BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pendidikan
jasmani merupakan suatu pelajaran yang mengajarkan peserta didik bagaimana cara
untuk mendapatkan tubuh yang sehat. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan tubuh yang segar yaitu dengan melakukan olahraga. Berbagai jenis
dan macam olahraga yang dapat dilakukan baik tradisional maupun modern.
Salah
satu termasuk olahraga tradisional yakni permainan tradisional yang sudah ada
sejak jaman dulu dan diwariskan secara turun temurun. Khusus di Bali memiliki
banyak permainan tradisional yang kerap dimainkan oleh anak-anak. Semua
kabupaten dan kota di Bali memiliki lebih dari dua permainan tradisional. Salah
satu permainan tradisional yakni “Mejangkrik-Jangkrikan”. Permainan ini dapat
ditemui di Kabupaten Gianyar, Buleleng dan mungkin di kabupaten lain. Untuk
memperjelas tentang sejarah, sistem permainan dan sarana-prasarana yang
diperlukan dalam permainan tradisional ini, disuusnlah makalah yang berjudul
Permainan Tradisional Mejangkrik-Jangkrikan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yakni sebagai
berikut.
1)
Bagaimana
sejarah permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan?
2)
Bagaimana sistem
permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan?
3)
Apa saja sarana-prasarana
yang diperlukan dalam permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan?
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini, yakni sebagai berikut.
1)
Dapat mengetahui
sejarah permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan.
2)
Dapat memahami
sistem permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan.
3)
Dapat mengetahui
sarana-prasarana yang diperlukan dalam permainan tradisional
mejangkrik-jangkrikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Permainan Tradisional Mejangkrik-Jangkrikan
Permainan tradisional
Mejangkrik-Jangkrikan tidak diketahui secara pasti asal usulnya. Jenis binatang
jangkrik ini banyak hidup berkeliaran dirumah-rumah rakyat pedesaan yang
biasanya dipenuhi oleh semak-semak. Pada malam hari jangkrik-jangkrik itu
biasanya mengeluarkan bunyi nyaring. Lebih-lebih pada waktu musimnya suara
nyaring yang disebabkan oleh getaran bulu-bulu jangkrik itu menjadi ramai dan
mengasyikkan orang-orang yang mendengarnya, sehingga muncul kencendrungan untuk
memelihara dan memanfaatkannya. Sifat jangkrik jantan yang cukup dewasa, suka
bersuara dan dapat digalakkan untuk diadu dengan kawan sejenisnya. Rupa-rupanya
hal ini yang menimbulkan inspirasi untuk menciptakan suatu jenis permainan
rakyat yang mengambil unsur-unsur dari kehidupan masyarakat jangkrik.
Bila seekor jangkrik
jantan akan berlaga dengan musuhnya mula-mula ia menggerakan (menggetarkan)
bulu-bulunya yang dapat mengeluarkan bunyi nyaring. Setelah mendekati musuhnya ia mulai membuka dan melebarkan mulutnya,
sehingga kelihatan semua gjgi dan taringnya. Dengan gigi-gigi inilah mereka
saling menyerang (saling menggigit) sampai sering keluar darah. Perkelahian
akan berakhir bila salah satu kalah (lari).
Permainan tradisional Mejangkrik-Jangkrikan
ini dapat ditemui di Kabupaten Gianyar, Buleleng dan bahkan tidak menutup
kemungkinan dapat ditemui di kabupaten lain. Permainan tradisional ini termasuk
olahraga melawan orang lain, sehingga membutuhkan tenaga yang cukup dalam
melakukan permainan tradisonal ini.
2.2 Sistem Permainan Tradisional Mejangkrik-Jangkrikan
Sistem permainan
tradisional Mejangkrik-Jangkrikan ini, terdiri atas jumlah pemain, aturan
permainan, kalah-menang dan perwasitan. Berikut pembahasan sistem permainan
tradisional Mejangkrik-Jangkrikan.
a)
Jumlah Pemain
Jumlah pemain pada permainan tradisional
Mejangkrik-Jangkrikan yakni 20 sampai 40 orang, dibagia atas dua regu yang
masing-masing terdiri dari 10 sampai 20 orang. Dalam pelaksanaan permainan,
setiap pemain diadu satu lawan satu dengan pemain dari regu lawannya.
b)
Aturan Permainan
Satu regu (misal regu A) terdiri dari 10 sampai 20 orang pemain campuran laki-laki dan
perempuan. Regu kedua (missal regu B) terdiri dari sejumlah pemain yang sama
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan yang sama pula dengan regu A. Semua
anggota pemain dari kedua regu berdiri membentuk sebuah lingkaran yang cukup
luas sebagai arena permainan.
Permainan didahului dengan pemilihan seorang pemain
dari masing-masing regu yang akan berlaga ke dalam arena (lingkaran) sebagai
jangkrik. Jika regu yang satu (regu A) memilih jangkrik laki-laki, regu yang
lain (regu B) juga memilih jangkrik laki-laki sebagai tandingan, sebaliknya
dilakukan pula kalau dipilih jangkrik perempuan. Kalau sudah terpilih
masing-masing satu jangkrik dari kedua regu dan kedua belah pihak sudah setuju
(sama-sama berani), semua pemain menyanyikan lagu “Jangkrik Kipa” untuk membuat
kedua jangkrik menjadi galak (berani).
Dalam keadaan galak (berani), kedua
jangkrik maju dan masuk ke dalam arena (lingkaran) untuk berlaga. Lagu Jangkrik
Kipa adalah sebagai berikut.
Jangkrik Kipa ya pada mangering,
menantangin musuh nyane sami,
yaning tuhu tuah saja bani,
eda ditu liu munyi.
Lagu ini dinyanyikan berulang-ulang sampai kedua
jangkrik galak dan siap untuk
bertanding (berlaga). Aturan berlaga adalah sebagai beikut.
·
Masing-masing
jangkrik berdiri di tengah lingkaran dengan bertumpu pada satu kaki. Salah satu
kaki dilipat pada lutut ke arah belakang.
·
Kedua tangan
dilipat pada siku dan saling berpegangan di belakang punggung. Dengan posisi seperti
ini, kedua jangrik yang berhadapan bergerak maju dengan meloncat-loncat di atas
satu kaki membentur-benturkan tubuh dengan tubuh lawan. Bagian tubuh yang
sering dibenturkan adalah bahu dengan
bahu.
·
Dalam keadaan
kedua jangkrik sedang berlaga, lagu Jangkrik Kipa dinyanyikan terus, makin lama
makin cepat dank eras sampai salah satu jangkrik dinyatakan kalah atau menang.
·
Lagu Jangkrik
Kipa ditutup dengan kata “mbul” oleh semua anggota regu yang menang sebagai
pernyataan jangkriknya menang.
·
Sebagai ketentuan
yang dinyatakan kalah dalam pertandingan ini adalah jangkrik yang dalam berlaga
sempat jatuh atau kaki yang dilipat menyentuh tanah atau lantai.
·
Jangkrik yang
dinyatakan menang adalah jangkrik yang tidak jatuh dalam medan laga atau kaki
yang dilipat tidak menyentuh tanah atau lantai.
·
Setelah
permainan jangkrik yang pertama selesai, dilanjutkan dengan permainan jangkrik
kedua, ketiga, dan selanjutnya dengan memilih jangkrik-jangkrik yang lain dari
masing-masing.
·
Permainan
selesai apabila semua anggota dari masing-masing regu sudah pernah maju menjadi
jangkrik.
c)
Kalah-Menang
Regu yang keluar sebagai pemenang adalah regu yang
mempunyai nilai lebih banyak yaitu regu yang mempunyai akumulasi jangkrik
menang lebih banyak. Jika akumulasi nilai jangkrik yang menang antara regu satu
(regu A) dengan regu lain (regu B) sama, maka akan diadakan pertandingan lagi
yang disesuaikan dengan kesepakatan kedua regu.
Hadiah untuk regu yang menang dan konsekuensi yang
harus diterima oleh regu yang kalah disesuaikan dengan kesepakatan sebelum
bertanding. Apabila permainan ini dilombakan, maka hadiah diatur oleh panitia.
d)
Perwasitan
Permainan mejangkrik-jangkrikan ini tidak mengenal
seorang wasit. Yang menjadi wasit sekaligus hakim adalah semua anggota regu
pemain secara bersama-sama.
2.3 Sarana-Prasarana yang Diperlukan dalam Melakukan
Permainan Tradisional Mejangkrik-Jangkrikan
a)
Lapangan
Permainan
Permainan mejangkrik-jangkrikan tidak memerlukan peralatan
khusus. Lapangan yang diperlukan adalah lapangan yang cukup luas untuk
membentuk arena berupa lingkaran yang cukup untuk menampung semua anggota regu
pemain yang berdiri sekeliling lingkaran.
b)
Pakaian
Dalam permainan Mejangkrik-jangkrikan, tidak diatur
tentang pakaian yang harus digunakan. Namun, karena permainan ini populer di
dunia Pendidikan, maka biasanya menggunakan pakaian olahraga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1) Sejarah permainan tradisional Mejangkrik-Jangkrikan
yakni tidak diketahui pasti, namun permainan ini terinspirasi dari binatang
jangkrik dengan sifat jangkrik jantan yang cukup dewasa, suka bersuara dan
dapat digalakkan untuk diadu dengan kawan sejenisnya.
2) Sistem permainan tradisional Mejangkrik-Jangkrikan
yakni pemain terdiri dari dua regu yang beranggotakan masing-masing 10 sampai
20 orang. Pemain membentuk lingkaran sekaligus menjadi arena permainan
mejangkrik-jangkrikan. Satu persatu dari perwakilan masing-masing regu
bertanding di dalam arena hingga semua pemain pernah menjadi jangkrik. Regu
pemenang adalah regu yang mampu memperoleh akumulasi nilai jangkrik menang
lebih banyak.
3) Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam Permainan
Mejangkrik-Jangkrikan yakni lapangan yang cukup untuk membuat arena (lingkaran)
dan mampu menampung pemain, pakaian yang digunakan dalam permainan ini biasanya
menggunakan pakaian olahraga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar