Rabu, 18 Desember 2013

SEJARAH PERKEMBANGAN TIK DI INDONESIA



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan TIK di Indonesiasebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Keberhasilan penulisan makalah ini tentulah tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang terkait. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun ke arah yang positif dari berbagai pihak, penulis menerima dengan senang hati. Namun, dibalik ketidaksempurnaannya itu masih tersimpan sebuah harapan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



                                                      Singaraja, 1 Oktober  2013


                                                                         Penulis


















DAFTAR ISI
Kata Pengantar   …………………………………………………………….      i
Dartar Isi    ………………………………………………………………….     ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................     1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................      1
1.3 Tujuan................................................................................................      2
1.4 Manfaat.............................................................................................      2
BAB II PEMBAHASAN
       2.1 Perkembangan TIK.............................. ………………….…………     4
       2.2 Macam-Macam Peralatan Tik Dan Fungsinya...................................      7
       2.3 Kelemahan dan Kekurangan TIK.....................................................    10
BAB III PENUTUP
       3.1 Simpulan............................................................................................    15
3.2 Saran..................................................................................................    15
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi pada masa sekarang ini, memaksa kita terkhusus masayarakat Indonesia untuk bisa mengenal dan memahami berbagai perkembangan TIK. Berbagai kemudahan memperoleh informasi dari berbagai penjuru dunia dapat kita nikmati dalam hitungan detik. Dengan teknologi yang luas ini kita harus dapat memanfaatkannya. Diantara teknologi informasi yang hampir disetiap tempat kita temukan adalah computer. Sekarang computer sangat berkembang pesat hampir setiap tahun computer selalu mengalami perkembangan. Orang bisa menggunakan computer dimana saja dirumah, dikafe, disekolah, dan ditempat lainnya. Sedangkan model dan design dari computer itu sendiri juga mengalami perkembangan. Komputer yang kita gunakan sekarang ini tidak serta merta muncul begitu saja melainkan melalui proses yang panjang dalam evolusinya.
 Keadaan yang demikian, dimana sebuah teknologi mampu merubah sesuatu yang belum tentu dapat dilakukan menjadi sebuah kenyataan. Misalnya, kalau dahulu orang tidak dapat berbicara dengan orang lain yang berada di suatu tempat yang berjarak jauh, maka setelah adanya telepon orang dapat berbicara tanpa batas dan jarak waktu. Dari sinilah, semula dengan ditemukannya berbagai perangkat sederhana, mulai dari telepon, yang berbasis analog, maju dan berkembang terus hingga muncul berbagai perangkat elektronik lainnya. Hingga akhirnya teknologi ini berintegrasi satu dengan lainnya.
Teknologi komunikasi yang telah ada merupakan sebuah jawaban dari adanya perkembangan zaman. Hal ini terjadi karena semakin berkembang maju sebuah peradaban manusia maka teknologi pun akan terus mengalami perkembangan untuk menyelaraskan pola peradaban manusia itu sendiri. Untuk itu dalam makalah ini, penulis mencoba untuk memaparkan mengenai.
Perkemmbangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan segala hal yang menyangkut di dalamnya. Secara jangka panjang, perkembangan TIK memberikan arti yang sangat positif, namun di sisi lain, tidak sedikit pula yang membawa dampak negatif.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
1)        Bagaimana sejarah perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia?
2)        Apa saja macam-macam peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan fungsinya?
3)        Apa kelebihan dan kekurangan Teknologi Informasi dan Komunikasi  (TIK)?
1.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan makalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1)   Untuk dapat mengetahui sejarah perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia.
2)   Untuk mengetahui dan memahami macam-macam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan fungsinya.
3)   Untuk dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

1.4 Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yakni sebagai berikut.
1)   Bagi pembaca
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber belajar mengenai perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia dan segala hal yang menyangkut di dalamnya.
2)    Bagi penulis
Dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia dan segala hal yang menyangkut di dalamnya. Selain itu makalah ini juga menjadikan cikal bakal, untuk menjalin kerjasama dalam berkelompok dalam menulis makalah yang berjudul Perkembangan Teknologi dan Informasi di Indonesia. 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN TIK
Teknologi Informasi dan Komunikasi/TIK (Information and Communication Technologies/ICT) di kalangan negara Asia berbahasa Inggris disebut sebagai Infocom, adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Tercakup dalam definisi tersebut adalah semua perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan infrastruktur komputer maupun (tele) komunikasi, muncul setelah berpadunya teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya) dan teknologi komunikasi sebagai sarana penyebaran informasi pada paruh kedua abad ke-20.
Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang sangat pesat, jauh melampaui bidang-bidang teknologi lainnya. Bahkan sampai awal abad ke-21 ini, dipercaya bahwa bidang TIK masih akan terus pesat berkembang dan belum terlihat titik jenuhnya sampai beberapa dekade mendatang. Pada tingkat global, perkembangan TIK telah mempengaruhi seluruh bidang kehidupan umat manusia. Intrusi TIK ke dalam bidang-bidang teknologi lain telah sedemikian jauh sehingga tidak ada satupun peralatan hasil inovasi teknologi yang tidak memanfaatkan perangkat TIK.
Perkembangan teknologi yang secara nyata memberi sumbangan terhadap eksistensi TIK saat ini. Pertama adalah temuan telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian ditindakl anjuti dengan penggelaran jaringan komunikasi dengan kabel yang melilit seluruh daratan Amerika, bahkan kemudian diikuti pemasangan kabel komunikasi trans-atlantik. Inilah infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia untuk komunikasi global. Memasuki abad ke-20, tepatnya antara tahun 1910-1920, terealisasi transmisi suara tanpa kabel melalui siaran radio AM yang pertama (Lallana, 2003:5). Komunikasi suara tanpa kabel segera berkembang pesat, dan kemudian bahkan diikuti pula oleh transmisi audio-visual tanpa kabel, yang berwujud siaran televisi pada tahun 1940-an. Komputer elektronik pertama beroperasi pada tahun 1943, yang kemudian diikuti oleh tahapan miniaturisai komponen elektronik melalui penemuan transistor pada tahun 1947, dan rangkaian terpadu (integrated electronics) pada tahun 1957. Perkembangan teknologi elektronika, yang merupakan soko guru TIK saat ini, mendapatkan momen emasnya pada era perang dingin. Persaingan IPTEK antara blok Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur (eks Uni Sovyet) justru memacu perkembangan teknologi elektronika lewat upaya miniaturisasi rangkaian elektronik untuk pengendali pesawat ruang angkasa maupun mesin-mesin perang. Miniaturisasi komponen elektronik, melalui penciptaan rangkaian terpadu, pada puncaknya melahirkan mikroprosesor. Mikroprosesor inilah yang menjadi ‘otak’ perangkat keras komputer, dan terus berevolusi sampai saat ini.
Perangkat telekomunikasi saat mulai diimplementasi-kannya teknologi digital menggantikan teknologi analog yang mulai menampakkan batas-batas maksimal pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi kemudian berkonvergensi dengan perangkat komputer yang dari awal merupakan perangkat yang mengadopsi teknologi digital. Produk hasil konvergensi inilah yang saat ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas infrastruktur telekomunikasi dan komputasi  inilah kandungan isi (content) berupa multimedia, mendapatkan tempat yang tepat untuk berkembang. Konvergensi telekomunikasi-komputasi-multimedia ini yang menjadi ciri abad ke-21, sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi industri. Bila revolusi industri menjadikan mesin-mesin sebagai pengganti ‘otot’ manusia maka revolusi digital (karena konvergensi telekomunikasi-komputasi-multimedia terjadi melalui implementasi teknologi digital) menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau setidaknya meningkatkan kemampuan) ‘otak’ manusia.
Perkembangan TIK di Indonesia Teknologi informasi (information technology) dan Komunikasi mulai berkembang pesat didiawal tahun 1980-an. Pesatnya perkembangan teknologi ini didukung oleh pesatnya perkembangan prosesor (chip) yang berfungsi sebagai otak sebuah komputer pribadi (Personal Computer). Perkembangan teknologi hardware ini diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang software, meskipun perkembangannya jauh di belakang perkembangan hardware. Pada mulanya,prosesor dan software dirancang untuk sebuah komputer pribadi yang berdiri sendiri (stand alonePC). Namun sejalan dengan perkembangannya, PC-PC tersebut akhirnya dapat diintegrasikanmelalui suatu jaringan (network) secara fisik. Sehingga sekarang kita mengenal berbagai jenisjaringan yang mengintegrasikan beberapa buah PC. Contoh jaringan yang sering kita jumpaiadalah Local Area Network (LAN), Wide Area Network (WAN), dan Internet.
Jaringan internet merupakan salah satu jenis jaringan yang popular dimanfaatkan, karena internet merupakan teknologi informasi yang mampu menghubungan komputer di seluruh dunia, sehingga memungkinkan informasi dari berbagai jenis dan bentuk informasi dapat dipakai secara bersama-sama. Saat ini telah banyak perusahaan swasta di Indonesia yang menyediakan jasa sambungan internet, misalnya IndoInternet, Radnet, D-Net, Idola, dan lain-lain.Teknologi Informasi merupakan suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasukmemproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai carauntuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepatwaktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakaninformasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
Dalam dunia pendidikan, kehadiran teknologi informasi merupakan hal yang tidak bias ditawar-tawar lagi, dan merupakan penunjang utama dalam pengembangan dunia pendidikan yangsemakin hari semakin kompleks, sehingga perlu adanya media handal, mampu memberikaninovasi dan menjadi solusi dari semua persolan yang ada. Tekhnologi Informasi merupakan teknologi yang dibangun dengan basis utama teknologi komputer. Perkembangan teknologi komputer yang terus berlanjut membawa implikasi utama teknologi ini pada proses pengolahan data yang berujung pada informasi. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library dan sebagainya. Awalan e- bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.

2.2 MACAM-MACAM PERALATAN TIK DAN FUNGSINYA
Peralatan Teknologi Informasi adalah peralatan yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi yang dibutuhkan melalui media elektronik maupun cetak.
a.    Yang termasuk peralatan teknolgi Informasi adalah:
1)        Cash Register, yaitu alat yang digunakan untuk memperoleh informasi pembayaran di kasir.
2)        Kalkulator, yaitu alat yang digunakan untuk memperoleh informasi hasil perhitungan angka.
3)        Komputer, yaitu alat berupa hardware dan software yang digunakan untuk membantu manusia dalam mengolah data menjadi informasi dan menyimpannya untuk ditampilkan dilain waktu. Informasi yang dihasilkan komputer dapat berupa Tulisan, gambar, suara, video dan animasi.
4)        Laptop/Notebook, yaitu peralatan yang fungsinya sama dengan komputer tetapi bentuknya praktis dapat di lipat dan dibawa-bawa karena menggunakan bantuan baterrai charger sehingga bisa digunakan tanpa menggunakan listrik.
5)        Deskbook, yaitu peralatan sejenis komputer yang bentuknya praktis yaitu CPU menyatu dengan Monitor sehingga mudah diletakan diatas meja tanpa memakan banyak tempat tetapi masih harus menggunakan listrik langsung. Karena belum dilengkapi batterai.
6)        Personal Digital Assistant (PDA)/Komputer genggam, yaitu peralatan sejenis komputer tetapi bentuknya sangat mini sehingga dapat dimasukan saku, tetapi manfaatnya hampir sama dengan komputer dapat mengolah data, bahkan sekarang banyak PDA yang juga dapat berfungsi sebagai Handphone (PDA Phone)
7)        Kamus Elektronik, yaitu perlatan elektronik yang digunakan untuk untuk menterjemahkan antar bahasa
8)        MP4 Player, yaitu peralatan yang digunakan sebagai media penyimpanan data sekaligus sebagai alat pemutar video dan music serta game.
9)        Kamera digital, yaitu perlatan yang digunakan untuk menyimpan gambar atau video dengan menggunakan metode penyimpanan secara digital atau disk.
10)    Flash disk, yaitu media penyimpanan data yang berbentuk Universal Serial Bus tetapi dapat menyimpan data dalam jumlah banyak.
11)    MP3 Player, yaitu Perlatan yang dapat menyimpan data sekaligus dapat digunakan untuk memutar music dan mendengarkan radio.
12)    Televisi, yaitu peralatan teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi dalam bentuk gambar bergerak/video secara langsung .
13)    Radio, yaitu Perlatan elektronik yang digunakan untuk menyampaikan Informasi berupa suara dari station pemancar melalui frekuensi yang telah ditetapkan.
14)    Koran, yaitu media cetak yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa tulisan dan gambar yang terbit setiap hari.
15)    Majalah, yaitu media cetak yang digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa tulisan dan gambar yang terbit secara rutin setiap minggu atau bulanan.
b.    Yang termasuk Peralatan Teknologi Komunikasi
1)        Telephone, yaitu Peralatan teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi antara dua orang dengan menggunakan suara. Telephone ada tiga macam yaitu, Fixphone (deskphone), Phone Celluler Ericsson dan Fixphone celluler (wirless deskphone)
2)        Faximile (fotocopy jarak jauh), yaitu perlatan komunikasi yang digunakan untuk mengirim tulisan kepada sesama alaat tersebut melalui sambungan telephone.
3)        Telegraph, yaitu perlatan komunikasi yang digunakan untuk mengirim sandi melalui jaringan telephone. Peralatan ini cikal bakal teknologi modern
4)        Pager (Penyeranta), yaitu perlatan komunikasi yang digunakan untuk menerima pesan teks melalui jaringan tanpa kabel.
5)        Walky talky, yaitu peralatan komunikasi antara dua orang menggunakan pesawat khusus (HT) tanpa kabel menggunakan gelombang 11 meter atau 2 meter.
6)        Internet Mesenger yaitu komunikasi antara satu orang dengan orang lain menggunakan teks, suara atau video dengan komputer, komunikasi jenis ini dapat dilakukan dengan satu orang atau beberapa orang sekaligus (confenece) .komunikasi jenis ini selain menggunakan teks (chatting) tetapi juga dapat menggunakan suara (voice) bahkan sekarang dapat juga menggunakan streaming (Messenger dengan webcam).
7)        Email yaiitu Media komunikasi yang digunakan untuk berkirim surat atau data melalui internet .Komunikasi melalui email lebih efisien selain tidak perlu membayar proses pengirimannya sangat cepat sampai.
8)        Surat POS, yaitu media pengiriman surat biasa melalui jasa pengiriman paket pos, biasanya pengiriman pos memakan waktu yang lebih lama, karena pengirim harus mengetahui alamat surat dengan jelas.

2.3 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TIK
Setiap perkembangan yang terjadi, pasti akan berdampak positif dan juga negatif terhadap manusia. Tidak terkecuali teknologi informasi dan komunikasi, berbagai sektor sangat terbantu dengan penemuan-penemuan yang ada, namun kerugian-kerugian juga muncul dari hal ini. Kejadian ini sebenarnya tergantung dari user yang memanfaatkannya. Berikut ini adalah keuntungan dari teknologi Informasi dan komunikasi :
1)        Membantu mempercepat pekerjaan manusia.
Dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, pekerjaan manusia akan menjadi lebih cepat dan mudah.
2)        Mempermudah komunikasi jarak jauh.
Sebelum adanya teknologi informasi dan komunikasi seperti sekarang ini, proses komunikasi masih bersifat analog. Dengan teknologi sekarang, bisa menggunakan sms, e-mail dan lain sebagainya yang merupakan produk teknologi informasi. Dengan menggunakannya, maka jarak yang jauh bukan lagi menjadi hambatan dalam berkomunikasi, waktu tempuhpun menjadi relatif singkat dengan keakuratan yang sangat terjamin.
3)        Mempermudah sistem administrasi
Sistem administrasi tanpa menggunakan bantuan teknologi informasi dan komunikasi akan menjadi lambat dan membutuhkan tempat yang besar. Dalam hal ini, misalnya saja untuk proses penghitungan suara oleh KPU. Dalam hitungan jam saja, sudah bisa terakumulasi total suara dalam satu negara.
4)        Mempermudah proses transaksi keuangan
Sebelum berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, proses transaksi keuangan dilakukan secara konvensional. Namun, sekarang ini, proses transaksi sudah bisa dilakukan melalui berbagai cara, yakni bisa melalui ATM, SMS Banking dan E-Banking.
Selain keuntungan yang diperoleh dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, juga muncul kerugian atau efek negatifnya, yaitu antara lain :
1)        Komunikasi menjadi hampa
Sebelum adanya teknologi bidang komunikasi, untuk melakukan komunikasi, haruslah bertemu antara satu pihka dengan pihak lainnya, sehingga proses komunikasi menjadi nyata dan transparan. Sekarang ini, proses komunikasi tidak harus bertatap muka, sehingga terasa kurang puas.
2)   Penyalahgunaan untuk tindakan kriminal dan asusila
Maraknya penipuan dan penuculikan belakangan ini melalui situs jejaring sosial, juga merupakan efek negatif dari berkembangnya dunia informasi dan komunikasi. Selain itu, bahaya dari situs prnografi merupakan acncaman nyata bagi para generasi mida,khususnya siswa sekolah.
3)   Penyalahgunaan untuk pencurian keuangan
Belakangan ini muncul berita mengenai pembobolan uang nasabah, dari hal ini jelas sekali bahwa kemampuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang tidak diimbangi dengan iman yang kuat, maka seseorang dapat terjerumus dalam tindakan pencurian melalui media internet.
4)   Munculnya perilaku individualisme,ketergantungan dan  egois
Semakin tergantungnya manusia akan bidang ini, maka jiwa sosialnya akan berkurang.
5)   Manusia menjadi malas beraktifitas
Ini adalah dampak yang paling nyata yang dapat kita lihat dan rasakan, hampir tiap waktu, sepulang sekolah, siswa sekolah lebih banyak menghabiskan waktunya di warnet untuk bermain game online. waktu mereka untuk belajarpun menjadi berkurang, disinilah peran orang tua harus aktif untuk bisa menjelaskan pada anaknya mengenai pembagian waktu untuk belajar dan bermain.

Kemajuan yang telah dicapai manusia dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan sesuatu yang patut kita syukuri karena dengan kemajuan tersebut akan memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaan dan tugas yang harus dikerjakannya. Namun, tidak semua kemajuan yang telah dicapai tersebut membawa dampak positif. Diantara kemajuan yang telah dicapai tersebut ternyata dapat membawa dampak negatif bagi manusia. Dibawah ini akan dipaparkan dampak positif (keuntungan) dan negative (kerugian) dari penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam bidang sosial, pendidikan, ekonomi, dan pemerintahan.
a.         Dalam Bidang Sosial
Keuntungan :
1.      Kemajuan teknologi komunikasi yang cepat dapat mempermudah komunikasi antara suatu tempat dan tempat yang lain.
Kerugian :
1.        Dengan semakin pesatnya komunikasi membuat bentuk komunikasi berubah yang asalnya berupa face to face menjadi tidak. Hal ini dapat menyebabkan komunikasi menjadi hampa.
2.        Seseorang yang terus menerus bergaul dengan komputer akan cenderung menjadi seseorang yang individualis.
3.        Dengan pesatnya teknologi informasi baik di internet maupun media lainnya membuat peluang masuknya hal-hal yang berbau pornografi, pornoaksi, maupun kekerasan semakin mudah.
4.        Kemajuan TIK juga pasti akan semakin memperparah kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat antara orang kaya dan orang miskin.
5.        Maraknya cyber crime yang terus membayangi seperti carding, ulah cracker, manipulasi data dan berbagai cyber crime yang lainnya
b.     Dalam Bidang Pendidikan
Keuntungan :
1.        Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan pendidikan.
2.        Inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-learning yang semakin memudahkan proses pendidikan.
3.        Kemajuan TIK juga akan memungkinkan berkembangnya kelas virtual atau kelas yang berbasis teleconference yang tidak mengharuskan sang pendidik dan peserta didik berada dalam satu ruangan.
4.        Sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar karena penerapan sistem TIK.
Kerugian :
1.        Kemajuan TIK juga akan semakin mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya mengakses data menyebabkan orang yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan.
2.        Walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah system tanpa celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan berakibat fatal.
3.        Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention).
c.          Dalam Bidang Ekonomi
Keuntungan :
1.        Semakin maraknya penggunaan TIK akan semakin membuka lapangan pekerjaan.
2.        Bisnis yang berbasis TIK atau yang biasa disebut e-commerce dapat mempermudah transaksi-traansaksi bisnis suatu perusahaan atau perorangan
3.        Dengan fasilitas pemasangan iklan di internet pada situs-situs tertentu akan mempermudah kegiatan promosi dan pemasaran suatu produk.
Kerugian :
1.        Dengan mudahnya melakukan transaksi di internet menyebabkan akan semakin memudahkan pula transaksi yang dilarang seperti transaksi barang selundupan atau transaksi narkoba.
2.        Hal yang sering terjadi adalah pembobolan rekening suatu lembaga atau perorangan yang mengakibatkan kerugian financial yang besar.
d.         Dalam Bidang Pemerintahan
Keuntungan :
1.        Tenologi Informasi dan Komunikasi yang dikembangkan dalam pemerintahan atau yang disebut e-government membuat masyarakat semakin mudah dalam mengakses kebijakan pemerintah sehingga program yang dicanangkan pemerintah dapat berjalan dengan lancar.
2.        e-government juga dapat mendukung pengelolaan pemerintahan yang lebih efisien, dan bisa meningkatkan komunikasi antara pemerintah dengan sektor usaha dan industri.
3.        Masyarakat dapat memberi masukan mengenai kebijakan-kebijakan yang dibuaat oleh pemerintah sehingga dapat memperbaiki kinerja pemerintah.
Kerugian :
1.        Semakin bebasnya masyarakat mengakses situs pemerintah akan membuka peluang terjadinya cyber crime yang dapat merusak system TIK pada e-government. Misalnya kasus pembobolan situs KPU ketika penyelenggaraan Pemilu oleh seorang cracker.

















BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1)      Perkembangan komputer dari masa ke masa selalu mengalami peningkatan. Dulu komputer diciptakan hanya sebagai alat untuk mempermudah dalam penghitungan atau lebih mudahnya sebagai mesin hitung matematika. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman komputer ini terus berevolusi menjadi mesin serba guna khususnya pada bidang industri dan penelitian. Oleh karena itu, kata dasar komputer berasal dari kata “compute” yang berarti menghitung dengan kata lain komputer berati alat penghitung.
2). Yang termasuk peralatan teknolgi Informasi adalah:
  1. Cash Register, yaitu alat informasi pembayaran di kasir.
  2. Kalkulator, yaitu alat informasi hasil perhitungan angka.
  3. Komputer, yaitu alat berupa hardware dan software. Informasi yang dihasilkan komputer dapat berupa Tulisan, gambar, suara, video dan animasi.
  4. Laptop /Notebook, yaitu peralatan yang fungsinya sama dengan computer.
  5. Deskbook, dan lain-lain
3).   Kelebihan dari TIK adalah dapat membantu mempercepat pekerjaan manusia, mempermudah komunikasi jarak jauh, mempermudah sistem administrasi, mempermudah proses transaksi keuangan. Sedangkan Kelemahannya adalah komunikasi menjadi hampa, penyalah gunaan untuk tindakan kriminal dan asusila, penyalah gunaan untuk pencurian keuangan, munculnya perilaku individualisme,ketergantungan dan  egois dan manusia menjadi malas beraktifitas dan lain-lain.

3.2 Saran
Untuk kemajuan teknologi computer maka diharapkan agar perkembangan computer kedepan mampu mengubah pola fikir dan menjadikan masyarakat Indonesia menjadi manusia yang kreatif dan inovatif. Serta tumbuhnya kratifitas hingga menghasilkan suatu karya yang berguna bagi manusia. Diharapkan dengan adanya teknologi computer dapat dimanfaat sesuai dengan kegunaan sebenarnya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Tt. 10 Kelebihan dan kekurangan teknologi informasi. Tersedia pada: file:///F:/tugas/DOWNLOAD/10-kelebihan-dan-kekurangan teknologi.html. Diakses pada tanggal 29 September 2013.
Anonim. Tt. Dampak Negatif Penggunaan TIK. Tersedia pada: file:///F:/tugas/DOWNLOAD/dampak-negatif-penggunaan-tik.html. Diakses pada tanggal 29 September 2013.
Anonim. 2010. Dampak Positif dan Negatif TIK. Tersedia pada: file:///F:/tugas/DOWNLOAD/dampak-positif-negatif-tik.html. Diakses paada tanggal 29 September 2013.
Fauzi, Imron. 2009. Perkembangan IPTEK. Tersedia pada: file///D:/DOWNLOAD/ UNTUK TIK/ PERKEMBANGAN IPTEK Imronfauzi.wordpress.com.htm. Diakses pada tanggal 29 September 2013.
Pratiwi, Rahayu Kusuma. 2013. Perkembangan IPTEK dalam Pendidikan. Tersedia pada: file:///D:/DOWNLOAD/ UNTUK TIK/ rahayu kusuma pratiwi Makalah Perkembangan IPTEK dalam Pendidikan.htm. Diakses pada tanggal 29 September 2013.

Klasifikasi Alat Ukur



Klasifikasi Alat Ukur
A.    Alat Ukur Tes     
1    1)      Hakikat Tes
Salah satu alat untuk mengukur hasil belajar adalah tes. Tes sebagai salah satu alat ukur adalah suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan perilaku beberapa orang (Cronbach, 1960: 21). Tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau sistem kategori tertentu (Fernandez, 1984: 1). Tes adalah suatu instrument atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu perilaku tertentu (Gronlund dan Linn, 1995: 5).
Jadi dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang terencana dan sistematis untuk mengukur suatu perilaku tertentu serta menggambarkannya dengan bantuan angka-angka atau katagori tertentu.
(Brown, 1983: 11) Pengukuran adalah pemberian tanda dengan angka terhadap perilaku menurut aturan tartentu. Sedangkan Kerlinger menyatakan bahwa pengukuran ialah pemberian angka pada objek-objek atau kejadia-kejadian menurut suatu aturan (Kerlinger, 2000: 687). Nunnally menyatakan bahwa pengukuran terdiri dari aturan-aturan untuk mengenakan bilangan kepada objek sedemikian rupa guna menunjukkan kuantitas atibut pada objek itu (Nunnally, 1978: 3). Jadi dapat disimpulkan bahwa pngukuran adalah proses kuantifikasi atau pemberian tanda dengan bilangan kepada objek atau perilaku tertentu menurut aturan-aturan tertentu.
Gronlund menyatakan bahwa tes prestasi belajar adalah suatu prosedur sistematis untuk mengukur sampel yang representatif tentang tugas-tugas pembelajaran peserta didik (Grolund, 1993: 1). Salvia dan Ysseldyke menyatakan bahwa tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas-tugas untuk menentukan bentuk-bentuk respon yang berkenaan dengan perilaku peserta didik yang dicari (Salvia dan Ysseldyke, 1995: 32). Tes adalah suatu instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengobservasi dan menggambarkan satu atau lebih cirri-ciri peserta didik dengan menggunakan skala numerik atau klasifikasi tertentu (Nitko, 1996: 6). Dari uraian pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan tes adalah instrumen atau alat atau prosedur yang sistematis, yang terdiri atas seperangkat pertanyaan atau tugas-tugas untuk mengukur suatu perilaku tertentu pada peserta didik dengan menggunakan bantuan skala numerik atau kategori tertentu.

2.      Tes Formatif
Tes formatif adalah alat atau seperangkat pertanyaan atau tugas-tugas yang digunakan utuk melaksanakan evaluasi formatif. Evaluasi formatif atau biasa disebut tes formatif adalah salah satu fungsi penilaian untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Tessmer menyatakan bahwa evauasi for,atif adalah satu tahapan kegiatan yang dilakukan pada saat suatu bagian materi pelajaran telah selesai diberikan kepada peserta didik. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh umpan balik yang tepat sehingga proses pembelajaran bisa disempurnakan sehingga menjadi lebih baik (Tessmer, 1995:11). Evaluasi formatif memiliki peranan penting untuk memonitor dan memfasilitasi pembelajaran siswa, sehingga menjadi peduli terhadap pelaksanaan tes formatif (Bailey, 2000:2).
Popham menyatakan bahwa evaluasi formatif menunjuk pada proses penilaian program pembelajaran dengan maksud untuk memperbaiki program pembelajaran tersebut (Popham 1995:246). Tessmer menyatakan ada empat tipe atau bentuk dengan cirri-ciri: (1) pandangan ahli, (2) penilaian orang-perorang, (3) kelompok kecil dan, (4) tes lapangan. Evaluasi atau tes formatif dilaksanakan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung atau setelah selesai membahas satu sub pokok bahasan, misalkan ulangan harian atau kuis kecil. Sedangkan tes sumatif dilaksanakan pada suatu periode tertentu setelah beberapa pokok bahasan selesai diberikan. Hubungan tes formatif dan tes sumatif sebagai berikut,
Program
Program

Program

Program

Akhir
Evaluasi formatif
Evaluasi formatif

Evaluasi formatif

Evaluasi formatif

Evaluasi formatif

 




                       
            Gambar 01. Diagram Hubungan antara Evaluasi Formatif dan Sumatif
            Sumber: Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi
                           Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara. 1986), pp, 33-34
                        Dalam diagram di atas tampak bahwa tes formatif dapat dilakukan berkali-kali dalam satu satuan program pembelajaran. Frekwensi pemberian tes disesuaikan dengan sub pokok bahasan satu program pembelajaran.
                        Bloom, Hastings, dan Mandaus menyatakan bahwa evaluasi formatif tidak hanya digunakan untuk pembuatan atau perbaikan kurikulum, tetapi juga untuk memperbaiki proses pembelajaran dan cara belajar peserta didik. Evaluasi formatif digunakan untuk menilai proses pembuatan kurikulum, proses pembelajaran, dan cara belajar peserta didik dengan tujuan untuk memperbaiki setiap proses-proses tersebut. Pendidik hendaknya mengembangkan beberapa jenis petunjuk yang sangat berguna bagi proses pembelajaran berlangsung, mencari metode tepat yang terkait dengan evaluasi. Penggunaan evaluasi bertujuan supaya pengguna tes formatif menemukan car menghubungkan hasil tes dengan tujuan pembelajaran yang dianggap penting (Bloom, Hasting, dan Madaus, 1971:118).
                        Jadi dapat disimpulkan bahwa tes formatif adalah tes yang digunakan untuk mengukur dalam memantau belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dalam satu program pembelajaran tertentu, misalnya dalam satu sub pokok bahasan dalam pembelajaran. Tes formatif juga bermanfaat memberikan umpan balik kepada peserta didik, guru, dan penyusun kurikulum guna memperbaiki kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran baik bagi peserta didik dan guru.

3.      Bentuk Tes Formatif
      Menurut bentuknya tes formatif dapat berbentuk tes esai dan tes objektif dalam berbagai variasi. Popham menyatakan bahwa bentuki tes tulis ada dua golongan besar, yaitu: (1) soal-soal jawaban memilih (selected-response items), yang terdiri dari butir soal pilihan benar salah (true-false items), butir soal pilihan ganda (multiple-choice items), dan butir soal menjodohkan (matching items), dan (2) soal-soal jawaban tesusun atau terstruktur (constructed-response tests),  yang terdiri dari butir soal jawaban singkat (short-answer items), dan butir soal esai (essay items) (Popham, 1995:101-132). Sejalan dengan pendapat ini, Wiersma dan Jur menyatakan bahwa terdapat dua bentuk utama butir tes, yang secara umum disebut tes objektif dan esai, yang masing-masing memiliki format yang bervariasi. Istilah butir tes objektif secara umum berhubungan dengan butir jawaban pilihan, sedangkan butir tes esai adalah salah satu bentuk dari butir jawaban tersusun (Wiersma and Stephen G. Jurs, 1990:41). Gronlund dan Linn menyatakan bahwa secara khusus tes yang digunakan dalam kelas dibedakan menjadi dua kategori umum, yaitu: (1) butir tes objektif, yang menuntut siswa untuk mengisi satu atau dua kata, atau memilih jawaban benar dari sejumlah alternative, dan (2) tes esai, yang memberi kesempatan siswa untuk memilih, mengatur, dan mengemukakan jawaban dalam bentuk seai atau uraian. Selanjutnya masing-masing bentuk tes tersebut akan diuraiakan secara lebih rinci pada bagian berikut.

a.      Tes Objektif
      Menurut Gronlund dan Linn, secara umum dapat dibedakan menjadi butir tes sebagai berikut. (1) bentuk tes mengisi jawaban (supply type), yakni butir jawaban singkat dan butir soal melengkapi (completion), (2) bentuk butir tes yang meminta siswa memilih jawaban, yakni butir soal benar-salah, menjodohkan, dan pilihan ganda (Gronlund dan Linn, 1993:122). Ebel menyatakan bahwa bentuk tes yang paling umum dari tes objektif adalah bentuk pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, dan jawaban singkat (Ebel, 1972:102). Diantara ketiga bentuk tersebut, bentuk pilihan ganda yang paling banyak digunakan (Salvia dan Ysseldyke, 1995:223).
      Nitko mengemukakan bahwa tes bentuk jawaban singkat meminta pada peserta didik untuk menjawab setiap butir pertanyaan dangan sebuah kata, kalimat pendek, nomor atau symbol. Tiga butir tes jawaban singakat biasanya dibedakan menjadi beberapa variasi, yaitu bentuk pertanyaan, melengkapai, dan asosiasi. Variasi bentuk pertanyaan meminta peserta didik secara langsung. Varisasi bentuk tes melengkapi meminta peserta didik untuk menambahkan kata-kata untuk melengkapi suatu pernyataan yang tidak lengkap. Variasi asosiasiterdiri dari daftar istilah atau gambar terhadap nama siswa dapat menyebutkan nomor-nomor, label, symbol, atau lainnya. Tes benar salah dibedakan menjadi enam, yaitu: benar salah (true-false), ya-tidak (yes-no), betul-salah (right-wrong), pembetulan atau koreksi (correction), pilihan salah-benar jamak (multiple true-false), dan ya-tidak dengan penjelasan (yes-no with explanation). (Nitko, 1996:124-129).
      Nitko menjelaskan bahwa butir tes pilihan ganda terdiri dari satu atau lebih kalimat pengantar dan diikuti oleh daftar tentang dua atau lebih jawaban sugestif. Kalimat pengantar disebut stem dan jawaban sugestif disebut ialternatve, responses, choices, atau option. Alternative jawaban selalu harus diurut secara bermakna, disusun secara logis, numeric, menurut abjad, dan susunan lain (Nitko, 1996:138-153). Ebel memberi petunjuk tentang tes pilihan ganda, (1) susun tes pilihan ganda berdasar ide-ide penting dan pernyataan bermakna, relevan, dan independen, (2) pilih topik dan ide, tulis soal yang mampu memaksimalkan daya beda soal tersebut, (3) susun draf awal dan adakan revisi, sehingga menjadi sempurna, (4) awali pertanyaan dengan pernyataan yang tidak lengkap, disertai jawaban jawaban tepat dan dilengkapi jawaban yang salah, (5) susun jawaban benar sedemikian rupa atau acak, tanpa ada petunjuk ke araha jawaban yang benar, (6) pilih susunan pengecoh sehingga menjadi salah, tetapi tampak masuk akal, khususnya bagi siswa bodoh (Ebel, 1972:191-202).
      Hopkins dan Antes memberi petunjuk lebih rinci dan praktis dalam menyusun tes pilihan ganda, yaitu: (1) definisikan tugas-tugas dalam stem secara jelas, (2) tulis alternatif jawaban pada akhir pertanyaan. (3) tmpatkan sebanyak mungkin kata-kata dalam stem, (4) hindari penggunaan kata-kata negativf, (5) hindari stem yang mengarah pada alternative jawaban yang salah atau benar, (6) buat alternatif jawaban yang parallel, (7) tulis pilihan jawaban secara vertical, (8) hindari jawaban “semua di atas”, (9) buat alternative jawaban sama panjang, (10) hilangkan arah petunjk kea rah jawaban benar, (11) buat pengecoh yang masuk akal, (12)  usahakan stemnya dalam bentuk pertanyaan, (13) control tingkat kesulitan soal sehingga presentase jawaban benar kira-kira separuhnya, (14) hindari kemungkinan menebak, (15) gunakan jawaban “tidak ada jawaban benar” hanya kalau tidak ada jawaban lain, (16) susun alternatif jawaban sesuai dengan abjad atau urutan lainnya, (17) letakkan jawaban benar secara acak, dan (18) usahakan memiliki empat samapi lima aternatif jawaban (Hopkins dan Antes, 1990:185-191).
      Masing-masing tes meiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan tes objektif, antara lain, dapat mengurangi subjektivitas dalam pemberian skor, menuntut kemampuan tertentu untuk membedakan pilihan yang tepat, lebih cepat untuk mengoreksi pekerjaan peserta didik, bisa mencakup materi pelajaran secara komprehensif, dan bisa menguji peserta didik dalam jumlah besar sekaligus. Sedangkan kelemahannya adalah sulit untuk menyusun soal yang baik, membutuhkan waktu cukup lama untuk menyusunnya, mengandung sifat “coba-coba” (gussigi), dan kurang bisa melatih peserta didik untuk memecahkan masalah serta kurang bisa melatih berpikir evaluative, divergen bersifat holistic, lateral, intuitif, imajinatif, dan kreatif. Gronlund dan Linn berpendapat kelebihan dan kekurangan tes objektif adalah (1) kelebihan pada butir soal jawaban singkat adalah sangat mudah menyusunnya, karena relative biasanya mengukur hasil belajar sederhana. Kelemahannya adalah tes jawaban singkat tidak cocok untuk mengukur hasil belajar yang komplek dan sulit memberi skor. (2) kelebihan pada butir benar-salah  adalah butir tes benar-salah mudah disusun, tetapi untuk menyusun butir tes benar-salah yang tidak ambigius yang diperlukan keterampilan tertentu. Kelemhannya adalah bentuk hasil belajar yang dapat diukur, dapat ditebak, dan peluang benarnya adalah 50 %. (3) kelebihan pada butir tes menjodohkan adalah bentuknya yang kompak dan dapat mengukur sejumlah hasil belajar yang berkaitan dengan fakta, dan mudah menyusunnya. Sedangkan kelemahannya adalah bahwa butir tes menjodohkan terbatas untuk mengukur informasi tentang fakta pada belajar hafalan dan kesulitan mendapatkan materi yang homogen. (4) kelebihan butir pilhan ganda adalah efektif untuk mengukur berbagai tipe pengetahuan dan hasil belajar yang kompleks. Kelemahannya adalah bahwa sebagai tes tertulis memiliki keterbatasan untuk mengukur hasil belajar yang bersifat verbal, mengukur keterampilan pemecahan masalah, mengukur kecakapan dan mengemukakan pendapat. (Linn dan Gronlund, 1995:153-183).
      Ebel menyarankan tes objektif hendaknya digunakan dalam kondisi sebagai berikut, (1) kelompok yang diberikan dalam jumlah besar, tes akan digunakan kembali, (2) reliabilitas slor tes yang tinggi harus diperoleh seefisien mungkin, (3) kejujuran penilaian, keterbukaan, dan bebas dari hao effect, (4) pengajar atau pendidik lebih percaya akan kemampuannya untuk menyusun butir-buitr tes objektif secara jelas dibandingkan dengan kemampuannya untuk menilai jawaban tes esai secara jelas, dan (5a0 lenih menekankan pada kecepatan laporan skor tes daripada kecepatannya meniapkan tes (Ebel, 1972:144).
      Jadi kesimpulannya adalah butir tes jawaban memilih, terdiri dari bentuk tes benar-salah, menjodohkan, dan pilihan gandadalam berbgai variasi, dan butir tes yang menuntut jawaban mengisi, terdiri dari tes jawaban singkat dan melegkapi. Tes objektif pilihan ganda sering digunakan karena umum digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik.

b.      Tes Esai atau Uraian
      Tes esai sering disebut tes subjektif, karena proses pemberian skornya dipengaruhi oleh opini atau penilaian dari pendidik atau pemeriksa tes tersebut. Tes esai menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan mengemukakan sendiri jawabannya. Dengan kata lain siswa tidak memilih jawaban namun memberikan jawaban dengan kata-kata mereka sendiri secara bebas. Hopkins dan Antes menyatakan bahwa tes esai adalah tes untuk mengembangkan jawaban atau respon peserta didik secara penuh.  Keakuratan dan kualitas jawaban peserta didik harus dinilai oleh orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian tentang materi yang diujikan, (orang yang mebuat soal).
      Menurut Mahrens dan Lehmann, tes esai dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu. Tes esai jawaban terbuka dan jawaban terbatas, dan hal ini bergantung pada kebebasan peserta didik untuk mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya dan menuliskan jawabannya. Tes esai jawaban terbuka mengijinkan siswa untuk mendemonstrasikan kecakapannya untuk:
1)      Menyebutkan atas pengetahuan factual
2)      Menilai pengetahuan faktualnya
3)      Menyusun ide-idenya, dan
4)      Mengemukakan idenya secara logis dan koheren.
Sedangkan pada tes jawaban terbatas peserta didik lebih dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup jawabannya, karena secara khusus dinyatakan konteks jawaban yang harus diberikan oleh eserta didik (Mahrens dan Lehmann, 1973:206-207).
Tes esai juga memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu:
1)      Lebih mudah meyiapkan soalnya,
2)      Dapat mengukur kecakapan peserta didikdengan penekanan pada kemampuan siswa,
3)      Dapat membantu pendidik untuk mengetahui kejujuran peserta didik,
4)      Dapat membantu merangsang hasil yang baik bagi pembelajaran peserta didik.
Sedangkan kelemahannya adalah terbatas pada cakupan materi yang bisa diukur, khusus pada tes jawaban terbuka, dan memiliki realibilitas keterbacaan yang rendah (Mahrens dan Lehmann, 1973:73-76).
Menurut Wiersma dan Jurs, kelebihan tes esai adalah memiliki potensi untuk mengukur hasil belajar pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks. Sedangkan kelemahannya adalah berkaitan dengan penskoran, ketidak konsistenan pembaca merupakan penyebab kurang objektifnya dalam memberikan skor dan terbatasnya realibilitas (Wiersma dan Jurs, 1990:73-76). Hopkins dan Stanley mengemukakan bahwa keterbatasan tes esai adalah
a)      Tidak konsistennya pembaca
b)      Adanya efek penilaian yang dipengaruhi oleh keadaan lain
c)      Akibat yang timbul karena ada pengaruh dari jawaban sebelumnya
d)     Akibat yang timbul dari pengaruh tes sebelumnya
e)      Akibat yang timbul karena urutan penilaian
Sedangkan kelebihan tes esai adalah mampu untuk mengukur tingkat berpikir lebih tinggi dan kompleks, serta mengembangkan sikap untuk memecahkan masalah (Hopkins dan Stanley, 1981:205-213).
      Untuk menyusun tes esai sebaiknya memperhatikan langkah-langkah berikut:
1)      Siapkan perlengkapan yang diperlukan dalam menyiapkan peserta didik mengikuti tes esai
2)      Yakinkan bahwa pertanyaan-pertanyaan telah terfokus dan disiapkan secara hati-hati
3)      Isi dan panjang pertanyaan perlu disusun sedemikian rupa
4)      Gunakan teman sejawat untuk memberi masukan
5)      Hindari pertanyaan pilihan
6)      Batasi penggunaan tes esai pada tujuan pembelajaran yang sesuai
7)      Umumnya pertanyaan singkat lebih baik disiapkan untuk mengurangi pertanyaan yang digunakan untuk mengukur prestasi secara umum
(Hopkins dan Stanley, 1981:216-220).
Linn dan Gronlund menyatakan bahwa untuk menyusun tes esai hendaknya memperhatikan beberapa petunjuk berikut, (1) Batasi penggunaan esai pada hasil belajar yang tidak bisa diukur, (2) Susun pertanyaan yang yang akan mengungkap perilakuku yang akan menentukan hasil belajar, (3) Susun pertanyaan sedemikian rupa sehingga tugas yang dikerjakan oleh siswa dapat dipahami dengan jelas, (5) Hindari pertanyaan yang bersifat pilihan. Untuk pemberian skor hendaknya memperhatikan hal sebagai berikut: (1) siapkan garis besar jawaban yang diharapkan dikuasai, (2) gunakan metode penskoran yang paling tepat, yakni metode analitik atau holistik, (3) tentukan bagaimana menangani faktor yang tidak relevan dengan hasil belajar yang diukur, (4) Berikan penilaian untuk semua jawaban peserta didik pada satu nomor pertanyaan sebelum beralih pada nomor berikutnya, (5) jika memungkinkan, berikan nilai pada jawaban peserta didik tanpa memperhatikan identitas atau nama siswa, (6) Gunakan dua atau lebih peilai bebas jika keputusan penting akan diambil (Linn dan Gronlund, 1995:225-234).
Mahrens dan Lehmann memberikan beberapa petunjuk tentang penyusunan tes esai yang baik, yaitu:
1)      Berikan waktu dan pikiran yang cukup untuk menyusun pertanyaan
2)      Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga memperoleh perilaku yang akan diukur
3)      Pertanyaan yang baik akan membuat peserta didik mengerti tentang kerangka jawaban yang harus dikerjakan
4)      Tentukan dengan jelas penguasaaan fakta yang akan dipertimbangkan menilai jawaban tes esai
5)      Hindari pemberian pertanyaan pilihan tes esai
6)      Gunakan sejumlah besar pertanyaan yang menuntut jawaban singkat (sekitar setengah halaman)
7)      Jangan memulai pertanyaan dengan kata-kata, sepertiL: daftarlah, siapkah, apakah, tahukah anda,
8)      Sesuaikan kompleksitas dan panjang jawaban yang diharapkan dengan singkat kematangan peserta didik
9)      Jika memungkinkan, gunakan pertanyaan bentuk novel,
10)  Siapkan kunci jawaban.
Dalam memeriksa jawaban hendaknya memperhatikan hal sebagai berikut: (1) gunakan metode yang tepat (analitik atau global), (2) berikan perhatian hanya pada aspek jawaban yang signifikan dan relevan, (3) hati-hati dan jangan terpengaruh oleh aspek pribadi yang dinilai, (4) terapkan patokan yang sama untuk semua lembar jawaban siswa. Dalam hubungan penyusunan tes esai, terdapat kata kunci yang perlu diperhatikan, yaitu:
1)      Analisis
2)      Berikan komentar
3)      Bandingkan
4)      Perbedaan antara dua hal atau lebih
5)      Berikan kritik, intepretasikan, dan berikan pandangan
6)      Definisikan
7)      Buat diagram dan ilustrasi
8)      Diskusikan
9)      Berikan penilaian
10)  Jelaskan dan hubungkan
11)  Berikan alas an dan bukikan
12)  Buat daftar dan sebut satu persatu
13)  Buat garis besar
14)  Buat ringkasan dan
15)  Berikan deskripsi tentang kemajuan secara runtut
      Wiersma dan Jurs menyatakan bahwa prosedur pemberian skor butir tes esai hendaknya mengikuti langkah0langkah berikut:
a)      Siapkan daftar yang jelas tentang konsep, fakta, dan lain-lain yang dianggap penting yang termasuk dalam jawaban soal, serta bekerjalah berdasarkan garis besar model jawaban yang diinginkan
b)      Bacalah sejumlah sampel (lima atau enam orang) dari jawaban-jawaban tersebut tanpa memberikan skor dengan maksud untuk memperoleh gambaran tentang kualitas jawaban yang bisa diharapkan
c)      Jika memungkinkan bacalah lembaran peserta didik tanpa memperhatikan identitas siswa menghindari halo effect
d)     Beri skor untuk semua jawaban peserta didik pada satu nomor soal sebelum memberi skor pada butir soal berikutnya, sehingga konsisten
e)      Atur kembali lembar kerja siswa secara random setelah pemberian skor untuk butir soal, sehingga posisinya tidak sama
f)       Jika soal yang akan diberi skor bnayak aturlah waktu pemeriksaan tersebut sedemikian rupa dengan maksud mengurangi kelelahan dan kebosanan (Wiersma dan Jurs 1990:84-85).
Jadi dapat disimpulkan bahwa tes esai adalah butir tes yang menuntut peserta didik untuk menyusun, merumuskan, mengemukakan sendiri secara bebas. Tes esai ada dua yaitu: tes esai yang menginginkan jawaban yang luas atau terbuka dan tes esai yang menginginkan jawaban terbatas atau terstruktur. Keunggulannya adalah dapat mengukur aspek kemampuan yang tinggi dan kompleks. Sedangkan kelemahannya adalah sulit memberikan skor objektif, sehingga tingkat realibilitasnya lebih rendah dari tes objektif.

c.       Perbandingan antara Tes Esai dan Tes Objektif
      Kedua tes tersebut memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama alat untuk mengukur sebagaian besar hasil pendidikan yang dapat diukur dengan tes tertulis. Selain itu baik tes objektif maupun tes esai dapat digunakan untuk mendorong peserta didik untuk belajar memahami prinsip-prinsip menyusun dan memadukan ide-ide, dan penerapan pengetahuan pada proses pemecahan masalah. Sedangkna perbedaannya adalah tampak pada berbagai aspek, misalnya dilihat dari tujuan pengukuran, ranah atau jenis kemampuan yang diukur, cara penulisan butir soal, dan cara pemberian skor untuk setiap butir soal.
      Mengenai perbedaan antara tes objektif dengan tes esai, Ebel menyatakan sebagai berikut:
1)      Pada tes esai, meminta peserta didik mengemukakan jawabannya dengan menggunakan bahasanya sendiri, sedangkan tes objektif, siswa diminta untuk memilih alternative jawaban yang tersedia.
2)      Tes esai, relative terdiri dari sedikit pertanyaan bersifat umum dan memerlukan jawaban luas, sedangkan tes objektif terdiri dari banyak pertanyaan dan menuntut jawaban singkat
3)      Tes esai, siswa menghabiskan waktu berpikir dan menulis untuk menjawab soal, sedangkan tes objektif waktu lebih banyak digunakan untuk membaca dan berpikir mengerjakan soal
4)      Tes esai sebgaian besar ditentukan oleh keterampilan membaca membaca jawaban, sedangkan tes objektif kualitas tes ditentukan oleh pembuat soal
5)      Ujian tes esai lebih mudah disiapkan, tetapi membosankan serta sulit memberi skor akurat, sedangkan ujian tes objektif relative membosankan dan sulit disiapkan, tetapi mudah memberi skor
6)      Ujian tes esai, siswa bebas mengemukakan jawabannya secara individual, dan bebas memberi skor sesuai pandangan pemeriksa, sedangkan ujian tes objektif memberi banyak kebebasan bagi penyusun soal mengemukakan pengetahuan dan nilainya, tetapi siswa diberi kebebasan untuk memilih proporsi jawaban benar yang ia berikan
7)      Tes esai yang digunakan dasar penentuan derajat peserta didik, kurang jelas, pada tes objektif tugas-tugas peserta didik dijadikan dasar penentu derajat penguasaan
8)      Tes esai memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpura-pura mengerjakan soal, sedangkan tes objektif memberi kesempatan pendidik untuk menebak
9)      Distribusi skor hasil tes esai dapat dikontrol oleh kesungguhan penilai, sedangkan tes objektif distribusi skor ditentukan oleh banyaknya butir tes
(Ebel, 1972: 123-138).
      Tes objektif dapat mengukur pengetahuan tentang fakta-fakta, tetapi tes esai mengukur kemampuan berpikr yang lebih kompleks, dan berpikir pada tingkat tinggi. Tes objektif tidak dapat mengembangkan kualitas penalaran, kemampuan menyusun ide-ide, merancang, dan pemahaman yang kompleks pada peserta didik (Hopkins dan Stanley, 1981:205).
Gronlund dan Linn (1990:124) mengemukakan bahwa terdapat tujuh aspek yang dapat dibandingkan antara tes esai dan tes objektif, seperti tercantum dalam table pada halaman berikut:

Tes Objektif
Tes Esai
1.Hasil belajar yang diukur
Baik untuk mengukur hasil belajar pada tingkat pengetahuan tentang fakta, pemahaman, keterampilan berpikir dan hasil belajar yang komplek. Tetapi tidak mampu untuk mengukur kemampuan untuk memilah dan menyusun ide-ide, kecakapan menulis dan beberapa bentuk keterampilan untuk memecahkan masalah
Tidak efisien untuk mengukur pengetahuan tentang fakta. Dapat mengukur pemahaman, ketreampilan berpikir dan hasil belajar kompleks lainnya. Cocok untuk memilih dan menyusun ide-ide keterampilan menulis, dan memecahkan masalah yang menuntut pemikiran orisinil.
2. Penyiapan butir soal
Banyak memerlukan waktu untuk menyusun butir soal. Sukar mempersiapkan butir soal yang baik dan memerlukan waktu lama
Hanya sedikit pertanyaan yang diperlukan untuk seperangkat tes. Menyiapkan butir soal relative mudah, tetapi sulit dari pada anggapan orang
3.Mengambil sampel materi pelajaran
Dapat mewakili semua materi pelajaran dan dapat membuat butir soal yang banyak dalam seperangkat tes
Tidak dapat mewakili seluruh materi pelajaran, karena hanya sedikit pertanyaan dalam perangkat tes
4.Kontrol terhadap jawaban peserta didik
Tinggi memilih jawaban yang telah tersedia. Menghindari gertak sambal dan pengaruh keterampilan menulis, bisa menebak jawaban
Bebas menjawab atas dasar kata-katanya sendiri dan keterampilan menulis mempengaruhi skor, menebak bisa dikurangi
5. Pemberian skor
Penskoran secara objektif dan cepat, mudah dan konsisten
Penskoran subjektif dan lambat, sulit dan tidak konsisten
6. Pengaruh pada proses pembelajaran
Biasanya mendorong peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan tentang fakta khusus dan kemampuan untuk pembedaan diantara fakta tersebut. Dapat mendorong pengembangan pemahaman, keterampilan berpikir, dan hasil belajar kompleks
Mendorong peserta didik untuk memusatkan pikiran pada sejumlah besar materi pelajaran, dengan penekanan khusus pada kemampuan untuk menyusun, mengintegrasikan dan mengemukakan ide-ide secara efektif. Dapat mendorong kebiasaan menulis buruk jika waktunya mendesak.
7. Reliabilitas
Reliabilitas yang tinggi mungkin dicapai, khususnya jika tes disusun secara baik
Reliabilitasnya lebih rendah, terutama karena penskoran yang tidak konsisten




4.      Prinsip-prinsip Umum
1)      Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Tujuan merupakan landasan sekaligus sebagai penentu kriteria penilaian.
2)      Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari bahan pelajaran yang telah dipelajari.
3)      Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.
4)      Didesain sesuai kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
5)      Dibuat seandal mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik.
6)      Digunakan untuk memperbaiki cara mengajar guru dan belajar siswa.

5.      Tujuan Tes
                   Menurut Gronlund (1982):
1)      Untuk menilai kemampuan belajar murid.
2)      Untuk memberikan bimbingan belajar kepada murid.
3)      Untuk mengecek kemampuan belajar.
4)      Untuk memahami kesulitan belajar.
5)      Untuk menilai efektivitas (keberhasilan) mengajar (shertzer & Stone, 1971:235)

6.      Bentuk Tes
                   Bentuk-bentuk tes yaitu:
1)      Tes subjektif
a.      Pengertian
Pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaanya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasikan, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
b. Kelebihan tes subyektif
a)      Mudah disiapkan dan disusun.
b)      Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
c)      Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
d)     Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e)      Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
c.  Kekurangan tes subjektif
1)      Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
2)      Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan diteskan karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
3)      Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
4)      Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
5)      Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
d.   Petunjuk penyusuanan
a)      Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan dan kalau mungkin disusun soal yang bersifat komprehensif.
b)      Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku catatan.
c)      Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaian
d)     Hendaknya diusahakan agar pertanyaanya bervariasi antara jelaskan, mengapa, bagaimana, seberapa jauh, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan atau materi.
e)      Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa.
f)       Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk ini pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi spesifik.
2)      Tes objektif
a.      Pengertian
                      Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaanya dapat dilakukan secara objektif. Dalam pengunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai.
b.      Kebaikan tes objektif
a)      Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih obyektif, dapat dihindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
b)      Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat mengunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
c)      Pemeriksaanya dapat diserahkan kepada orang lain.
d)     Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
c.       Kekurangan tes objektif
1)      Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan lainnya.
2)      Soal-soalnya cendrung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
3)      Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
4)      Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
d.         Cara mengatasi kelemahan
a)      Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus-menerus hingga betul-betul mahir.
b)      Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan.
c)      Menggunakan norma (standar) penilaian yang memperhitungan faktor tebakan yang bersifat spekulatif.
e.          Macam-macam bentuk Tes Objektif
a)   Tes benar-salah (true-false)
                      Soal-soalnya  berupa pernyataan-pernyataan. Pernyataan tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari S jika pernyataannya salah.
        Pada umumnya tes benar-salah digunakan untuk mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebenaran suatu pernyataan mengenai: fakta, definisi, prinsip, teori, hukum, dan sebagainya.
b)      Tes Pilihan Ganda (multiple choice test)
            Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinanan jawaban yang telah disediakan. Atau tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif. Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
c)      Menjodohkan (matching test)
            Matching test dapat diganti dengan istilah membandingkan, mencocokan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaanya.
d)     Tes Isian (completion test)
Tes isian disebut juga istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Tes isian terdiri tas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian  yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh siswa ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari siswa.
7.      Pemilihan atau Penyusunan Tes Hasil Belajar
Prinsip dasar menyusun tes hendaknya penyusun tes menuliskan satu atau lebih tes untuk setiap tujuan pembelajaran. Setiap soal tes harus menunjukkan dengan tegas tujuan pembelajaran (kompetensi dasar) yang hendak di tes. Soal yang tak ada hubungan dengan tujuan pembelajaran sebaiknya tidak digunakan. Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan, setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti langkah-langkah penyusunan tes. Sax (1980), mengidentifikasi langkah-langkah pengembangan tes ke dalam sembilan langkah sebagai berikut:
a.       Menyusun kisi-kisi (tabel spesifikasi) tes, yang memuat: materi pokok yang akan diteskan, aspek perilaku atau tingkatan kognitif yang akan diukur, dan penentuan jumlah butir tes untuk setiap aspeknya.
b.      Menulis butir-butir soal dengan mendasarkan pada aspek-aspek yang telah tercantum pada tabel spesifikasi (kisi-kisi) tersebut.
c.       Melakukan telaah soal tes (analisis tes secara logis);
d.      Melakukan uji coba soal;
e.       Analisis soal secara empiris;
f.       Memperbaiki atau merevisi tes;
g.      Merakit tes, dengan menyiapkan komponen-komponen pendukung untuk penyelenggaraan tes, yang meliputi:(a) buku tes; (b) lembar jawaban tes; (c) kunci jawaban tes; dan (d) pedoman penilaian atau pedoman pemberian skor. 8. Melaksanakan tes; dan 9. Menafsirkan hasil tes.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat langkah-langkah penyusunan alat ukur tes.
a. Menyusun spesifikasi alat ukur
Dalam menyusun spesifikasi alat ukur tes terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah menentukan tujuan pengukuran, menyusun kisi-kisi alat ukur, memilih skala pengukuran, dan menentukan panjang instrumen. Demikian hal yang sama dengan merencanakan dan mengembangkan alat ukur non tes. Jenis data yang digali dengan menggunakan alat ukur non tes adalah : data fisik (misal: jumlah siswa, jumlah guru, dsb) dan data non fisik (misal: kegiatan belajar-mengajar, sikap, minat, keyakinan, dan atribut). Jenis instrumen yang biasa dipakai: kuesioner (angket, skala, inventori) dan lembar observasi. Ketika menentukan jenis instrumen perlu untuk diperhatikan tujuan pengukuran, jumlah responden, dan waktu yang tersedia. Menyusun kisi-kisi sangat penting bagi pendidik sebelum menyusun suatu penilaian. Kisi-kisi penilaian adalah deskripsi mengenai ruang lingkup dan isi dari apa yang akan diujikan, serta memberikan perincian mengenai teknik dan bentuk instrument yang diperlukan dalam penilaian tersebut. Langkah-langkah menyusun kisi-kisi alat ukur tes adalah sebagai berikut: menyusun definisi konseptual/standar kompetensi, menyusun definisi operasional/ kompetensi dasar, menentukan indikator, menentukan domain/ranah pencapai belajar, dan menentukan bentuk tes.
Pemilihan bentuk tes yang perlu diperhatikan adalah tentang cakupan materi tes, jumlah peserta tes, dan waktu untuk memeriksa tes tersebut. Skala pengukuran penting direncanakan karena akan dipergunakan untuk melakukan penafsiran pada hasil
penilaian. Adapun jenis-jenis dari skala pengukuran tersebut, yaitu skala ratio, Interval (misal: 0 – 10 atau 0 – 100), ordinal (misal ranking), dan nominal (misal lulus-tidak lulus). Skala pengukuran untu jenis alat ukur non tes yaitu: ratio (misal : tinggi badan, berat badan), interval (misal: suhu udara, hasil skala Likert yang disesuaikan), ordinal (misal: ranking, skala Likert yang tidak disesuaikan ), dan nominal (misal: jenis kelamin, jenis binatang dan sebagainya. Pada alat ukur non tes menentukan panjangnya instrument harus memperhatikan representaivitas, responden, waktu yang tersedia, kelelahan, dan kebosaanan responden
b. Menulis butir tes
Penulisan butir tes merupakan salah satu langkah penting untuk dapat menghasilkan alat ukur yang baik. Penulisan butir tes adalah penjabaran indicator tentang jenis dan tingkat perilaku yang hendak diukur menjadi soal ataupun pertanyaanpertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian yang ada dalam kisi-kisi. Dengan demikian, setiap butir soal perlu dibuat jelas apa yang ditanyakan dan jelas pula jawaban yang akan dituntut. Mutu butir tes akan menentukan mutu penilaian secara keseluruhan.
c. Menelaah butir tes
Tahapan ini merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena seringkali kekurangan yang terdapat pada suatu instrumen tidak terlihat oleh penyusun tes. Review dan revisi ini ideal dilakukan oleh orang lain dan terdiri dari suatu tim penelaah yang terdiri dari ahli-ahli bidang studi, pengukuran, dan bahasa. Berikut ini rambu-rambu telaah butir untuk macam-macam jenis tes.
d. Melakukan Ujicoba
Setelah tes dipakai (ada data hasil kerja peserta didik), setiap item tes dan perangkat tes dianalisis kualitas butirnya untuk mendapatkan soal yang baik. Pada prinsipnya ujicoba instrumen dilakukan untuk memperoleh informasi empirik mengenai sejauh mana instrumen penilaian dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas set butir tes dapat diketahui dari kisi-kisi soal, sedangkan reliabilitas soal baru dapat diketahui keajegannya setelah perangkat soal tersebut diuji cobakan. Dalam melakukan ujicoba biasanya dibantu dengan menggunakan perhitungan statistik. Informasi hasil empirik tersebut pada umumnya juga menyangkut segala hal yang dapat mempengaruhi validitas seperti faktor-faktor keterbacaan, tingkat kesukaran, tingkat daya pembeda, efektivitas distraktor, pola jawaban dan sebagainya. Penjelasan lebih lanjut uji coba untuk mengkaji kualitas instrumen akan dijelaskan tersendiri pada sub bab
yang berbeda.
e. Menganalisis untuk merevisi butir tes
Sebagai seorang pendidik perlu melakukan analisis butir tes yang telah dibuatnya, karena sebetulnya pendidik akan memperoleh banyak informasi yang bermanfaat tentang keadaan peserta didik dan proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Melakukan analisis butir secara empiris akan diketahui, item-item butir yang baik untuk mengukur kemampuan sesuai dengan kompetensi yang diukur. Dengan menganalisis butir tes seorang pendidik akan akan dapat meningkatkan kualitas butir tes tersebut. Dengan kualitas butir yang lebih baik, pendidik akan dapat mengukur hasil belajar peserta didik dengan tepat. Analisis butir tes penting untuk dilakukan oleh pendidik karena akan
bermanfaat untuk: a) mengetahui apakah butir tes yang disusun sudah berfungsi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun tes, b) sebagai umpan balik bagi peserta didik untuk mengetahui kemampuan mereka dalam menguasai suatu materi, c) umpan balik pendidik untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam memahami suatu materi, d) acuan merevisi butir tes, e) memperbaiki kemampuan pendidik dalam menyusun alat ukur.
f. Merakit instruman
Setelah melakukan analisis, kemudian mengelompokkan bentuk-bentuk jenis tes yang sama apabila dalam satu perangkat penilaian terdapat lebih dari satu bentuk. Diurutkan dari nomor soal yang mudah ke yang sulit, Perhatikan juga tata layout dalam perakitan instrumen penilaian.
g. Melakukan pengukuran
Setelah perangkat tes tersusun, tahap selanjutnya adalah melakukan pengukuran. Pelaksanaan pengukuran dapat diselenggarakan secara tertulis, lisan maupun dengan perbuatan sesuai dengan tujuan tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran adalah waktu penyajian tes, petunjuk yang jelas cara mengerjawakan, ruangan, dan tempat duduk peserta didik. Setelah ada data hasil kerja peserta didik, kemudian pemeriksaan terhadap jawaban dan pemberian skor sebagai langkah untuk mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Sistem skoring seharusnya sudah disusun sebelum instrumen dipakai.
Melakukan skoring berdasarkan aturan yang telah dirumuskan yang sesuai untuk tes tertulis, lisan, maupun perbuatan. Pada prinsipnya, skoring ini harus diusahakan agar dapat dilakukan secara obyektif.
h. Manafsirkan hasil pengukuran
Data hasil pengukuran kemudian diolah atau ditata agar data tersebut mudah dibaca dan dapat memberikan informasi kepada pendidik mengenai hasil pengukuran tersebut. Hasil olahan data dapat dianalisis secara statistik deskriptif yang berbentuk prosentase, mean, median, kuartil maupun statistik inferensial yaitu korelasi. Informasi hasil pengukuran dapat dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan sistem, proses atau kegiatan belajar mengajar, maupun sebagai data untuk mengambil keputusan atau menentukan kebijakan.
8.      Jenis Tagihan
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan belajar diperlukan adanya tes. Dalam setiap tes tentunya memerlukan seperangkat alat penilaian. Berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) alat penilaian atau jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain:
1.      Kuis: digunakan untuk menanyakan hal-hal yang prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat, bentuknya berupa isian singkat, dan dilakukan sebelum pelajaran.
2.      Pertanyaan Lisan: digunakan untuk mengungkap penguasaan peserta didik tentang pemahaman konsep, prinsip, atau teorema.
3.      Ulangan harian: dilakukan secara periodik pada akhir pengembangan kompetensi, untuk mengungkap penguasaan pemahaman, sampai evaluasi, atau untuk mengungkap penguasaan pemakaian alat atau prosedur.
4.      Tugas individu: dilakukan secara periodik untuk diselesaikan oleh setiap peserta didik dan dapat berupa tugas rumah. Tugas individu dipakai untuk mengungkap kemampuan aplikasi sampai evaluasi atau untuk mengungkap penguasaan hasil latihan dalam menggunakan alat tertentu, melakukan prosedur tertentu.
5.      Tugas kelompok: digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok dalam upaya pemecahan masalah. Jika mungkin kelompok peserta didik diminta melakukan pengamatan atau merencanakan suatu proyek menggunakan data informasi dari lapangan.
6.      Ulangan semester: digunakan untuk menilai ketuntasan penguasaan kompetensi pada akhir program semester. Kompetensi yang diujikan berdasarkan kisi-kisi yang mencerminkan kompetensi dasar yang dikembangkan dalam semester yang bersangkutan.
7.      Ulangan Kenaikan: digunakan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik utnuk menguasai materi dalam satu tahun ajaran. Pemilihan kompetensi ujian harus mengacu pada kompetensi dasar, berkelanjutan, memiliki nilai aplikatif, atau dibutuhkan untuk belajar pada bidang lain
9.      Pengembangan Tes
Cara pengembangan tes adalah sebagai berikut:
a.       Merumuskan tujuan tes
Tes dapat dibuat untuk bermacam-macam tujuan, seperti:
1)       tes yang bertujuan untuk mengadakan evaluasi belajar tahap akhir (EBTA) atau ujian lain yang sejenis dengan EBTA.
2)      tes yang bertujuan untuk mengadakan seleksi , misalnya untuk saringan masuk perguruan tinggi atau untuk penerimaan beasiswa untuk murid yang berbakat.
3)      tes yang bertujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar murid, yang dikenal dengan tes diagnostik.
b.      Analisis Kurikulum atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan yang akan dijadikan dasar dalam menentukan item atau butir soal dalam membuat kisi-kisi soal
c.       Analisis Buku Pelajaran dan Sumber dari Materi Belajar Lainnya
Analisis buku pelajaran digunakan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi belajar lainnya.
d.      Mengidentifikasi materi-materi yang cocok untuk dibuat dengan soal uraian
Tes uraian biasanya dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan menganalisis yang dimiliki oleh siswa, atau menjelaskan prosedur, hubungan sebab-akibat, atau memberikan argumen-argumen yang relevan.
e.       Membuat kisi-kisi
Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam arti mencakup semua pokok bahasan secara proporsional.
f.       Penulisan soal disertai pembuatan kunci jawaban dan pedoman penskoran
Ada beberapa petunjuk dalam penulisan butir-butir soal seperti valid, dapat dikerjakan dengan kemampuan yang spesifik, dan berikan petunjuk pengerjaan soal secara lengkap dan jelas.
g.      Penelaahan kembali rumusan soal (oleh sendiri atau orang lain)
h.      Reproduksi tes terbatas
Tes yang sudah dibuat diperbanyak dalam jumlah yang cukup menurut jumlah sampel uji coba atau jumlah peserta
i.        Uji Coba Tes
Sampel uji coba harus mempunyai karakteristikyang kurang lebih sama dengan karakteristik peserta tes yang sesungguhnya.
j.        Analisis hasil uji coba
Berdasarkan data hasil uji coba dilakukan analisis, terutama analisis butir soal yang meliputi validitas butir, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh.
k.      Revisi soal
Apabila soal-soal yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan atau revisi soal.
l.        Merakit soal menjadi tes
10.  Pengembangan Instrumen Non-tes
Pengukuran penilaian hasil belajar menggunakan instrumen non tes untuk mengevaluasi hasil belajar aspek afektif dan keterampilan motorik. Bentuk penilaian yang menggunakan alat ukur/instrumen non tes yaitu meliputi penilaian unjuk kerja/performance, penilaian proyek/produk, penilaian potfolio, dan penilaian sikap. Alat penilaian yang tergolong teknik non-tes antara lain:
a. Kuesioner/angket                        f. Portofolio
b. Wawancara (interview)               g. Jurnal
c. Daftar Cocok (check-list)            h. Inventori
d. Pengamatanatau observasi         i. Penilaian diri (self-assessment)
e. Penugasan                                   j. Penilaian oleh teman (peer assessment).

B.     Alat Ukur Non Tes
1.      Skala (alat ukur kiraan)
Adalah seperangkat angka atau lambang melalui aturan yang mampu menempatkan individu (sasaran) pada skala tersebut.
Ada beberapa tipe skala yaitu: (1) skala kategoris à skala yang menunjukan kategori individu (sasaran), (2) skala kualitatif berperingkat à skala yang mmenunjukan peringkat objek ukur, (3) skala kiraan (rating) à model likert, frekuensi verbal, ordinal, komparatif, numeric, kata sifat, staple, peringkat, deferential semantic, dan thurstone.
a.       Skala Likert
Setiap butir terdiri atas suatu pernyataan dimana sasaran dapat memilih satu jawaban diantara lima tawaran yakni:
        SS        = Sangat Setuju
        S          = Setuju
        R         = Ragu-ragu
        TS        = Tidak Setuju
        STS     = Sangat Tidak Setuju
*SS tidak selalu positif, tergantung kepada pernyataannya.
Cara pemberian skor:
Pilihan Jawaban
Pertanyaan/Pernyataan
Positif
Negatif
Sangat Setuju           (SS)
Setuju                       (S)
Ragu-Ragu               (R)
Tidak Setuju             (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
b.      Skala Frekuensi Verbal
Sama dengan skala likert, hanya saja skala yang dipilih adalah: 1 = selalu, 2 = sering, 3 = kadang-kadang, 4 = jarang, 5 =tidak pernah.
c.       Skala Ordinal
data hasil pengamatan diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori, dan diantara kategori ada suatu urutan. Skala ordinal merupakan skala pengukuran yang sifatnya membedakan dan mengurutkan.  Misalnya seseorang diminta untuk mengurutkan tiga buah produk berdasarkan tingkat kepuasan terhadap produk.
d.      Skala Komparatif
Digunakan untuk membandingkan sasaran dengan data yang sudah diiliki sebelumnya. Misalnya untuk membandingkan rasa manis dari buah jeruk yang dijual di warung buah A, B dan C dengan jeruk yang didapat di kebun.
Warung
Sangat asam
Kira-kira sama
Sangat manis
A
1
2
3
4
5
B
1
2
3
4
5
C
1
2
3
4
5
Misalnya hasilnya adalah:
Warung
Sangat asam
Kira-kira sama
Sangat manis
A
1
2
3
4
5
B
1
2
3
4
5
C
1
2
3
4
5
e.       Skala Numerik
Pemakaian angka sebagai tingkat perhitungan terhadap objek oleh sasaran. Misalnya alasan seseorang untuk berkuliah di Undiksha.
Skala:
Sangat Tidak Penting                                                                          Sangat Penting
                        1               2              3               4              5
PERNYATAAN
SKALA
Right Arrow: MISAL HASILNYA
PERNYATAAN
SKALA
Kampus dekat dengan rumah


Kampus dekat dengan rumah
1
Terkenal


Terkenal
5
Lulus dijamin dapat kerja


Lulus dijamin dapat kerja
2
Sesuai keinginan


Sesuai keinginan
1
Kemampuan dosen


Kemampuan dosen
4
Uang Semester


Uang Semester
1
Fasilitas yang dimiliki


Fasilitas yang dimiliki
3

f.       Pilihan Kata Sifat
Untuk mengetahui pendapat sasaran terhadap hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Misalnya:
Beri tanda centang (√) sesuai dengan kesan anda terhadap makanan anda sehari-hari:
(…) enak                                         (…) haram
(…) halal                                         (…) aman
(…) berbahaya                                (…) tidak enak
(…) bersih                                       (…) kotor
Misalnya hasilnya adalah:
( ) enak                                        ( ) haram
(…) halal                                         (…) aman
( ) berbahaya                                (…) tidak enak
(…) bersih                                       ( ) kotor
g.      Skala Stapel
Bisa dikatakan skala ini adalah penyempurnaan dari skala kata sifat dengan cara menggabungkan skala kata sifat dengan skala numeric. Misalnya:
Beri skor di setiap kata sehingga mampu menggambarkan kesan anda terhadap makanan anda sehari-hari:
Skala:
Tidak Sama Sekali                                                                               Sangat Sesuai
                        1               2              3               4              5
(…) enak                                         (…) haram
(…) halal                                         (…) aman
(…) berbahaya                                (…) tidak enak
(…) bersih                                       (…) kotor
Misal hasilnya adalah:
( 4 ) enak                                         ( 5 ) haram
( 1 ) halal                                         ( 2 ) aman
( 3 ) berbahaya                                ( 1 ) tidak enak
( 2 ) bersih                                       ( 4 ) kotor
h.      Skala Peringkat

MISAL
Adalah skala untuk mengetahui minat sasaran sesuai kesan yang dimiliki akan suatu objek. Misalnnya: Berilah tanda 1,2,3, dan 4 pada daftar dibawah ini.
(…) Sepeda                                                                 ( 1 ) Sepeda    
(…) Sepeda Motor                                                      ( 3 ) Sepeda Motor
(…) Jalan Kaki                                                            ( 2 ) Jalan Kaki
(…) Mobil                                                                   ( 4 ) Mobil

i.        Skala Deferential Semantik dari OSGOOD
Memberi pengukuran terhadap data melalui berbagai kreteria. Misalnya:
Berilah tanda terhadap pendapat anda tentang Gedung Perkuliahan PGSD Undiksha.
Dingin                     1          2          3          4          5          Panas
Bersih                     1          2          3          4          5          Kotor
Hening                    1          2          3          4          5          Bising
Misal hasilnya adalah:
Dingin                     1          2          3          4          5          Panas
Bersih                     1          2          3          4          5          Kotor
Hening                    1          2          3          4          5          Bising

j.        Skala Thurstone
Skala Thurstone atau sering juga disebut metode equal appearing interval. Penyusunan skala dengan model ini memang relatif agak rumit dibandingkan dengan penyusunan skala model Likert.
Ada beberapa langkah awal yang mungkin sama dengan model likert, seperti :
1)      penetapan tujuan atau kawasan ukur,
2)      melakukan pendefinisian secara konseptual,
3)      menyusun definisi operasional,
4)      mengidentifikasi indikator perilaku,
5)      membuat blue print alat ukur, dan
6)      penyusunan item-item per indikator yang juga disusun dengan item favorable dan unfavorable sebanyak mungkin.
Yang menjadi pembeda dalam penyusunan skala antara Likert dan Thurstone terletak pada perlakuan setelah item jadi. Setelah item tersusun langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah membuat format untuk proses penilaian oleh Judges. Setiap item diberikan alternatif respon dengan rentang skala 11, ke sebelas rentang skala tersebut diberikan keterangan dengan huruf A sampai K seperti contoh di bawah ini.
Saya baru akan memulai aktivitas ketika waktu mendesak
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K

 Langkah selanjutnya adalah mencari penilai atau Judges minimal 30 orang untuk memberikan penilaian item. Instruksi yang diberikan ke penilaian sebelum melakukan penilaian adalah penilai atau Judges diminta meletakkan item pada rentang huruf tersebut, semakin ke arah huruf A maka item tersebut menyatakan item yang Unfavorable demikian pula sebaliknya apabila item tersebut diletakkan semakin mendekati huruf K maka item tersebut menyatakan item yang Favorable. Proses penilaian ini dilakukan pada semua item yang telah disusun satu per satu.
Apabila seluruh item sudah dilakukan penilaian oleh seluruh penilaian atau Judges, maka langkah selanjutnya adalah melakukan tabulasi data seperti menghitung frekuensi, menghitung persentase, menghitung persentase kumulatif. Selanjutnya melakukan penghitungan nilai S (median) dan nilai Q dari penghitungan nilai percentile 25 dan percentile 75.
Contoh:
No Item
Alternatif Pilihan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
F
4
5
6
8
10
12
30
6
8
9
2
P
0.04
0.05
0.06
0.08
0.10
0.12
0.30
0.06
0.08
0.09
0.02
Pk
0.04
0.09
0.15
0.23
0.33
0.45
0.75
0.81
0.89
0.98
1.00
Keterangan :
F = Frekuensi, jumlah penilai yang memilih tiap-tiap alternatif
P = Proporsi tiap Frekuensi pilihan dengan jumlah penilai/penjawab
F dibagi N (F : N)
Pk = Proporsi Kumulatif yaitu penambahan besarnya proporsi dengan
proporsi sebelumnya, misal 0.09 = 0.04 + 0.05

karena penentuan nilai/skor skala menggunakan ukuran tendency central Median, maka setiap item perlu dicari mediannya dengan menggunakan Rumus Median yang diberi lambang S sebagai berikut:
Keterangan :
S = Skala nilai dari pernyataan (Median)
Bb = Batas bawah median
Pkb = Proporsi kumulatif di bawah posisi median
pm = Proporsi pada posisi Median
i = Interval (dalam hal ini sama dengan 1)
apabila diterapkan pada contoh pada data tabel di atas akan nampak sebagai berikut :
Nilai 6.67 ini merupakan nilai skala untuk item nomor 1 tersebut, pencarian nilai ini dilakukan sebanyak item-item yang tertuang dalam Skala sikap yang akan dipergunakan dalam penelitian. Disamping itu untuk mengetahui variasi distribusi dapat dilakukan perhitungan rentang antar kuartil (K75 - K25) dengan rumus :
Bila diterapkan pada item tersebut di atas diperoleh nilai
K25 = 4.7
K75 = 7
Q = 2.3 (Rentang antar Kuartil)
Langkah selanjutnya adalah melakukan pemilihan item dengan cara :
·         Cari butir dng nilai “Q” kecil
·         Usahakan ada variasi nilai “S”
·         Tiap skala ada 2 butir
·         Pernyataan minimal ada 22 butir
Item-tem yang terpilih disusun ulang secara acak dalam format skala dengan jawaban “ya” dan “Tidak”. Skoring dilakukan hanya pada respon “Ya” dengan memberikan nilai sebesar nilai S pada item yang dijawab “Ya”, sementara yang menjawab “Tidak” tidak diberi skor (nilai 0).
Untuk keperluan interpretasi, hitunglah total nilai kemudian hitung mean (rata-rata) dari nilai S yang dijawab “Ya”, selanjutnya nilai mean (rata-rata) tersebut letakkan pada rentang skala 1 s/d 11. Maka di situlah posisi subyek untuk variabel yang anda ukur.

2.      Alat Ukur Observasi
Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Tujuan utama observasi antara lain :
a.       Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
b.      Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill)
c.       Menilai tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya
Selain itu, observasi mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
a.       Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
b.      Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.
c.       Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
d.      Praktis penggunaannya.
Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a.       Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
b.      Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
a.       Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
b.      Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
c.       Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Sebagai instrumen evaluasi yang lain, observasi secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Arifin (2009) Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain:
a.        Kelebihan
1)      Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
2)      Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
3)      Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
4)      Tidak terikat dengan laporan pribadi.
b.      Kekurangan
1)      Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
2)      Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
3)      Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009)
adalah sebagai berikut:
a.       Merumuskan tujuan observasi
b.      Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
c.       Menyusun pedoman observasi
d.      Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
e.       Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi
f.       Merifisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
g.      Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
h.      Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
3.      Wawancara
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai. Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber.
Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi). Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
a.       Wawancara terpimpin (guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
b.      Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.
Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan evaluator dalam pelaksanaan wawancara antara lain ; evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :
a.       Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.
b.      Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
c.       Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Berbeda dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara lain ; (1) dapat
secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu ; (2) mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh sumber ; (3) Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan baik pula ; (4) Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan ; (5) Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan mendetail.
Namun, wawancara juga memiliki kelemahan antara lain ; (1) memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya ; (2) dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi ; (3) keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian  pewawancara.
4.      Kuosioner (Angket)
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data. Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap. Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
a.       Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran matematika.
b.      Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
c.       Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
d.      Membantu anak yang lemah dalam belajar.
e.       Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika.
Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)
a.       Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
1)      Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
2)      Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
3)      Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta.
4)      Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai.
b.      Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu :
1)      Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan.
2)      Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan. Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri
3)      Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative, diberi juga kesempatan keoada siswa/mahasiswa untuk mengemukakan alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.
c.       Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu :
1)      Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta keterangannya.
2)      Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta keterangannya).
d.   Kuesioner dari sisi bagaimana kuesioner itu diadministrasikan pada responden dapat dibedakan atas 2, yaitu :
1)      Kuesioner yang dikirimkan (Mail Questionaire)
2)      Kuesioner yang dapat dibagikan langsung pada responden.
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi, diantaranya yaitu:
a.       Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
b.      Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
c.       Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
a.       Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
b.      Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
c.       Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
5.      Studi Kasus
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah : 2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga pertanyaan inti dalam studi kasus, yaitu:
a. Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
b. Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
c. Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.
6.      Daftar Cocok
Sejumlah pernyataan (biasanya singkat), dimana sasaran yang dinilai membubuhkan tanda centang (√) pada tempat yang telah disediakan.
7.      Riwayat Hidup
Dengan mempelajari daftar riwayat hidup dari sasaran, pengukur akan mampu mengetahui sejauh mana kepribadian, sikap dan kebiasaan dari sasaran.
8.      Sosiometri
Adalah suatu metode yang dipakai dalam mencari tahu seberapa besar hubungan sosial di dalam suatu kelompok. Dalam sosiometri, akan ada beberapa hasil yang ditemukan antara lain:
a.       Star (orang yang paling popular atau digemari)
b.      Isolate (orang yang paling tidak populer)
c.       Pair (dua orang yang saling berhubungan sosial dengan erat)
d.      Triangle (tiga orang yang saling berhubungan sosial dengan erat)
e.       Clique (lebih dari 3 orang yang berhubungan sosial dengan erat)