Kalah–menang
Kalah menang
ditentukan oleh beberapa hal antara lain:
1.
Jika Goak
dalam batas waktu 5 menit tidak dapat memegang ekor, maka regu Goak dinyatakan kalah. Dan regu ular
dinyatakan sebagai pemenang.
2.
Sebaliknya, kalau dalam waktu kurang
dari 5 menit, Goak dapat menangkap
pemain yang menjadi ekor maka regu Goak
dinyatakan sebagai pemenang. Dan regu ular berada di pihak yang kalah.
3.
Ada pula peraturan yang mempergunakan
sistem nilai. Bila si Goak dalam
menangkap ekor kurang dari 5 menit diberikan nilai “5” untuk regu Goak. Dan regu ular mendapat nilai “0”.
Jika setelah batas waktu 5 menit si Goak
tidak bisa menangkap ekor ular, maka regu ular mendapat nilai “5”, sedangkan
regu Goak mendapat nilai “0”. Nilai
akan dikurangi apabila ada pamain yang keluar dari batas garis lapangan
permainan. Setiap pemain yang keluar dari garis ini nilainya dipotong sebesar
“1”.
4.
Setiap 5 menit, satu babak permainan
dianggap selesai. Untuk babak berikutnya, akan terjadi pergantian posisi regu.
Regu yang semula menjadi Goak akan
berfungsi menjadi ular. Anggotan regu Goak
yang tadinya sebagai penonton sekarang ikut masuk kedalam permainan menjadi
ular. Sedangkan yang tadinya menjadi ular akan menjadi penonton. Hanya seorang
wakil regu yang bertugas sebagai Goak
dan permainan pun dapat dimulai lagi.
5.
Permainan ini dapat berlangsung sampai
beberapa babak, rata-rata sebanyak 5 babak.
6.
Setelah babak selesai baru dihitung
nilainya untuk menentukan kalah menang regu.
7.
Hukuman diberikan kepada regu yang
bermain kasar misalnya: memukul ataupun menendang dengan sengaja akan diberikan
hukuman dengan peringatan dan nilai dipotong pada setiap pelanggaran sebesar
“1” nilai.
8.
Juri berperan untuk mengawasi dan
mengatur jalannya pertandingan yang dibantu oleh 4 orang penjaga garis dan satu
orang pencatat.
Kemungkinan terjadinya
cedera pada permainan megoak-goakan ini tidaklah besar. Cedera akibat jatuh
pada waktu berlari, berupa luka lecet, pergelangan kaki keseleo, berturan badan
dengan lawan atau sesame teman, yang paling mungkin terjadi. Tetapi pada
umumnya jarang sekali hal yang demikian terjadi.
2.3
Sarana-prasarana
A.
Pakaian
Pakaian yang
digunakan pemain biasanya berwarna hitam sesuai dengan warna Goak. Mereka menggunakan pakaian yang
ketat agar mudah bergerak. Ada yang memakai baju ada pula yang telanjang dada.
Kadang-kadang memakai bunga pucuk merah di telinga kanan masing-masing pemain.
Pada waktu
sekarang ini kebanyakan memakai pakaian olahraga dengan celana sport dan baju
kaos dengan warna bermacam-macam sesuai dengan selera masing-masing.
Kadang-kadang ada yang memakai ikat pinggang dari kain yang dapat dipegang oleh
pemain yang berada di belakangnya agar tak mudah lepas dari barisan pada waktu
permainan berlangsung.
B.
Lapangan
Diperlukan
lapangan yang datar dengan ukuran 10x10 meter atau makin luas semakin baik.
Batas lapangan harus jelas dan tak ada benda-benda yang dapat menghalangi
pemain bergerak dilapangan. Di Desa Pakraman Panji biasanya dalam melakukan
permainan tradisional magoak-goakan menggunakan lapangan yang becek dan
berlumpur yang awalnya telah diairi, namun terkadang juga dapat dilakukan di
jalanan luas yang ada di Desa Pakraman Panji tepatnya di depan Bhuana Kerta.
C.
Alat musik
Dalam melakukan
permainan magoak-goakan, biasanya diiringi dengan tetabuhan gong, namun ada
pula yang hanya menyanyikan lagu “khas”
magoak-goakan. Namun seiring perkembangan permainan ini, bahkan saat ini telah
dilaksanakan disekolah-sekolah sehingga tidak memungkinkan untuk memakai
tetabuhan yang memerlukan peralatan yang sangat lengkap sehingga cukup hanya
menggunakan nyanyian khas megoak-goakan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
1)
Sejarah permainan
tradisional Megoak-goakan adalah merupakan cerminan dari kepahlawanan Ki Barak
Panji Sakti saat menaklukkan kerajaan Blambangan di Jawa Timur.
2)
Sistem permainan tradisonal
Megoak-goakan adalah sebagai berikut.
a) Kedudukan
permainan adalah sebagai berikut:
· Seorang,
biasanya yang paling besar dan kuat biasanya sebagai kepala barisan. Tugasnya
ialah menjaga keutuhan barisan dan menghalangi si Goak mengangkap ekor barisan.
· Seorang,
wakil dari regu lawan atau perorangan menjadi Goak. Dia bertugas menangkap buntut secepatnya, misalnya dalam
waktu 5 menit. Jika dalam waktu itu tidak tertangkap maka Goak dianggap kalah.
· Orang-orang
yang tak seregu dengan si Goak,
menyusun barisan dibelakang kepala barisan, dengan memeluk pinggang didepannya
erat-erat tak terlepas. Selama permainan berlangsung, pinggang teman didepan
harus dipegang terus tak boleh dilepas.
b) Aturan
permainan:
Cara bermain
1.
Dua buah regu yang masing-masing terdiri
atas minimal lima orang, mengadakan undian untuk menentukan regu mana yang akan
bertugas sebagai ular memanjang berderet kebelakang, tiap anggota regu memeluk
anggota regu didepannya, dan regu yang lain bertindak sebagai gagak. Sedangkan
regu yang satu, bertugas sebagai ular.
2.
Setelah semua siap, maka wasit akan
memberikan aba-aba agar pamain menempati posisi masing-masing. Goak berdiri di depan kepala ular.
Anggota regu satu yang lain berdiri diluar lapangan sebagai penonton. Sedangkan
anggota regu dua berbaris dibelakang kepala ular dan memeluk masing-masing
pinggang teman didepannya. Anggota regu dua yang paling belakang dipilih orang
yang paling lincah bergerak disebut ekor ular.
3.
Aba-aba kedua diberikan oleh wasit.
Permainan megoak-goakan dimulai. Goak
harus memegang pemain yang menjadi ekor ular dengan segala cara. Sedangkan
pamain yang bertindak sebagai kepala ular, harus menghalang-halangi usaha si Goak untuk mematok ekornya. Biasanya
tangan direntangkan kesamping untuk menghalangi gerakan menyusup dari gagak
untuk lari kebelakang menuju ke ekor ular. Badan dan ekor ular yang terdiri
dari pemain-pemain yang saling merangkul pinggang teman didepannya ikut pula
bergerak meliuk-liuk mengikuti arah gerakan kepala, menjauhi si Goak. Goak dan ular bebas bergerak asal masih di dalam batas lapangan
yang telah disepakati sebelumnya.
Kalah–menang
Kalah menang
ditentukan oleh beberapa hal antara lain:
1.
Jika Goak
dalam batas waktu 5 menit tidak dapat memegang ekor, maka regu Goak dinyatakan kalah. Dan regu ular
dinyatakan sebagai pemenang.
2.
Sebaliknya, kalau dalam waktu kurang
dari 5 menit, Goak dapat menangkap
pemain yang menjadi ekor maka regu Goak
dinyatakan sebagai pemenang. Dan regu ular berada di pihak yang kalah.
3.
Ada pula peraturan yang mempergunakan
sistem nilai. Bila si Goak dalam
menangkap ekor kurang dari 5 menit diberikan nilai “5” untuk regu Goak. Dan regu ular mendapat nilai “0”.
Jika setelah batas waktu 5 menit si Goak
tidak bisa menangkap ekor ular, maka regu ular mendapat nilai “5”, sedangkan
regu Goak mendapat nilai “0”. Nilai
akan dikurangi apabila ada pamain yang keluar dari batas garis lapangan
permainan. Setiap pemain yang keluar dari garis ini nilainya dipotong sebesar
“1”.
4.
Setiap 5 menit, satu babak permainan
dianggap selesai. Untuk babak berikutnya, akan terjadi pergantian posisi regu.
Regu yang semula menjadi Goak akan
berfungsi menjadi ular. Anggotan regu Goak
yang tadinya sebagai penonton sekarang ikut masuk kedalam permainan menjadi
ular. Sedangkan yang tadinya menjadi ular akan menjadi penonton. Hanya seorang
wakil regu yang bertugas sebagai Goak
dan permainan pun dapat dimulai lagi.
5.
Permainan ini dapat berlangsung sampai
beberapa babak, rata-rata sebanyak 5 babak.
6.
Setelah babak selesai baru dihitung
nilainya untuk menentukan kalah menang regu.
7.
Hukuman diberikan kepada regu yang
bermain kasar misalnya: memukul ataupun menendang dengan sengaja akan diberikan
hukuman dengan peringatan dan nilai dipotong pada setiap pelanggaran sebesar
“1” nilai.
8.
Juri berperan untuk mengawasi dan
mengatur jalannya pertandingan yang dibantu oleh 4 orang penjaga garis dan satu
orang pencatat.
3)
Sarana-prasarana saat melaksanakan
permainan tradisional megoak-goakan adalah:
1.
Pakaian yang digunakan pemain biasanya
berwarna hitam sesuai dengan warna Goak
atau memakai pakaian olahraga dengan celana sport dan baju kaos dengan warna
bermacam-macam sesuai dengan selera masing-masing.
2. Diperlukan
lapangan yang datar dengan ukuran 10x10 meter atau makin luas semakin baik.
Batas lapangan harus jelas dan tak ada benda-benda yang dapat menghalangi
pemain bergerak dilapangan. Di Desa Pakraman Panji biasanya dalam melakukan
permainan tradisional magoak-goakan menggunakan lapangan yang becek dan
berlumpur yang awalnya telah diairi, namun terkadang juga dapat dilakukan di
jalanan luas yang ada di Desa Pakraman Panji tepatnya di depan Bhuana Kerta.
3.
Dalam melakukan permainan magoak-goakan,
biasanya diiringi dengan tetabuhan gong, namun ada pula yang hanya menyanyikan
lagu “khas” magoak-goakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar