Minggu, 05 Januari 2014

permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Pendidikan jasmani merupakan suatu pelajaran yang mengajarkan peserta didik bagaimana cara untuk mendapatkan tubuh yang sehat. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan tubuh yang segar yaitu dengan melakukan olahraga. Berbagai jenis dan macam olahraga yang dapat dilakukan baik tradisional maupun modern.
Salah satu termasuk olahraga tradisional yakni permainan tradisional yang sudah ada sejak jaman dulu dan diwariskan secara turun temurun. Khusus di Bali memiliki banyak permainan tradisional yang kerap dimainkan oleh anak-anak. Semua kabupaten dan kota di Bali memiliki lebih dari dua permainan tradisional. Salah satu permainan tradisional yakni “Mejangkrik-Jangkrikan”. Permainan ini dapat ditemui di Kabupaten Gianyar, Buleleng dan mungkin di kabupaten lain. Untuk memperjelas tentang sejarah, sistem permainan dan sarana-prasarana yang diperlukan dalam permainan tradisional ini, disuusnlah makalah yang berjudul Permainan Tradisional Mejangkrik-Jangkrikan.
1.2.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yakni sebagai berikut.
1)        Bagaimana sejarah permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan?
2)        Bagaimana sistem permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan?
3)        Apa saja sarana-prasarana yang diperlukan dalam permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan?
1.3.  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yakni sebagai berikut.
1)        Dapat mengetahui sejarah permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan.
2)        Dapat memahami sistem permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan.
3)        Dapat mengetahui sarana-prasarana yang diperlukan dalam permainan tradisional mejangkrik-jangkrikan.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Permainan Tradisional Mejangkrik-Jangkrikan
Permainan tradisional Mejangkrik-Jangkrikan tidak diketahui secara pasti asal usulnya. Jenis binatang jangkrik ini banyak hidup berkeliaran dirumah-rumah rakyat pedesaan yang biasanya dipenuhi oleh semak-semak. Pada malam hari jangkrik-jangkrik itu biasanya mengeluarkan bunyi nyaring. Lebih-lebih pada waktu musimnya suara nyaring yang disebabkan oleh getaran bulu-bulu jangkrik itu menjadi ramai dan mengasyikkan orang-orang yang mendengarnya, sehingga muncul kencendrungan untuk memelihara dan memanfaatkannya. Sifat jangkrik jantan yang cukup dewasa, suka bersuara dan dapat digalakkan untuk diadu dengan kawan sejenisnya. Rupa-rupanya hal ini yang menimbulkan inspirasi untuk menciptakan suatu jenis permainan rakyat yang mengambil unsur-unsur dari kehidupan masyarakat jangkrik.
Bila seekor jangkrik jantan akan berlaga dengan musuhnya mula-mula ia menggerakan (menggetarkan) bulu-bulunya yang dapat mengeluarkan bunyi nyaring. Setelah   mendekati musuhnya  ia mulai membuka dan melebarkan mulutnya, sehingga kelihatan semua gjgi dan taringnya. Dengan gigi-gigi inilah mereka saling menyerang (saling menggigit) sampai sering keluar darah. Perkelahian akan berakhir bila salah satu kalah (lari).
Permainan tradisional Mejangkrik-Jangkrikan ini dapat ditemui di Kabupaten Gianyar, Buleleng dan bahkan tidak menutup kemungkinan dapat ditemui di kabupaten lain. Permainan tradisional ini termasuk olahraga melawan orang lain, sehingga membutuhkan tenaga yang cukup dalam melakukan permainan tradisonal ini.
2.2 Sistem Permainan Tradisional Mejangkrik-Jangkrikan
Sistem permainan tradisional Mejangkrik-Jangkrikan ini, terdiri atas jumlah pemain, aturan permainan, kalah-menang dan perwasitan. Berikut pembahasan sistem permainan tradisional Mejangkrik-Jangkrikan.
a)         Jumlah Pemain
Jumlah pemain pada permainan tradisional Mejangkrik-Jangkrikan yakni 20 sampai 40 orang, dibagia atas dua regu yang masing-masing terdiri dari 10 sampai 20 orang. Dalam pelaksanaan permainan, setiap pemain diadu satu lawan satu dengan pemain dari regu lawannya.
b)        Aturan Permainan
Satu regu (misal regu A) terdiri dari 10  sampai 20 orang pemain campuran laki-laki dan perempuan. Regu kedua (missal regu B) terdiri dari sejumlah pemain yang sama dengan perbandingan laki-laki dan perempuan yang sama pula dengan regu A. Semua anggota pemain dari kedua regu berdiri membentuk sebuah lingkaran yang cukup luas sebagai arena permainan.
Permainan didahului dengan pemilihan seorang pemain dari masing-masing regu yang akan berlaga ke dalam arena (lingkaran) sebagai jangkrik. Jika regu yang satu (regu A) memilih jangkrik laki-laki, regu yang lain (regu B) juga memilih jangkrik laki-laki sebagai tandingan, sebaliknya dilakukan pula kalau dipilih jangkrik perempuan. Kalau sudah terpilih masing-masing satu jangkrik dari kedua regu dan kedua belah pihak sudah setuju (sama-sama berani), semua pemain menyanyikan lagu “Jangkrik Kipa” untuk membuat kedua jangkrik menjadi galak (berani). Dalam keadaan galak (berani), kedua jangkrik maju dan masuk ke dalam arena (lingkaran) untuk berlaga. Lagu Jangkrik Kipa adalah sebagai berikut.
Jangkrik Kipa ya pada mangering,
menantangin musuh nyane sami,
yaning tuhu tuah saja bani,
eda ditu liu munyi.
              Lagu ini dinyanyikan berulang-ulang sampai kedua jangkrik galak dan siap untuk bertanding (berlaga). Aturan berlaga adalah sebagai beikut.
·           Masing-masing jangkrik berdiri di tengah lingkaran dengan bertumpu pada satu kaki. Salah satu kaki dilipat pada lutut ke arah belakang.
·           Kedua tangan dilipat pada siku dan saling berpegangan di belakang punggung. Dengan posisi seperti ini, kedua jangrik yang berhadapan bergerak maju dengan meloncat-loncat di atas satu kaki membentur-benturkan tubuh dengan tubuh lawan. Bagian tubuh yang sering dibenturkan  adalah bahu dengan bahu.
·           Dalam keadaan kedua jangkrik sedang berlaga, lagu Jangkrik Kipa dinyanyikan terus, makin lama makin cepat dank eras sampai salah satu jangkrik dinyatakan kalah atau menang.
·           Lagu Jangkrik Kipa ditutup dengan kata “mbul” oleh semua anggota regu yang menang sebagai pernyataan jangkriknya menang.
·           Sebagai ketentuan yang dinyatakan kalah dalam pertandingan ini adalah jangkrik yang dalam berlaga sempat jatuh atau kaki yang dilipat menyentuh tanah atau lantai.
·           Jangkrik yang dinyatakan menang adalah jangkrik yang tidak jatuh dalam medan laga atau kaki yang dilipat tidak menyentuh tanah atau lantai.
·           Setelah permainan jangkrik yang pertama selesai, dilanjutkan dengan permainan jangkrik kedua, ketiga, dan selanjutnya dengan memilih jangkrik-jangkrik yang lain dari masing-masing.
·           Permainan selesai apabila semua anggota dari masing-masing regu sudah pernah maju menjadi jangkrik.
c)         Kalah-Menang
Regu yang keluar sebagai pemenang adalah regu yang mempunyai nilai lebih banyak yaitu regu yang mempunyai akumulasi jangkrik menang lebih banyak. Jika akumulasi nilai jangkrik yang menang antara regu satu (regu A) dengan regu lain (regu B) sama, maka akan diadakan pertandingan lagi yang disesuaikan dengan kesepakatan kedua regu.
Hadiah untuk regu yang menang dan konsekuensi yang harus diterima oleh regu yang kalah disesuaikan dengan kesepakatan sebelum bertanding. Apabila permainan ini dilombakan, maka hadiah diatur oleh panitia.
d)        Perwasitan
Permainan mejangkrik-jangkrikan ini tidak mengenal seorang wasit. Yang menjadi wasit sekaligus hakim adalah semua anggota regu pemain secara bersama-sama.
2.3 Sarana-Prasarana yang Diperlukan dalam Melakukan Permainan Tradisional Mejangkrik-Jangkrikan
a)         Lapangan Permainan
Permainan mejangkrik-jangkrikan tidak memerlukan peralatan khusus. Lapangan yang diperlukan adalah lapangan yang cukup luas untuk membentuk arena berupa lingkaran yang cukup untuk menampung semua anggota regu pemain yang berdiri sekeliling lingkaran.
b)        Pakaian
Dalam permainan Mejangkrik-jangkrikan, tidak diatur tentang pakaian yang harus digunakan. Namun, karena permainan ini populer di dunia Pendidikan, maka biasanya menggunakan pakaian olahraga.

           


















BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1)      Sejarah permainan tradisional Mejangkrik-Jangkrikan yakni tidak diketahui pasti, namun permainan ini terinspirasi dari binatang jangkrik dengan sifat jangkrik jantan yang cukup dewasa, suka bersuara dan dapat digalakkan untuk diadu dengan kawan sejenisnya.
2)      Sistem permainan tradisional Mejangkrik-Jangkrikan yakni pemain terdiri dari dua regu yang beranggotakan masing-masing 10 sampai 20 orang. Pemain membentuk lingkaran sekaligus menjadi arena permainan mejangkrik-jangkrikan. Satu persatu dari perwakilan masing-masing regu bertanding di dalam arena hingga semua pemain pernah menjadi jangkrik. Regu pemenang adalah regu yang mampu memperoleh akumulasi nilai jangkrik menang lebih banyak.
3)      Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam Permainan Mejangkrik-Jangkrikan yakni lapangan yang cukup untuk membuat arena (lingkaran) dan mampu menampung pemain, pakaian yang digunakan dalam permainan ini biasanya menggunakan pakaian olahraga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar