BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Permainan
tradisional atau biasa disebut folkgames ini, perlahan terasa
mulai terpinggirkan. Bahkan melalui film kartun yang diproduksi oleh Negara
tetangga, beberapa permainan anak tradisional terkesan bukan lagi menjadi milik
bangsa Indonesia. Melalui tontonan tersebut, anak Indonesia mengenal permainan
tersebut sebagai tuntunan yang justru disajikan oleh bangsa lain. Kini, semua
anak mulai beralih memainkan gadget-gadget cangih.
Permainan modern
yang saat ini menjadi idola baru bagi anak-anak dinilai kurang mendidik,
cenderung individual, materialistis, ingin menang sendiri, dan masih banyak
efek negatif lainnya. Ironis memang, permainan modern yang sebagian besar
berasal bukan dari negara sendiri, justru semakin digemari. Padahal, permainan
tradisional dapat menjadi identitas warisan budaya bangsa ditengah keterpurukan
kondisi bangsa saat ini.
Tidak hanya itu,
banyak anak sekarang tidak mengenal jenis-jenis permainan tradisional. Jika
dicermati kembali, sebenarnya permainan anak tradisional di Indonesia sangat
beragam dan menarik. Contohnya; ada permainan dakon, engrang, yoyo, gasing,
pistol-pistolan kayu, layang-layang, holahop, gelembung sabun dan masih banyak
lagi. Namun semua permainan itu mulai tersingkirkan dengna adanya
permainan-permainan modern, seperti play station, ataupun games-games lainnya.
Padahal permainan tradisional itu memiliki banyak manfaat. Misalnya, karenanya
anak pun menjadi lebih kreatif, berguna bagi pengembangan kecerdasan majemuk
anak, hingga bisa digunakan untuk terapi pada anak. Dan yang terpenting, anak
menjadi mudah bersosialisasi dengan teman sebaya, sekaligus bangga sebagai
pewaris kekayaan budaya bangsanya.
Kita sebagai
seorang guru hendaknya mengenal permainan tradisonal agar dapat kita wariskan
kepada para peserta didik, guna melestarikan permainan tradisonal yang banayk
sekali manfaatnya. Memalui makalah ini diharapkan kita dapat mengingat kemBali
tentang permaina meoong-meongan.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Bagaimanakah
sejarah permainan Meong-meongan?
2.
Apa pengertian permainan Meong-meongan?
3.
Bagaimanakah
Sarana dan Prasarana yang digunakan dalam permainan Meong-meongan?
4.
Bagaimanaka cara
bermain dan pemain Meong-meongan?
5.
Bagaimankah
sistem kemenangan dan perwasitan dalam permainan meong-meongan?
1.3 Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1.
Untuk mendeskripsikan
sejarah permainan Meong-meongan.
2.
Untuk
mendeskripsikan pengertian permainan Meong- meongan.
3.
Untuk mengetahui
sarana dan prasarana
yang digunakan.
4.
Untuk mengetahui
cara bermain dan pemain
Meong-meongan.
5.
Untuk mengetahui
sistem kemenangan dan perwasitan dalam permainan Meong-meongan.
1.4 Manfaat
Peniulisan
Adapun
manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Bagi
penulis
Makalah
ini kami buat untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Pendidikan Jasmani dan juga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kami mengenai permainan tradisional di Bali.
2) Bagi
pembaca
Makalah
ini kami harapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa maupun pembaca mengenai materi yang
kami bahas dalam makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Permainan Meong-meongan
Meong-meongan adalah permainan tradisional masyarakat Bali
yang berasal dari kabupaten Karangasem. Selain di Bali, permainan Meong-meongan
ini juga dimainkan di daerah lain seperti di Pulau Jawa. Tentunya dengan nama
yang berbeda pula. Di Jawa permainan Meong-meongan lebih dikenal dengan nama
kucing-kucingan.
Walaupun namanya berbeda tapi prinsip dan cara bermainnya tetap sama.
Meong-
meongan merupakan sejenis permainan yang didalam pelaksanaannya disamping
memang untuk hiburan, juga membutuhkan gerakan-gerakan jasmani, yang didalam
pelaksanaannya. Didominir oleh anak-anak usia sekolah Dasar (umur 4 -12 tahun).
Permainan
Mameongan-
meongan ini sudah dilaksanakan sejak berpuluh-puluhan tahun yang lewat, tetapi kapan sebenarnya
permainan ini diciptakan dan siapa yamg menciptakan permainan ini tidak ada
data-data atau informasi yang pasti. Diketahui bahwa permainan ini sudah ada
dan tetap dilaksanakan sebagai kegiatan berolahraga rekreasi untuk anak-anak
usia Sekolah Dasar.
Tim peneliti KONI Bali pada tanggal 28 Pebruari 1990 menyaksikan langsung
demonstrasi permainan Mameong- meongan ini yang mengambil lokasi dilapangan
Tanah Aron Kota Amlapura, serta disaksikan oleh para pejabat teras dari
lingkungan Pemda Tingkat II Kabupaten Karangasem serta anak-anak Sekolah Dasar
disamping masyarakat setepat.
2.2 Pengertian Permainan Meong-meongan
Meong-meongan
merupakan permainan tradisional masyarakat Bali yang umum dimainkan oleh anak-anak di Bali diiringi dengan
nyanyian lagu meong-meong. Permainan ini menggambarkan usaha dari si kucing
atau dalam bahasa Bali disebut meng untuk menagkap si tikus atau bikul.
Dalam
permainan ini biasanya diikuti oleh lebih dari 8 orang atau lebih dimana 1
orang memerankan bikul (tikus) satu orang memerankan sebagai meng (kucing)
dan yang lainnya bertugas melindungi bikul dari meng dengan cara
membentuk lingkaran kemudian si bikul berada di dalam lingkaran sedangkan meng
berada di luar lingkaran. Meng akan berusaha masuk ke dalam lingkaran dan
berusaha menangkap bikul. Anak-anak yang membentuk lingkaran juga akan berusaha
menghalangi meng masuk ke dalam lingkaran
sambil menyanyikan lagu meong – meongan. Adapun lirik lagu meong – meongan
adalah sebagai berikut.
Meong-meong,
alih je bikule
Bikul
gede-gede, buin mokoh-mokoh
Kereng
pesan ngerusuhin
Juk
Meng!, Juk Kul!, Juk Meng!, Juk Kul! (diulang sampai Bikul tertangkap)
Jika semua peserta sudah siap di posisi masing-masing, permainan bisa dimulai
dengan nyanyian ini yang dinyanyikan oleh peserta yang memerankan Pelindung
dari bikul sambil mereka yang sebagai pelindung berputar dengan bentuk lingkaran
sambil menghalangi Meng untuk masuk lingkaran. Ketika lagu nyanyian telah
menginjak pada lirik “Juk Meng!, Juk Kul!, Juk Meng!, Juk Kul!”, Meng mulai
mengejar Bikul untuk ditangkap. Lirik lagu “Juk Meng!, Juk Kul!” tersebut akan
terus diulang hingga si Meng dapat menangkap si Bikul. Sesudah Bikul ditangkap,
permainan dan nyanyian usai dan kemBali pada titik pengundian peserta.
2.3 Sarana dan Prasarana yang Diperlukan dalam
Permainan Meong-meongan
Sarana dan Prasarana yang digunakan :
o
Lapangan
sesuai dengan banyak atau sedikitnya peserta.
o
Lapangan
sebaiknya terbentuk segiempat .
o
Sebaiknya
lapangan ini rata.
2.4 Cara Bermaian dan Pemain Meong-meongan
a. Cara Bermain
a)
Dengan
dipimpin seorang yang sudah ditunjuk, maka peserta memasuki dengan membentuk
barisan satu bersyaf sambil menyayikan lagu meong - meongan untuk memeriahkan suasana.
b)
Sesudah
barisan berbentuk lingkaran maka dengan satu aba- aba maka semua peserta
berhenti dan menghadap ke tengah dimana pemimpin yang ditunjuk berada.
c)
Sesudah
diadakan undian bagi yang meong dan bikul.
d)
Meong (kucing) Bikul ( Tikus) maka begitu aba – aba
mulai, maka si meong mulai berlari mengejar si Bikul. Dengan diiringi nyanyian
seperti terlampir, maka mulailah permainan kejar – kejaran ini, yang memang
membutuhkan stamina yang prima bagi meong dan bikul ini.
e)
Peserta
dengan bergandengan tangan lebih memberikan keleluasaan kepada si Bikul dan
mengadakan hambatan kepada si Meong.
b. Pemain
a)
Para
pemain terdiri dari anak- anak usia Sekolah Dasar yaitu umur 6-13 tahun.
b)
Pemainan
boleh diikuti oleh anak-anak putra dan putri.
2.5 Kemenangan dan Perwasitan
a. Kemenangan
a) Acara
kejar – kejaran baru berheti bila si Meong dapat menangkap si Bikul dengan cara
mentip ( bukan memukul ).
b) Sebelum
si Bikul ditangkap maka permainan harus diteruskan.
c) Permainan
dilanjutkan lagi setelah adanya pasangan baru yang sudah disiapkan.
b. Perwasitan
a) Untuk
jenis permainan ini yamg perlu hanya pengamat karena jenis ini masih sukar
diangkat untuk menjadi jenis lomba atau pertandingan.
b) Bila
nantinya permainan ini akan diangkat ke jenis lomba, hanya terbatas pada lomba
keterampilan peragaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Meong
– meongan adalah permainan tradisional masyarakat Bali yang berasal dari
kabupaten Karangasem.
2. Meong-meongan merupakan permainan
tradisional masyarakat Bali yang umum dimainkan oleh anak-anak di Bali diiringi
dengan nyanyian lagu meong-meong. Permainan ini menggambarkan usaha dari si
kucing atau dalam bahasa Bali disebut meng untuk menagkap si tikus atau bikul.
3. Permainan
ini tidak memerlukan sarana prasarana yang khusus, karena lapangan yang digunakan disesuaikan dengan
jumlah peserta.
4. Dalam permainan ini biasanya diikuti oleh
lebih dari 8 orang atau lebih dimana 1 orang memerankan bikul (tikus) satu
orang memerankan sebagai meng
(kucing) dan yang lainnya
bertugas melindungi bikul dari meng dengan cara membentuk lingkaran. Meng akan berusaha masuk ke dalam
lingkaran dan berusaha menangkap bikul. Anak-anak yang membentuk lingkaran juga
akan berusaha menghalangi meng masuk ke dalam lingkaran sambil menyanyikan lagu
meong – meongan.
5. Permainan
ini dinyatakan selesai bila meng berhasil menangap bikul, dan akan diganti
dengan pasangan yang baru.
3.2 Saran
Sebagai calon guru, hendaknya kita mengetahui permainan
tradisional yang ada didaerah kita untuk
melestarikan dan memperkenalkan permainan itu supaya permainan itu tidak hilang
dimakan zaman.
hehe,, sedikit flashback dengan perainan masa kecil :D
BalasHapussilahkan kunjung balik http://www.tipsciamik.com/