Selasa, 07 Januari 2014

Mendeskripsikan prinsip belajar yang dikemukakan Robert Gagne



BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu pendididkan, sering dikemukakan pertanyaan berupa ”mengapa seseorang perlu belajar?” untuk menjawab pertanyaan ini, sepertinya kita sependapat bahwa di dunia ini tak ada makhluk hidup yang ketika baru dilahirkan dapat melakukan segala sesuatu dengan sendirinya. Sejak ia bayi, bahkan ketika dewasa pun, ia pasti membutuhkan bantuan orang lain.
Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa lainnya, tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik oleh manusia. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Selain itu, manusia juga makhluk berbudaya, sehingga belajar merupakan kebutuhan yang vital sejak manusia dilahirkan. Manusia selalu belajar kapan saja dan dimana saja ia berada.
Banyak ilmuan yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori belajar dikemukakan oleh Robert M. Gagne, seorang ahli psikologi pendidikan yang telah banyak menyumbangkan hasil-hasil penelitiannya dalam pendidikan dan sampai sekarang teori belajar Gagne banyak digunakan dan dikembangkan, salah satu pendapatnya yaitu penyusunan hierarki belajar untuk belajar aturan dan pemecahan masalah.
Menurut pandangannya belajar bukanlah merupakan proses tunggal melainkan proses luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku tersebut merupakan proses belajar. Selain itu Gagne juga menemukan lima ragam belajar yang terjadi pada manusia yaitu informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Dari permasalahan di atas, maka penulis memandang perlu penjelasan mengenai prinsip belajar, prinsip pembelajaran, dan aplikasi pendidikan dari teori Robert Gagne yang dibahas dalam makalah ini.



1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1)             Bagaimana prinsip belajar yang dikemukakan oleh Robert Gagne?
2)             Bagaimana prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Robert Gagne?
3)             Bagaimana aplikasi pendidikan dari teori Gagne dalam pembelajaran?

1.3     Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan kami mengangkat masalah di atas adalah sebagai berikut.
1)             Untuk mendeskripsikan prinsip belajar yang dikemukakan Robert Gagne.
2)             Untuk mendeskripsikan prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Robert Gagne.
3)             Untuk mendeskripsikan aplikasi pendidikan dari teori Robert Gagne dalam pembelajaran.

1.4     Manfaat Penulisan
          Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1)      Bagi Penulis
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, dapat menambah wawasan penyusun dan juga sebagai bekal dan pembelajaran mengenai salah satu teori belajar.
2)      Bagi Pembaca
          Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi dalam mempelajari teori belajar khususnya teori belajar Robert Gagne, dan juga diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai materi ini.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Prinsip Belajar Robert Gagne (1977-1985)
Sebagaimana tokoh-tokoh lainnya dalam psikologi pembelajaran, Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan individu meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Lingkungan itulah yang menentukan apa yang akan dipelajari seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya.
Tabel 1
Asumsi Dasar Kondisi Belajar Gagne
Asumsi
Alasan
1.    Belajar dan pertumbuhan tidak boleh disamakan satu sama lain.
Faktor yang memengaruhi pertumbuhan ditentukan secara genetik. Faktor yang memengaruhi belajar terutama ditentukan oleh kejadian dalam lingkungan pemelajar.
2.    Belajar adalah faktor kausal penting dalam perkembangan individual.
Model yang diusulkan Arnold Gessel, bahwa pertumbuhan tubuh dan mental terkait erat, adalah tidak akurat.
3.    Banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan ke berbagai macam situasi.
Belajar bukan akuisi kepingan informasi secara terpisah. Penjumlahan, misalnya, berlaku untuk situasi seperti penyeimbangan neraca, menghitung pajak, dan menyusun anggaran.
4.    Belajar manusia adalah kumulatif, belajar keterampilan yang kompleks didasarkan pada belajar sebelumnya.
Seseorang tidak harus mempelajari seperangkat respons baru secara lengkap di banyak situasi. Misalnya, keterampilan menjumlah angka memberi kontribusi untuk kemampuan membagi.
5.    Belajar bukan proses tunggal.
Model S-R dapat menjelaskan asosiasi sederhana, tetapi tidak dapat menjelaskan belajar keterampilan yang kompleks. Juga, belajar membaca atau mengucapkan bahasa asing bukan hasil dari wawasan (insight).

Bagi Gagne, belajar tidak dapat didefinisikan dengan mudah karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan perubahan pada seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang.
Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun hanya sementara.
Menurut Gagne, ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya, Gagne juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika lima jenis belajar, fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam pembelajaran.

2.2     Prinsip Pembelajaran Robert Gagne
A.           Sistematika ”Delapan Tipe Belajar”
Robert M. Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke delapan tipe belajar/hierarki belajar. Menurut Gagne, hierarki belajar harus disusun dari atas ke bawah atau top down (Orton dalam Fadjar, 2007). Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di puncak hierarki belajar tersebut, diikuti kemampuan keterampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan di atasnya.
Hierarki belajar dari Gagne memungkinkan juga prasayrat yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda pula (Orton dalam Fadjar, 2007). Sebagai contoh, pemecahan masalah membutuhkan aturan, prinsip, dan konsep-konsep terdefinisi sebagai prasyaratnya, yang membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya, yang masih membutuhkan kemampuan membedakan (discriminations) sebagai prasyarat berikutnya lagi. Menurut Gagne (Bell, 1978) tipe/hierarki belajar dijabarkan sebagai berikut.

1)             Belajar Isyarat (Signal Learning)
Signal learning dapat diartikan sebagai proses penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat tidak disengaja dan tidak disadari tujuannya. Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak, dan stimulus tertentu berulang kali. Respon yang timbul bersifat umum dan emosional, selain timbulnya dengan tak sengaja dan tidak dapat dikuasai.
Beberapa ucapan kasar untuk mempermalukan, siswa yang gelisah saat pelajaran matematika mungkin karena kondisi tidak suka. Belajar isyarat sukar dikontrol siswa dan mempunyai pengalaman yang pantas dipertimbangkan pada tindakannya. konsekuensinya, seorang guru matematika seharusnya mencoba membangkitkan stimulus yang tidak dikondisikan yang akan menimbulkan perasaan senang pada siswa dan berharap mereka akan mengasosiasikan beberapa perasaan senang dengan isyarat netral pada pelajaran matematika.
Apabila perlakuan yang disenangi membangkitkan hal-hal positif, stimulus yang tidak diharapkan mungkin gagal menimbulkan asosiasi keinginan positif dengan isyarat netral, kecerobohan menimbulkan stimulus negatif, pada satu waktu akan merusak keinginan siswa untuk mempelajari pelajaran yang diajarkan.

2)             Belajar Stimulus-Respons (Stimulus-Respon Learning)
Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor penguatan (reinforcement). Waktu antara stimulus pertama dan berikutnya amat penting. Makin singkat jarak S-R dengan S-R berikutnya, semakin kuat penguatannya. Kemampuan tidak diperoleh dengan tiba-tiba, akan tetapi melalui latihan-latihan. Respon dapat diatur dan dikuasai. Respon bersifat spesifik, tidak umum, dan kabur. Respon diperkuat dengan adanya imbalan atau reward. Sering gerakan motoris merupakan komponen penting dalam respon itu.

3)             Rantai atau Rangkaian Hal (Chaining)
Tipe belajar ini masih mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik. Chaining ini terjadi bila terbentuk hubungan antara beberapa S-R, oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan “contiguity”. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining. Kebanyakan aktivitas dalam matematika memerlukan manipulasi dari peralatan fisik seperti mistar, jangka, dan model geometri membutuhkan chaining. Belajar membuat garis bagi suatu sudut dengan menggunakan jangka membutuhkan penerapan keterampilan tipe stimulus respon yang telah dipelajari sebelumnya. Diantaranya kemampuan menggunakan jangka untuk menarik busur dan membuat garis lurus antara dua titik.
Ada dua karakteristik dari belajar S-R dan belajar rangkaian dalam pengajaran Matematika yaitu siswa tidak dapat menyempurnakan rangkaian S-R apabila tidak menguasai salah satu keterampilan dari rangkaian tersebut, dan belajar S-R dan rangkaian difasilitasi dengan cara memberikan penguatan bagi tingkah laku yang diinginkan. Meskipun memberi hukuman dapat digunakan untuk meningkatkan belajar S-R, tetapi hal tersebut dapat berakibat negatif terhadap emosi, sikap, dan motivasi belajar.

4)             Asosiasi Verbal (Verbal Association)
Asosiasi verbal adalah rangkaian dari stimulus verbal yang merupakan hubungan dari dua atau lebih tindakan S-R verbal yang telah dipelajari sebelumnya. Tipe paling sederhana dari belajar rangkaian verbal adalah asosiasi antara suatu objek dengan namanya yang melibatkan belajar rangkaian stimulus respon dari tampilan objek dengan karakteristiknya dan S-R dari pengamatan terhadap suatu objek dan memberikan tanggapan dengan menyebutkan namanya.
Asosiasi verbal melibatkan proses mental yang sangat kompleks. Asosiasi verbal yang memerlukan penggunaan rangkaian mental intervening yang berupa kode dalam bentuk verbal, auditory atau gambar visual. Kode ini biasanya terdapat dalam pikiran siswa dan bervariasi pada tiap siswa dan mengacu kepada penyimpanan kode-kode mental yang unik. Contoh seseorang mungkin menggunakan kode mental verbal “y ditentukan oleh x” sebagai petunjuk kata fungsi, orang lain mungkin memberi kode fungsi dengan menggunakan simbol “y=f(x)” dan orang yang lain lagi mungkin menggunakan visualisasi diagram panah dari dua himpunan.

5)             Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)/ Membedakan
Discrimination learning atau belajar membedakan sejumlah rangkaian, mengenal objek secara konseptual dan secara fisik. Dalam tipe ini anak didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua peransang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap sesuai. Kondisi utama bagi berlangsungnya proses belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai kemahiran melakukan chaining dan association serta pengalaman (pola S-R). Contohnya: anak dapat membedakan manusia yang satu dengan yang lain; juga tanaman, binatang, dan lain-lain. Guru mengenal anak didik serta nama masing-masing karena mampu mengadakan diskriminasi di antara anak-anak.
Terdapat dua macam diskriminasi yaitu diskriminasi tunggal dan diskriminasi ganda. Contoh mengenalkan angka 2 pada anak dengan memperlihatkan 50 angka 2 pada kertas dan menggambar angka 2. Melalui stimulus respon sederhana anak belajar mengenal (nama “dua” untuk konsep dua). Sedangkan untuk diskriminasi ganda anak belajar mengenal angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan membedakan angka-angka tersebut.

6)             Belajar Konsep (Concept Learning)
Belajar konsep adalah mengetahui sifat-sifat umum benda konkrit atau kejadian dan mengelompokan objek-objek atau kejadian-kejadian dalam satu kelompok. Dalam hal ini belajar konsep adalah lawan dari belajar dari diskriminasi. Belajar diskriminasi menuntut siswa untuk membedakan objek-objek karena dalam karakteristik yang berbeda sedangkan belajar konsep mengelompokkan objek-objek karena dalam karakteristik umum dan pembahasan kepada sifat-sifat umum.
Dalam belajar konsep, tipe-tipe sederhana belajar dari prasyarat harus dilibatkan. Penambahan beberapa konsep yang spesifik harus diikutkan dengan prasyarat rangkaian stimulus respon, asosiasi verbal yang cocok, dan diskriminasi dari karakteristik yang berbeda.
Sebagai contoh, tahap pertama belajar konsep lingkaran mungkin belajar mengucapkan kata lingkaran sebagai suatu membangkitkan sendiri hubungan stimulus respon, sehingga siswa dapat mengulangi kata. Kemudian siswa belajar untuk mengenali beberapa objek berbeda sebagai lingkaran melalui belajar asosiasi verbal individu. Selanjutnya siswa mungkin belajar membedakan antara lingkaran dan objek lingkaran lain. Hal tersebut penting bagi siswa untuk menyatakan lingkaran dalam variasi yang luas. Situasi representatif sehingga mereka belajar untuk mengenal lingkaran. Ketika siswa secara spontan mengidentifikasi lingkaran dalam konteks yang lain, mereka telah memahami konsep lingkaran.
Kemampuan membuat generalisasi konsep dalam situasi baru merupakan kemampuan yang membedakan belajar konsep dengan bentuk belajar lain. Ketika siswa telah mempelajari suatu konsep, siswa tidak membutuhkan waktu lama untuk mengidentifikasi dan memberikan respon terhadap hal baru dari suatu konsep, sebagai akibatnya cara untuk menunjukkan bahwa suatu konsep telah dipelajari adalah siswa dapat membuat generalisasi konsep dalam situasi lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan suatu konsep baru kepada siswa:
a.              Memberikan variasi hal-hal yang berbeda konsep untuk menfasilitasi generalisasi.
b.             Memberikan contoh-contoh perbedaan dikaitkan dengan konsep untuk membantu diskriminasi.
c.              Memberikan yang bukan contoh dari konsep untuk meningkatkan pemahaman diskriminasi dan generalisasi.
d.             Menghindari pemberian konsep yang mempunyai karakteristik umum. 

7)             Belajar Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan (Rule learning) adalah kemampuan untuk merespon sejumlah situasi (stimulus) dengan beberapa tindakan (respon). Kebanyakan belajar matematika adalah belajar aturan. Sebagai contoh, 5 x 6 = 6 x 5 dan 2 x 8 = 8 x 2; tetapi tanpa mengetahui bahwa aturannya dapat dinyatakan dengan a x b = b x a. Kebanyakan orang pertama belajar dan menggunakan aturan bahwa perkalian kumutatif adalah tanpa dapat menyatakan itu, dan biasanya tidak menyadari bahwa mereka tahu dan menerapkan aturan tersebut. Untuk membahas aturan ini, harus diberikan verbal (dengan kata-kata) atau rumus seperti “urutan dalam perkalian tidak memberikan jawaban yang berbeda” atau “untuk setiap bilangan a dan b, a x b = b x a”.
Aturan terdiri dari sekumpulan konsep. Aturan mungkin mempunyai tipe dan tingkat kesulitan yang berbeda. Beberapa aturan adalah definisi dan mungkin dianggap sebagai konsep terdefinisi. Konsep terdefinisi n! = n (n-1) (n-2)... (2)(1) adalah aturan yang menjelaskan bagaimana mengerjakan n!. Aturan lain adalah rangkaian antar kosep yang terhubung, seperti aturan bahwa keberadaan sejumlah operasi aritmetika seharusnya dikerjakan dengan urutan x, :, +, - . Jika siswa sedang belajar aturan mereka harus mempelajari sebelumnya rangkaian konsep yang menyusun aturan tersebut. Kondisi belajar aturan mulai dengan merinci perilaku yang diinginkan pada siswa. seorang siswa telah belajar aturan apabila dapat menerapkan aturan itu dengan tepat pada beberapa situasi yang berbeda. Robert Gagne (Bell, 1978) memberikan 5 tahap dalam mengajarkan aturan:
Tahap 1: Menginformasikan pada siswa tentang bentuk perilaku yang diharapkan ketika belajar.
Tahap 2: Bertanya ke siswa dengan cara yang memerlukan pemanggilan kembali konsep yang telah dipelajari sebelumnya yang menyusun konsep.
Tahap 3: Menggunakan pernyataan verbal (petunjuk) yang akan mengarahkan siswa menyatakan aturan sebagai rangkaian konsep dalam urutan yang tepat.
Tahap 4: Dengan bantuan pertanyaan, meminta siswa untuk “mendemonstrasikan” satu contoh nyata dari aturan.
Tahap 5: (bersifat pilihan, tapi berguna untuk pengajaran selanjutnya): dengan pertanyaan yang cocok, meminta siswa untuk membuat pernyataan verbal dari aturan.

8)             Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Tipe belajar ini menurut Gagne merupakan tipe belajar yang paling kompleks, karena di dalamnya terkait tipe-tipe belajar lain, terutama penggunaan aturan yang disertai proses analisis dan penarikan kesimpulan. Pada tingkat ini siswa belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik. Tipe belajar ini memerlukan proses penalaran yang memerlukan waktu lama, tetapi dengan tipe belajar ini kemampuan penalaran siswa dapat berkembang. Dengan demikian poses belajar yang tertinggi ini hanya mungkin dapat berlangsung apabila proses belajar fundamental lainnya telah dimiliki dan dikuasai.
Kriteria suatu pemecahan masalah adalah siswa belum pernah sebelumnya menyelesaikan masalah khusus tersebut, walaupun mungkin telah dipecahkan sebelumnya oleh banyak orang. Contoh, siswa yang belum pernah sebelumnya belajar rumus kuadrat, menurunkan rumusnya untuk menentukan penyelesaian umum persamaan ax2 + bx + c = 0. Siswa akan memilih keterampilan melengkapkan kuadrat tiga suku dan menerapkan keterampilan dalam cara yang tepat untuk menurunkan rumus kuadrat, dengan melaksanakan petunjuk dari guru. Pemecahan masalah biasanya melibatkan lima tahap:
a.              Menyatakan masalah dalam bentuk umum.
b.             Menyatakan kembali masalah dalam suatu defenisi operasional.
c.              Merumuskan hipotesis alternatif dan prosedur yang mungkin tepat untuk memecahkan masalah.
d.             Menguji hipotesis dan melaksanakan prosedur untuk memperoleh solusi.
e.              Menentukan solusi yang tepat.

B.            Sistematika “Lima Jenis Belajar”
Sistematika ini merupakan penyederhanaan sistematika delapan tipe belajar. Sistematika ini memperhatikan hasil belajar yang merupakan kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang tersebut melakukan sesuatu yang dapat memberikan prestasi. Sistematika ini mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak menunjukkan setiap hasil belajar/kemampuan internal satu-persatu. Tetapi mengelompokan hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu kategori dan berbeda sifatnya.
1)             Informasi Verbal (Verbal Information)
Merupakan penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun lisan, misalnya pemberian nama terhadap suatu benda, definisi, dll. Informasi verbal meliputi “cap verbal” dan “data/fakta”. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada obyek yang dihadapi, misal ‘kursi’. Data/fakta adalah kenyataan yang diketahui, misal ‘Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta’. Informasi verbal dimulai sejak masa anak mulai belajar nama objek, hewan, dan peristiwa, berlanjut di sepanjang hayat saat orang belajar tentang dunia di sekitar mereka. Dua karakteristik esensial informasi verbal: (1) dapat diverbalisasikan (ditulis/dikatakan), dan (2) setidaknya beberapa kata memiliki makna bagi individual.
2)             Kemahiran Intelektual (Intellectual Skill)
Merupakan keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, abstrak, aturan, hukum, serta lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar). Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah. Kategori kemahiran intelektual terbagi lagi atas empat subkemampuan.
Tabel 2
Ringkasan Keterampilan Intelektual dari yang Sederhana ke yang Kompleks
Tipe Kapabilitas
Deskripsi
Contoh
Belajar Diskriminasi
Merespons secara  berbeda pada karakteristik yang  membedakan objek,  seperti bentuk, ukuran, warna.
Membedakan gambar segitiga tertutup dan gambar geometris lainnya.
Belajar konsep/ konsep konkret.
Mengidentifikasi objek atau kegiatan sebagai anggota dari satu kelompok konsep, belajar melalui pertemuan langsung dengan contoh konkret.
Mengidentifikasi berbagai bentuk segitiga, dari segitiga yang tinggi sampai lebar.
Konsep yang
didefinisikan
Belajar aturan klasifikasi (konsepnya adalah abstrak, tidak ada contoh konkret).
Belajar bahwa patriotism mengacu pada situasi yang merefleksikan cinta atau semangat untuk membela negara.
Belajar aturan
Merespons satu kelompok situasi dengan kelompok kinerja yang mempresentasikan kaitan.
Menjawab 5+2, 6+1, dan  9+4 dengan  menjumlahkan 2+5, 1+6, dan 4+9.
Belajar kaidah yang lebih tinggi (pemecahan masalah)
Memilih aturan subordinat dari ingatan untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikannya pada urutan yang tepat.
Memecahkan persamaan linier dengan satu persamaan tersamar.

3)             Pengaturan Kegiatan Kognitif (Cognitive Strategy)
Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berpikir agar terjadi aktivitas yang efektif sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada proses pemikiran.
4)             Keterampilan Motorik (Motor Skill)
Merupakan hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
5)             Sikap (Attitude)

Keadaan internal pemelajar dan proses kognitif
Kondisi belajar internal
Hasil belajar
Informasi verbal
Keterampilan intelektual
Keterampilan motorik
Sikap
Strategi kognitif
Berinteraksi dengan
Stimuli dari lingkungan
Kondisi belajar eksternal
Kegiatan instruksi
Merupakan hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap adalah keadaan dalam individu yang memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau peristiwa, di dalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan bertindak.














Gambar
Komponen Esensial dalam Belajar dan Pembelajaran
C.           Fase-Fase Belajar
Fase-fase belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada 4 fase dalam proses belajar, yaitu:
1)             Fase Penerimaan (Apprehending Phase)
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2)             Fase Penguasaan (Acquisition Phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada kemampuan atau sikapnya.
3)             Fase Pengendapan (Storage Phase)
Sesuatu yang dimiliki, disimpan agar tidak hilang sehingga dapat digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
4)             Fase Pengungkapan Kembali (Retrieval Phase)
Apa yang dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan, inilah yang disebut pengungkapan kembali. Fase ini meliputi penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya dengan kata-kata (verbal) yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.
Keempat fase belajar manusia ini telah disatukan menyerupai model sistem komputer, meskipun sedikit lebih kompleks daripada yang ada pada manusia. komputer menangkap rangsangan listrik dari pengguna komputer, memperoleh stimulus dalam Central Processing Unit, menyimpan informasi dalam stimulus di salah satu memori, dan mendapatkan kembali informasi pada penyimpanannya. Guru menimbulkan pemahaman dengan mengerjakan suatu contoh pada papan tulis, memudahkan akusisi setelah setiap siswa mengerjakan contoh dengan mengikutinya, langkah demi langkah, daftar petunjuk, membantu penyimpanan dengan memberikan soal untuk pekerjaan rumah, dan memunculkan pemanggilan kembali dengan memberikan kuis pada hari berikutnya.

2.3         Aplikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran
Aplikasi penerapan teori belajar Gagne erat kaitannya dengan fase belajar dan Sembilan peristiwa pembelajaran. Gagne menemukan teorinya bukan melalui suatu proses penemuan atau penerimaan seperti yang dilakukan oleh ahli lain, namun menurutnya yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah kualitas, penetapan (daya guna), dan kegunaan belajar. Hubungan antara fase-fase belajar dan Sembilan peristiwa pembelajaran dapat dicermati melalui tabel di bawah ini:
Tabel 3
Hubungan Fase Belajar dan Sembilan Peristiwa Belajar
Proses Belajar
Peristiwa Pembelajaran
Perhatian
Memberi perhatian
Pengharapan
Menjelaskan tujuan belajar pada siswa
Membangkitkan Ingatan
Merangsang ingatan
Persepsi Seleksi
Menyajikan materi perangsang
Penyimpanan dalam memori jangka panjang
Memberikan bimbingan belajar
Respon
Keterampilan kemampuan
Reinforcement
Member umpan balik
Menilai kemampuan
Retrival
Meningkatkan retensi dan transfer

Sembilan peristiwa pembelajaran ini merupakan contoh aktifitas-aktifitas belajar yang menurut Gagne perlu diterapkan dan dapat dijadikan menjadi model pembelajaran yang semata bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

*             Karakteristik Pemelajar
1)             Perbedaan Individual
Metode mengompensasi perbedaan individu dalam pemberian pembelajaran antara lain adalah pembelajaran kelompok kecil, tutorial, belajar independent, dan sistem pembelajaran yang diindividualisasikan.
2)             Kesiapan
Kesiapan berkembang bukan berarti soal kedewasaan namun kesiapan seperti mencakup keterampilan yang lebih rendah dalam tipe belajar.
3)             Motivasi
Motivasi berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar. Motivasi mempunyai hubungan yang sama pentingnya dengan penguatan. Penguatan merupakan sumber motivasi utama siswa (teori belajar Skinner).

*             Proses kognitif dan pembelajaran
1)             Transfer Belajar
Konsep transfer belajar adalah inti dari model belajar komulatif Gagne. Model pembelajaran komulatif ini memberikan kontribusi pada upaya mempelajari keterampilan urutan yang lebih tinggi. Dalam penelitiannya Gagne menemukan bahwa dengan meningkatkan kemampuan cara belajar siswa yang membangkitkan potensi mereka adalah masalah paling menantang dalam dunia pendidikan.
2)             Keterampilan “Bagaimana Cara Belajar”
Cara yang dipakai siswa mengelola cara belajarnya, mengingat dan berpikir.
3)             Pengajaran Pemecahan Masalah
Dalam memecahkan masalah yang harus dicari adalah penciptaan solusi dari masalah tersebut. Yang dibutuhkan oleh siswa adalah ingatan yang baik dan aplikasi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa adalah a) siswa telah menguasai aturan yang diperlukan b) situasi masalah yang belum pernah ditemui pemelajar disajikan pada mereka c) pedoman informasi yang diberikan pada siswa. pemecahan masalah tercakup di keterampilan intelektual dimana siswa menciptakan solusi dari hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.

Mengembangkan Strategi Kelas
Menurut kurikulum yang berlaku perancangan pembelajaran di kelas adalah  salah satu komponen dari proses keseluruhan. Oleh sebab itu, proses pembelajaran sebaiknya dimulai dengan perancangan kurikulum dan peringkat mata pelajaran.
a.              Model Perancangan Sistem
Cici-ciri model sistem untuk merancang pembelajaran yaitu: pembelajaran dirancang untuk tujuan dan sasaran yang jelas, pengembangan pembelajaran menggunakan media dan teknologi pengembangan lain, serta uji coba, revisi, dan pengujian lapangan merupakan suatu susuanan yang harus dilewati dalam merancang sistem pembelajaran. Model sistem yang dirancang Gagne dan Brings (1979) mencakup semua tahap pada rancangan kurikulum dan pembelajaran. Model ini juga melibatkan pengembangan sasaran akhir pelajaran, tujuan kinerja khusus, kegiatan pembelajaran, pemilihan media, dan pengujian lapangan atas produk finalnya.
Kaitan antara belajar pada tingkat pembelajaran dan pelajaran diilustrasikan dengan tujuan berikut ini:
1)             Tujuan Pelajaran: Siswa dapat menganalisis secara kritis tujuan dan situasi dalam sistem pengadilan, pemerintah, ekonomi, dan politik suatu negara, yang sesuai dengan fakta negara tersebut.
2)             Tujuan Unit: Siswa dapat menunjukkan hubungan antara sistem politik dengan ekonomi.
3)             Subketerampilan Spesifik: Siswa dapat membedakan dan mengelompokan sistem politik dan ekonomi.

*             Merancang Pelajaran
Langkah yang dilakukan untuk merancang pelajaran dalam suatu sistem:
Langkah 1    : Menulis atau memilih tujuan
1.1    Menentukan ketrampilan kumulatif yang akan dipelajari di akhir pelajaran.
1.2    Menentukan keterampilan subordinat yang terkait.
1.3    Menentukan keterampilan pendukung yang digunakan.
1.4    Memilih kata kerja yang tepat untuk keterampilan yang akan diajarkan
Langkah 2    : Memilih kegiatan pembelajaran untuk masing-masing tujuan kerja
2.1     Mengidentifikasi variasi belajar untuk masing-masing tujuan.
2.2     Mengidentifikasi keterampilan awal dari kelompok yang diajarkan.
2.3     Memilih kegiatan belajar untuk memenuhi kondisi belajar yang unik.
Langkah 3    : Memilih media untuk kegiatan pembelajaran
3.1    Mengidentifikasi beberapa media yang memenuhi syarat pembelajaran.
3.2    Mengeliminasi media yang tidak sesuai dengan usia atau level siswa.
3.3    Memutuskan media akhir yang digunakan berdasarkan biaya, besar kelompok, dan kemudahan implementasi.
Langkah 4    : Mengevaluasi kemampuan siswa
4.1    Menulis 4 – 8 soal per tujuan
4.2    Mengumpulkan soal dalam satu tes diperiksa panjang dan kesulitannya.

Tujuan utama teori Gagne adalah merencanakan pembelajaran kelas yang efektif. Guru menulis keterampilan yang akan dipelajari dalam bentuk tujuan kinerja dan mengidentifikasi berbagai macam belajar. Analisis tugas digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan prasyarat dan kegiatan pembelajaran dipilih untuk masing-masing tujuan yang akan diajarkan.





BAB III
PENUTUP

3.1         Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik simpulan-simpulan sebagai berikut.
1)             Prinsip belajar yang dikemukakan Robert Gagne yaitu belajar dipengaruhi oleh pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan individu seseorang. Lingkungan individu meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan berbagai lingkungan sosial. Lingkungan itulah yang menentukan apa yang akan dipelajari seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan menjadi apa ia nantinya.
2)             Prinsip pembelajaran yang dikemukakan Robert Gagne meliputi tiga kategori yaitu Sisitematika Delapam Tipe Belajar, Sistematika Lima Jenis Belajar,  dan Empat Fase Belajar.
3)             Aplikasi pendidikan teori Gagne dalam pembelajaran erat kaitannya dengan fase belajar dan sembilan peristiwa pembelajaran. Gagne menemukan teorinya bukan melalui suatu proses penemuan atau penerimaan seperti yang dilakukan oleh ahli lain, namun menurutnya yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah kualitas, penetapan (daya guna), dan kegunaan belajar. Tujuan utama teori Gagne adalah merencanakan pembelajaran kelas yang efektif. Guru menulis keterampilan yang akan dipelajari dalam bentuk tujuan kinerja dan mengidentifikasi berbagai macam belajar. Analisis tugas digunakan untuk mengidentifikasi keterampilan prasyarat dan kegiatan pembelajaran dipilih untuk masing-masing tujuan yang akan diajarkan.

3.2         Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui kondisi belajar Robert Gagne yang diulas secara luas melalui teori, prinsip, dan aplikasinya. Penulis mengharapkan saran dan kritik agar nantinya makalah ini dapat disempurnakan lagi. Semoga makalah ini dapat menjadi sebuah referensi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kondisi belajar Robert Gagne.
DAFTAR PUSTAKA

Anggria Septiani. (2012). Metode Pembelajaran Gagne. Tersedia pada. http://blog.unsri.ac.id/anggriaseptiani/metode-pembelajaran/gagne/mrdetail/ 118256/ diunduh tanggal 28 Februari 2013

Anonim. (2012). Tersedia pada. http://p4tkmatematika.org/downloads/smk/ psikologi-pembelajaran.pdf diunduh tanggal 28 Februari 2013

Gredler. (2011). Learning and Instruction (Teori dan Aplikasi). Jakarta: fajar Interpratama Offset.

Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto. (2011). Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

1 komentar: