PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Perkembangan kognitif merupakan
perkembangan berfikir atau pengetahuan seseorang dari yang tidak diketahui
menjadi tahu yang diperoleh dari pengalaman maupun interaksi dengan lingkungan.
Adanya perkembangan kognitif pada anak akan sangat membantu anak menjadi lebih
dewasa dalam menghadapi suatu permasalah yang dihadapi. Disebabkan anak itu
bisa berfikir secara matang terhadap permasalah yang dihadapinya. Cara berfikir
yang matang dan dewasa bisa dibangun sendiri oleh anak baik itu melalui
interaksi sosial, pengalaman maupun interkasi dengan lingkungannya.
Perkembangan kognitif
berhubungan dengan kecerdasan dan pengetahuan. Kecerdasan dan pengetahuan bukan
kuantitas atau sesuatu hal yang statis. Kecerdasaan adalah aktif, dinamis dan
senantiasa berubah sedangakan pengetahuan adalah mengetahui dan ia adalah
sebuah proses yang diciptakan melalui aktivitas pemelajar (Margaret E. Gredler,
2011:325). Hal ini dapat dikatakan bahwa kecerdasan dan pengetahuan seseorang
selalu berubah melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Dengan demikian
interaksi dengan lingkungan sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap
perkembangan kecerdasan dan pengetahuan individu. Selain itu, Individu dalam
menentukan perkembangan kognitifnya dipengaruhi oleh faktor esensial. Faktor
esensial itu adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses
yang disebut sebagai penyeimbang, Piaget, 1977 (dalam Margaret E. Gredler,
2011:327). Dari keempat faktor esensial itu memiliki keterkaitan satu sama
lain. Persoalan yang terjadi ketika perkembangan kognitif anak atau individu
tidak dapat berkembang secara baik. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor,
baik itu faktor eksternal maupun internal. Oleh sebab itu kita perlu
mempelajari teori perkembangan kognitif agar bisa memahami bagaimana
perkembangan kognitif anak atau individu, sehingga kita bisa mengatasi atau
menanggulangi hal-hal yang dapat menghabat perkembangan kognitif anak atau
individu tersebut.
Teori perkembangan
kognitif tidak membahas perolehan pengetahuan atau keterampilan anak secara
spesifik, Melainkan teori perkembangan kognitif berfokus kepada terbentuknya
pemikiran manusia pada peringkat tertinggi, serta mendeskripsikan peristiwa dan
kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai peringkat tertentu (Margaret E. Gredler,
2011:321). Ada dua teoritis perkembangan kognitif, yaitu Jean Piaget dan Lev S.
Vygotsky. Jean Piaget yang membahas tenatang perkembangan pemikiran logis dalam
bentuk penalaran tentang suatu peristiwa yang terjadi. Lev S. Vygotsky membahas
proses psikologis atau mental. Oleh karena itu, dalam hal ini yang akan dibahas
hanya teori perkembangan kognitif menurut Jean Piaget, karena dalam hal ini
perkembangan pemikiran anak atau individu dalam bentuk penalaran menjadi faktor
utama dalam pembentukan pengetahuan dan kecerdasan anak atau individu tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana prinsip perkembangan kognitif
Jean Piaget?
2.
Bagaimana prinsip pembelajaran Jean
Piaget?
3.
Bagaimana aplikasi pendidikan Jean
Piaget?
C.
TUJUAN
PENULISAN
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, tujuan pembuatan karya tulis ini adalah sebagai
berikut.
1.
Mampu mendeskripsikan prinsip
perkembangan kognitif Jean Piaget.
2.
Mampu mendeskripsikan prinsip
pembelajaran Jean Piaget.
3.
Mempu mendeskripsikan aplikasi
pendidikan Jean Piaget.
D.
MANFAAT
PENULISAN
Manfaat
yang diharapkan dari luaran karya tulis ini sebagai berikut.
1.
Mampu
dipahaminya teori perkembangan kognitif Jean Peaget.
2. Secara praktis sebagai seorang calon guru
sekolah dasar diharapkan mampu mengimplementasikan teori-teori perkembangan
belajar kognitif di SD.
PEMBAHASAN
A. PRINSIP PERKEMBANGAN KOGNITIF
Menurut
teori Jean Piaget adalah menemukan asal muasal logika alamiah dan transformasinya
dari satu bentuk penalaran ke penalaran lain.
1.
Asumsi
dasar. Teori ini adalah konsepsi Piaget tentang hakikat
konstruktivis dari kecerdasan dan faktor-faktor esensial dalam perkembangan
kognitif.
2.
Pendapat
konstruktivis tentang kecerdasan.
Pada
bagian ini dibahas perbedaan dengan pendapat tradisional mengenai pengetahuan,
kerangka riset Piaget dan konsepnya mengenai kecerdasan atau intelegensi.
a)
Perbedaan dengan Pandangannya
Tradisional.
b)
Kerangka Riset Piaget. Pendekatan Piaget
untuk mempelajari perkembangan kecerdasan itu sendiri adalah sebuah inovasi
kemudian dia memulai dengan 4 pertanyaan.
Asumsi
Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Pertanyaan
|
Sumber
|
Asumsi
|
Apa hakikat pengetahuan ?
|
Filsafat
|
Pengetahuan adalah mengetahui, dan ia
adalah sebuah proses yang diciptakan melalui aktifitas pembelajar.
Pengetahuan berasal dari pengalaman
mentransformasi realitas melalui interaksi dengannya (Chapman, 1999, h. 32).
|
Apa relasi antara orang yang mengetahui
dan realitas ?
|
|
(a) Dalam
penciptaan pengetahan, individu dan objek berpadu dan tidak dapat dipisahkan.
(b) “hubungan antara pemelajar dan objek tidak
ditentukan sebelumnya dan yang lebih penting adalah relasi itu tidak setabil”
(Piaget, 1970b, h. 704).
|
Apa hakikat kecerdasan?
|
Biologi
|
Kecerdasaan manusia dan organisme
berfungsi serupa. Keduanya adalah system terorganisasi yang secara konstan
berinteraksi dengan lingkungan. Mereka juga membangun struktur yang mereka
butuhkan dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan (Piaget, dalam Bringuier,
1980, hlm. 3).
|
Apa metode investigasi yang tepat?
|
Psikologi
|
Observasi dan eksperimentasi
|
c)
Hakikat Kecerdasan. Kecerdasan bukan
ciri statis yang dapat dinilai secara kuantitatif. Namun kecerdasan adalah
aktif, dinamis dan senantiasa berubah.
Asumsi dasar dari teori Piaget adalah kecerdasan manusia dan organisme biologis
berfungsi dengan cara yang sama. Kecerdasan, seperti organisme biologis, adalah
system hidup yang tumbuh dan berkembang.
3.
Faktor-faktor
Esensial dalam Perkembangan Kognitif
Ada
4 faktor yang diperlukan untuk transformasi perkembangan kognitif
a.
Fator lingkungan fisik, yang merupakan
hal penting karena interaksi antara individu dan dunia adalah sumber ilmu pengetahuan.
b.
Kematangan, dengan kematangan sistem
saraf akan memungkinkan anak menjadi berkembang lebih maksimum dari
perkembangan fisik.
c.
Lingkungan sosial, dimana lingkungan
sosial akan mencakup peran bahasa dan pendidikan, khususnya kontak dan
interaksi langsung dengan orang lain.
d.
Faktor penyeimbangan. Faktor ini akan
mampu mengatur interaksi individu dengan lingkungan dan memungkinkan perkembangan
kognitif untuk maju secara koheren dan tertata
4.
Komponen
Perkembangan Kognitif.
Dalam
teori ini menjelaskan proses kemajuan dari satu taraf penalaran dan pemikiran
ketaraf yang lebih tinggi. Dua topik utama dalam teori Piaget mengilustrasikan sifat
psikologis dan pemikiran logika dan proses fundamental yang terlibat dalam
interaksi lingkungan.
a. Sifat psikologis pemikiran logis.
3 konsep utama yang mendasari sifat
pemikiran logis di dalam teori Piaget adalah:
1)
Struktur psikologis dari pemikiran
logis. Dasar dari pemikiran logis adalah aktivisis kognitif tertentu yang oleh
Piaget (1928, 1970b) disebut sebagai operasi. Karena tanpa sistem penalaran
logis ini, anak tidak akan mampu untuk membedakan antara pengetahuan dan
keinginan, fakta dan fantasi, atau antara apa yang seharusnya, apa adanya, yang
pasti terjadi atau yang tidak dapat terjadi (furth, 1986, h. 39).
Contoh Karakteristik Struktur
Psikologis
Karakteristik
|
Konservasi Jumlah
|
Konservasi Kuantitas
|
Transformasi
|
Membagi setumpuk 40 keping uang logam
menjadi 4 tumpukan
|
Menggulung bola tanah liat menjadi
bentuk sosis.
|
Menyeimbangkan kompensasi
|
Jumlah tumpukan bertambah saat jumlah
dalam satu tumpukan menurun.
|
Bentuk menjadi lebih panjang dan
tipis.
|
Konstan atau invariant
|
Jumlah total keping uang tidak
berubah.
|
Jumlah total lempung tidak berubah.
|
Keterbalikan (tindakan kebalikan yang
memulihkan keadaan awal
|
Merekombinasikan 4 tumpukan menjadi 1
tumpukan.
|
Menggulung tanah liat berbentuk sosis
kembali menjadi bola kecil.
|
2)
Perkembangan Struktur Oprasional.
Struktur oprasional berkembang secara perlahan, selama berbulan-bulan dan
bertahun-tahun, perkembangan ini membutuhkan beberapa reorganisasi pemikiran
sebelumnya. Pelaku eksperimen menujunkan pada anak beberapa bola tanah liat,
dan kemudian membentuknya menjadi sosis.
3)
Peran Kemungkinan dan Keniscayaan. Riset
oleh Piaget pada tahun-tahun terakhir mengungkapkan perkembangan panjang
pemahaman anak tentang kemungkinan dan keniscayaan (1987a, 1987b).
Peringkat
Penalaran tentang Kemungkinan dan Keniscayaan.
Peringkat Pemikiran
|
Kemungkinan
|
Keniscayaan
|
Peringkat I
(pra-operasional)
|
(a) Pengenalan
hanya satu kemungkinan.
(b) Pengenalan
berikutnya bahwa setidaknya ada satu kemungkinan lain.
|
(a) Realitas
dipahami atau dimanipulasi sehingga tampak seperti niscaya (Piaget, 1986a, h.
148).
(b) Kekurangan
pertimbangan kemungkinan yang komulatif dieliminasi pada usaha mencoba-coba
yang selanjutnya (5-7 tahun)
|
Peringkat IIA
(awal operasi konkret)
|
Pembentukan kemungkinan lain yang
konkret; terbatas pada hal-hal yang dapat dibayangkan anak.
|
Beberapa penyisihan sistematis atas
kemungkinaa yang terbukti salah dalam percobaan sebelumnya; namun, anak terkadang melupakan kemungkinan yang sudah
disisihkan dalam serangkaian percobaan yang lebih panjang.
|
Peringkat IIB
|
Setiap kemungkinan merupakan salah
satu dari banyak yang dapat dipahami.
|
|
Peringkat III
(operasi hipotesis deduktif)
|
Kemungkinan yang tidak terbatas adalah
dapat didediksi.
|
Penyisihan kemungkinan secara
sistematis; pengelan bahwa lebih dari serangkaian percobaan adalah mungkin
dan pada akhirnya akan menghasilkan solusi yang tepat.
|
4)
Logika Makna, berkaitan dengan kebenaran
atau kekeliruan suatu istilah atau pernyataan berdasarkan ekstensinya atau
kaitannya dengan istilah atau pernyataan lain. Menurut Piaget, makna bersama
dalam tindakkan adalah akar dari logika operasional atau ekstensional.
û Pengetahuan
selalu melibatkan inperensi.
û Makna
suatu objek mencakup hal-hal yang dapat dilakukan dengan objek dan deskripsinya
(h. 119).
û Logika
dimulai saat bayi mampu memperkirakan relasi antar tindakan yang disebut
sebagai implikasi makna atau implikasi antar tindakan (h. 155).
b. Proses-Proses Fundamental
Proses-proses Fundamental sebagai
sistem biologis, kecerdasan berinteraksi dengan lingkungan, beradaptasi
kepadanya, mengembangkan struktur baru apabila dibutuhkan, dan mempertahankan
keadaan yang tetap saat terjadi perubahan dan pertumbuhan. Karena itu, Piaget
menggunakan istilah yang berasal dari konsep biologis untuk mendeskripsikan ciri
esensial dari interaksi antara kecerdasan dan lingkungan.
Asimilasi
dan Akomodasi. Integrasi
elemen eksternal ke dalam struktur organisme di sebut asimilasi.
Asimilasi bukan proses pencatatan
pasif suatu rekaman realitas, juga bukan asosiasi antara stimulus lingkungan
dan suatu respons. Sebaliknya, asimilasi adalah penyaringan stimulus melalui
struktur tindakan sehingga struktur itu sendiri diperkaya (Piaget &
Inhelder, 1969, h. 6). Syarat penting untuk asimilasi adalah struktur internal
yang dapat memanfaatkan informasi.
Sedangkan akomodasi muncul dalam
teori Piaget melalui dua cara. Penyesuaian struktur internal pada karakteristik
khusus dari situasi tertentu. Asimilasi dan akomodasi berfungsi bersama dalam
menghadapi lingkungan pada semua peringkat fungsi kognitif.
Peran
Konflik Kognitif. Reorganisasi cara berpikir anak
kepringkat yang lebih tinggi tidak mudah dilakukan. Anak harus memikirkan ulang
cara pandangnya terhadap dunia. Langkah penting dalam proses tersebut adalah
pengalaman konflik kognitif. Langkah ini disebut konflik kognitif atau ketidak
seimbangan.
Ekuilibrasi
(penyeimbangan), merupakan seperangkat proses yang kompleks
dan dinamis secara kontinyu mengatur prilaku.
Ada 3 bentuk keseimbangan umum yang
didefinisikan oleh piaget:
û Antara
asimilasi dan akomodasi.
û Antara
skema atau subsistem (seperti jumlah dan panjang)
û Antara
keseluruhan dan bagian-bagiannya.
Peran utama ekuilibrasi adala
mempertahankan fungsi intelektual selama perkembangan.
1)
Penyeimbangan
dan Konstruksi Struktur Operasional.
Salah satu
sumber kemajuan baik dalam konstruksi maupun tindakan bayi dan operasi logis
yang muncul kemudian ada dalam keadaan ketidak seimbangan (kontradiksi). Reaksi
terhadap ketidak seimbangan yang dideskripsikan oleh Piaget adalah:
a)
Reaksi alpha adalah mengabaikan atau
membuang gangguan dan memadukan konflik kedalam keyakinan seseorang tanpa
mengubahnya.
b)
Reaksi beta, adalah modifikasi pemikiran
dalam rangka mengakomodasi gangguan.
c)
Reaksi gamma, merupakan penerapan dari
reaksi alpha dan reaksi beta.
2) Abstraksi Reflektif adalah
proses penyeimbangan yang bertanggung jawab atas transisi antara struktur
kognitif yang relatif miskin menjadi relatif kaya, Piaget, 1987b, h. 142 (dalam
Margaret E. Gredler, 201: Proses ini terdiri dari:
a)
Memproyeksikan (merefleksikan) sesuatu
yang diambil dari peringkat yang lebih rendah keperingkat yang lebih tinggi.
b)
Merekonstruksi (“Refleksi”) hal-hal yang
ditransfer secara kognitif (Piaget, 1985, h. 29).
c. Pringkat Penalaran Kompleks
Riset awal yang dilakukan Piaget
(1967, 1970a) memantapkan kerangka analisis proses berpikir yang dibuatnya.
Kerangka ini terdiri dari 4 periode atau tahap perkembangan kognitif: sensorimotor, pra-oprasional, oprasional
konkret dan oprasional formal.
Ringkasan Perubahan Kualitatif
dalam Proses Penalaran
Tahap
|
Proses Penalaran
|
Periode
sensori motor
(kelahiran -1
tahun)
|
Kecerdasan
prasibolik dan praverbal dengan perkembangan pola tindakan. Iiferensi dimulai
ketika bayi mengembangkan relasi antar tindakan. Contohnya adalah
mengonstruksi skema wadah –isi dari skema “memasukkan kemulut”.
|
Periode pra
oprasional
(2-3 hingga
7-8 tahun)
|
Permulaan
sebagian pemikiran logis (contohnya air yang dituangkan ke wadah lain adalah
air yang sama: a = a). namun, penalaran anak dari satu pemikiran ke pemikiran lainnya dan keputusannya
didasarkan pada petunjuk perceptual. Anak kecil tidak membedakan antara realitas, kemungkinan, dan keniscayaan
dalam situasi pemecahan masalah.
|
Periode
operasional konkret
(7-8 higga
12-14 tahun)
|
Berkembangnya
cara berpikir logis berhubungan dengan objek konkret. Anak mulai memahami
bahwa operasi tertentu secara simultan dan niscaya mengimplikasikan
kebalikannya. Anak mulai mengembangkan beberapa kemungkinan dalam situasi
pemeahan masalah dan cara untuk mengesampingkannya secara sistematis.
|
Periode
operasional formal
(diatas 14
tahun)
|
Kapabilitas
untuk secara logis menangani situasi multi faktor mulai muncul. Individu
dapat mendeduksi berbagai kemungkinan dan secara sistematis
mengesampingkannya. Penalaran bergerak dari situasi hipotesis ke konkret.
|
B. PRINSIP PEMBELAJARAN JEAN PIAGET
Pada hakikatnya, belajar adalah proses
kongnitif yang dilakukan pebelajar untuk membentuk kapabilitas yang diperlukan
dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan, baik lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal, berdasarkan pengetahuan awal atau pengelaman yang
dimiliki.
Asumsi
Dasar
Perspektif seseorang tentang sifat-sifat
pemikiran anak mengandung implikasi penting bagi pendidikan
(Piaget,1970c). Seorang anak akan
menerima produk jadi dari pengetahuan dan moralitas orang dewasa. Pengalaman
yang dipelajari akan diarahkan oleh guru dan diterima oleh anak. Karena itu,
hubungan antara sistem pendidikan dan anak bersifat resiprokal atau timbal
balik (Piaget, 1970c).
Piaget berkeyakinan bahwa identik dengan
dengan perkembangan struktur organisme yang melakukan adaptasi terhadap
lingkungan, keadaan mental atau pikiran manusia juga memiliki struktur yang
terus beradaptasi melakukan transformasi diri dan melakukan transformasi
lingkungan, sehingga dapat mengembangkan pikirannya untuk dapat selaras dan
menguasai objek dan lingkungan yang dipelajarinya (Sukadi:135).
1.
Komponen
Pembelajaran Jean Piaget
Pembelajaran di sekolah dasar harus dimulai dengan
situasi konkret yang berkaitan dengan panjang, permukaan, angka, dan
sebagainya, dan berlanjut ke eksperimen fisik dan mekanik di sekolah menengah.
Kebutuhan dasar untuk pendidikan menurut Piaget (1973) adalah memperkenalkan
siswa pengetahuan budaya dan sains dengan prosedur eksperimental dan aktivitas
bebas. Solusi yang dirancang adalah memberikan kurikulum yang bercampur.
Persyaratan yang harus ada dalam eksperimentasi
adalah kerjasama dan pertukaran antarsiswa (Piaget, 1973).. Kelas harus menjadi
‘pusat aktivitas riil’ yang dilakukan secara bersama, sehingga kecerdasan
logikal dapat dielaborasi melalui tindakan dan pertukaran sosial.
Didalam
buku Sukadi terdapat beberapa komponen pembelajaran Jean Piaget yaitu : (a) Adanya
pengetahuan awal atau pengalaman; (b) Masukkan data sensori baru dari
lingkungan; (c) Pembentukan makna oleh pebelajar sendiri secra aktif dan terus
menerus; (d) Terdapat hasil belajar yang bermakna berupa kapabilitas untuk
memahami dunia realita; (e) Perkembangan personal dan interaksi sosial
memudahkan pebelajar mengkontruksi makna.
2.
Memfasilitasi
Konstruksi Pengetahuan Anak Kecil
a.
Masalah “Pengajaran Langsung”
Pengajaran langsung ide-ide akan
membekukan inisiatif anak dalam kontruksi pengetahuan. Anak mungkin kan
kehilangan rasa percaya dirinya untuk menemukan sesuatu atau akan lebih fokus
pada usaha mengambil petunjuk dari guru yang mengindikasikan jawaban yang
benar.
b.
Permaina Pura-Pura
Permainan ini memberi dunia
tindakan, simbol, dan gambaran yang dapat dirasakan anak dengan bebas karena
dunia ini berada dalam kontrol intelektualnya (Furth, 1980, h. 67). Penggunaan
VCR, CD, maupun merupakan hal yang menghilangkan kesempatan anak untuk bermain
sehingga anak akan menjadi pasif, tidak menciptakan peran, tindakan, dan
pemikiran melalui permainan simbolik. Cara untuk meninggalkan aktivitas pasif
ini adalah mengembangkan ide-ide baru dan cara berfikir baru (Berk, 1989). Jadi,
aktivitas penting yang mesti dimasukkan dalam kurikulum prasekolah adalah
membebaskan anak untuk melakukan permainan pura-pura.
c.
Penggunaan Aktivitas
Beberapa kurikulum mendukung
diagnosis fungsi kognitif anak dan memberi aktivitas tertentu yang cocok untuk
peringkat yang berbeda-beda dikelas. Membuat latihan tertentu untuk
masing-masing anak adalah hal yang tidak praktis dan tidak perlu. (Duckworth,
1979). Untuk anak prasekolah, Kami dan DeVries (1978, h. 49). Mengidentifikasi
empat kriteria untuk aktivitas fisik. Objek yang dapat ditangani anak harus
dimasukkan dan tindakan yang berbeda dari anak pada objek itu akan menghasilkan
efek yang berbeda. Selain itu, efek dari tindakan anak pada objek itu harus
bersifat segera dan dapat diamati.
d.
Peran Guru
Peran guru adalah membuat dan mengorganisasikan
aktivitas kelas, memberi contoh yang membawa siswa untuk memikirkan kembali ide
yang mereka buat dengan buru-buru, dan untuk memunculkan ide anak melalui
pertanyaan tidak langsung. Pertanyaan yang diajukan adalah berupa pertanyaan
yang membutuhkan nalar siswa.
3.
Memfasilitasi
Pemikiran Operasional.
a.
Aplikasi dalam Sains
Dalam pelajaran sains disekolah
dasar, dunia nyata harus menjadi titik awalnya (Duckworth, 1990). Riset dalam pendidikan
sains kemudian dikembangkan untuk mengetahui keterampilan eksperimentasi anak
yang mencangkup pengujian hipotesis tentang situasi multifaktor.
Siswa menyerahkan data dan analisis
data awal kepada guru dalam bentuk laporan tertulis. Tanggapan guru terhadap
aktivitas ini berisi petunjuk apakah siswa mengandalkan pada otoritas ketimbang
data dari kesimpulan. Dalam laporan final untuk setiap tugas, siswa
mendeskripsikan pertanyaan riset, koleksi, dan analisis data, serta
mendiskusikan hasilnya. Dari data studi kurikulum mengindikasikan bahwa siswa
mampu melakukan penelitian ilmiah yang sah.
b.
Konstruktivisme dalam Matematika
Perspektif konstruktivisme
individual atau personal diambil dari prinsip Piagetian. Proses belajar
esensial adalah asimilasi dan akomodasi setelah konflik kognitif dan abstraksi
reflektif. Perspektif yang lainnya yang mendukung pendapat Piagetian bahwa: (a)
pemelajara menciptakan pengetahuan secara aktif; (b) mereka menciptakan
pengetahuan dengan merefleksi tindakan fisik dan mentalnya; (c) belajara
substantif terjadi dalam periode konflik dan kebingungan dan kejutan, selama
periode yang panjang; dan (d) kesempatan untuk belajar terjadi selama interaksi
sosial (Wood, Cobb, dan Yaeckel, 1991, h.591).
c.
Peran Komputer
Beberapa software komputer yang
interaktif dapat memperkenalkan implikasi dari konsep yang salah dipahami. Hal
ini penting karena menciptakan lingkungan yang interaktif adalah penting bagi
pendidikan (Pufall, 1988). Namun dengan melakukan kontruksi dengan komputer tidak
cukup untuk kebutuhan pengetahuan anak.
4.
Memfasilitasi
pemikiran Operasional Formal
Menempatkan siswa dalam berbagai masalah
sebelum mereka mengembangkan struktur konseptual untuk mengatasi situasi yang
kompleks akan menimbulkan kesulitan (Lavoie & Good, 1988). Kemampuan
pemecahan masalah berkaitan dengan pengetahuan awal yang banyak atau sedikit.
Siswa yang tidak sukses cenderung memiliki pengetahuan awal yang sedikit dan
berada pada tahap pemikiran operasional konkret. Kuhn et al. (2000) mencatat bahwa
siswa sering memiliki model mental yang keliru yang menghambat analisis
multivariabel yang dibutuhkan dalam penelitian ilmiah. Dalam pengertian
Piagetian, mereka kekurangan kombinasi logika pemikiran operasional formal.
Pemikiran operasional formal tidak dapat
dicapai melalui “eksperimen yang dikemas lebih dulu” atau dengan memecahkan
masalah untuk jawaban yang sudah ditentukan. Setiap eksperimen yang tidak
dilakukan oleh individual dengan kebebasan penuh bukanlah latihan, ia hanya
sekadar latihan tanpa muatan pendidikan
yang layak (Piaget, 1973, h. 20).
C. APLIKASI PENDIDIKAN
Konsep yang
dikembangkan oleh Piaget bisa diimplementasikan di persekolahan dan sekolah
dasar dengan memberikan aktivitas yang kaya untuk eksplorasi anak. Beberapa
kekeliruan penerapan kurikulum berasal dari kegagalan untuk mengoordinasikan
kurikulum perkembangan dengan kurikulum akademik. Kamii (1981) menyarankan tiga
tujuan umum yang kompatibel dengan kurikulum sekolah yaitu, (a) pengembangan
otonomi anak melalui situasi interaktif; (b) menyebarkan dan mengoordinasikan
beragam sudut pandang anak; dan (c) mengembangkan kesiapan, keingintahuan,
inisiatif, dan kepercayaan diri dalam belajar.
1.
Isu
Kelas
Teori piaget bukan tiori belajar akademik dan bukan
teori pengajaran. Meskipun demikian, teori ini dapat menerangkan beberapa isu
pendidikan.
a. Karakteristik pemelajar
Teori
jean piaget membahas isu luas yang berkaitan dengan perkembangan kognitif.
Perbedaan individu, kesiapan, dan motivasi dilihat dalam pengertian hubungannya
dengan perkembangan kognitif jangka panjang.
1)
Perbedaan individu
Beberapa pendidik mengkritik teori
ini karena mengembangkan referensi spesifik pada perbedaan individual.
Tanggapan Piaget untuk kritik ini yaitu bahwa fokusnya adalah pada identifikasi
hal-hal yang paling umum dan universal
pada diri semua orang (Furth & Youniss,2000). Meski demikian, riset telah
mengindikasikan perbedaan kultural dalam pencapaian struktur kognitif. Anak
pedesaan lebih lamban ketimbang anak perkotaan dalam mencapai peringkat operasi
konkret. Lebih jauh, operasi formal tidak dicapai oleh semua individual
(Piaget, 1972a)
2)
Kesiapan
Kesiapan mengandung dua makna dalam
interpretasi teori piaget yaitu (a) kapasitas individu untuk mengasimilasikan
informasi baru; persyaratannya adalah kerangka kognitf yang dapat menggunakan informasi
baru. ; dan (b) kesiapan dimanifestasikan adalah dalam hubungan dengan
konstruksi struktur kognitif logis (yakni operasi).
3)
Motivasi
Piaget (1973) mengidentifikasi dua
sumber motivasi. Yang pertama adalah faktor motivasi umum yang berfungsi pada
semua peringkat perkembangan yakni kebutuhan. Seperti teori lainnya, kebutuhan
bisa bersifat fisiologis, afektif, atau intelektual. Menurut Piaget, semua
tindakan, entah itu gerakan, pikiran, atau emosi, merupakan respons terhadap
kebutuhan (Piaget 1967). Sumber motivasi kedua adalah konten atau isi kebutuhan
pada usia atau periode perkembangan tertentu.
b. Proses Kognitif dan pembelajaran
Tiga
isu kelas yang penting yaitu mengembangkan keterampilan “bagaimana belajar”,
memberi transfer belajar, dan mengajarkan pemecahan masalah. Dalam konteks
teori Piaget, isu ini memuat makna berbeda.
1) Mengembangkan keterampilan
“bagaiman belajar” (How-to-Learn). Kemampuan individu untuk
mengorganisasikan perilakunya secara efisien dalam rangka mengambil makna dari
suatu langkah inisiatif untuk memecahkan masalah biasanya didefinisikan sebagai
keterampilan bagaimana belajar.
2) Transfer Belajar. Memfasilitasi
belajar baru yang berasal dari kemiripan dengan belajar sebelumnya merupakan
isu kelas yang penting.
3) Mengajarkan Pemecahan Masalah. Menurut
piaget (1973), keterampilan memecahkan
masalah tidak dapat diajarkan secara langsung. Selain itu, Piaget berpendapat
bahwa atuaran atau teori yang beroperasi dibidang subjek tertentu harus
ditemukan oleh individu mereka
tidak bisa disampaikan secara verbal.
d. Implikasi Bagian penilaian
Tujuan teori perkembangan kognitif Piaget adalah
untuk mengetahui bagaimana bentuk baru penalaran berkembang dari bentuk yang
sudah ada. Fokos penilaian adalah pengorganisasian anak atas pemikirannya dalam
menghadapi situasi tertentu. Pertama, pendekatan ini berisiko mengeliminasi
konstruk utama, seperti ekuensi, penyeimbangan, universalitas, dan generalisasi
dari agenda riset (Edelstein & Schoreder, 2000). Kedua, memahami perbedaan
antar-individu dalam konteks teori Piagetian berarti fokos pada variabilitas
antar-individu. Psikolog
Amerika lainya mengubah prosedur administratif dari tugas-tugas tersebut dan
menyebabkan anak menunjukan kompetensi diusia lebih awal ketimbang yang
diidentifikasi Piaget. Namun, tugas yang diubah itu membutuhkan bentuk
pemikiran yang kurang kompleks dan berbeda (Chandler & Chapman, 1991;
Chapman, 1988; Montengero, 1991). Piagetian
memiliki implikasi bagi kelas melalui dua cara yaitu mengeksplorasi alasan anak
untuk jawaban mereka dan mengajarkan keterampilan akademik (Stipek, 2006).
e. Kontek Sosial untuk Belajar
Berbeda dengan pendekatan
edukasional yang berfokus pada interaksi guru dan murid, Piaget (1973)
menerangkan pentingnya teman sebaya dalam konteks eksperimentasi mandiri.
f. Relasi dengan Perspektif Lain
Berbeda
dengan pandangan pengkondisian berpenguat, kondisi belajar, dan perspektif
pemrosesan informasi, teori piaget tdak membahas imformasi faktual dan
konseftual yang merupakan ranah subjek. Ahli-ahli, prinsipnya membahas
karakteristik di dalam pemikiran dan penalaran di sepanjang rentang kehidupan.
1)
Mengembangkan Strategi di Kelas
Implementasi
Konsep piaget pada setiap peringkat kurikulum dapat dicapai dengan menggunakan
empat langkah umum dan subpertanyaan untuk masing-masing langkah
Langkah 1: Menentukan
Prinsip mana dalam suatu mata pelajaran atau kurikulum yang biasanya diajarkan
melalui sarana verbal yang dapat digantikan dengan riset yang diarahkan oleh
siswa sendiri.
1.1 Aspek kurikulum mana yang cocok
untuk eksperimentasi?
1.2 Prinsip-prinsip
mana yang cocok untuk kegiatan memecahkan masalah dalam situasi kelompok?
2.3 Topik-topik
mana yang dapat diperkenalkan dengan menggunakn objek fisik?
Langkah 2: Memilih
atau mengembangkan aktivitas kelas untuk topik yang telah diidentifikasi.
Mengevaluasi aktivitas terpilih dengan menggunakan daftar pertanyaan berikut
ini.
2.1 Apakah
kegiatan itu memberi kesempatan untuk berbagai metode eksperimentasi?
2.2 Dapatkah
aktivitas itu menimbulkan berbagai macam pertanyaan oleh siswa?
2.3 Dapatkah
siswa membandingkan berbagai cara penalaran dengan melalui aktivitas itu?
2.4 Apakah
ada aktivitas yang menghasilkan baik fisik maupun kesempatan untuk aktivitas
kognitif?
Langkah 3 : Mengidentifikasi
kesempatan bagi pertanyaan guru yang mendukung proses pemecahan masalah.
3.1 Apa
pertanyaan lanjutan yang dapat ditindaklanjuti?
3.2 Apa
perbandingan potensial yang dapat diidentifikasi di dalam materi yang cocok
untuk munculnya pertanyaan spontan?
Langkah 4 : Menilai
pelaksanaan implementasi setiap aktivitas, mencatat keberhasilan dan revisi
yang diperlukan.
4.1 Apa
aspek aktivitas yang menghasilkan keterlibatan dan perhatian terbesar?
4.2 Apa
aspek aktivitas, jika ada, yang “terasa dasar-dasar saja”?
4.3 Apakah
aktivitas itu memberi kesempatan untuk mengembangkan strategi investigasi baru
atau memperkaya strategi yang sudah dipelajari?
g. Review Teori
Teori
perkembangn kognitif Jean Piaget mendefinisikan kecerdasan, pengetahuan, dan
relasi pembelajaran dan lingkungan. Kecerdasan, seperti sistem biologikal,
adalah proses berkelanjutan yang menciptakan struktur yang diperlukan untuk
melangsungkan interaksi dengan lingkungan.
û Kelemahan
Masalah
utama dalam implementasi ide Piaget berasal dari perspektifnya yang berbeda
mengenai kecerdasan, pengetahuan, dan belajar. Diperlukan usaha yang kuat
diperlukan untuk mengubah perspektif seseorang mengenai kecerdasan dan
pengetahuan.
û Sumbangan bagi Praktik Pendidikan
Sumbangan
utama karya Piaget ialah bahwa mengubah pandangan tentang anak dari pendapat semula bahwa
anak adalah orang dewasa kecil ke pendapat bahwa anak memiliki pemikiran yang
khas dan terus berubah.
PENUTUP
A. SIMPULAN
û Prinsip
perkembangan kognitif Menurut teori Jean Piaget adalah menemukan asal muasal
logika alamiah dan transformasinya dari satu bentuk penalaran ke penalaran
lain. Dalam teori ini membahas mengenai perkembangan pengetahuan dan
kecerdasaan individu. Pengetahuan adalah mengetahui, dan ia adalah sebuah
proses yang diciptakan melalui aktifitas pembelajar. Sedangkan Kecerdasan
adalah aktif, dinamis dan senantiasa
berubah. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget memiliki faktor-faktor
esensial dalam perkembangan kognitif diantarany: (a) fator lingkungan fisik,
(b) kematangan, (d) lingkungan sosial, (d) faktor penyeimbangan. Menurut Jean
Piaget ada beberapa komponen perkembangan kognitif yang menjelaskan proses
kemajuan dari satu taraf penalaran dan pemikiran ketaraf yang lebih tinggi. Dua
topik utama dalam teori Piaget mengilustrasikan sifat psikologis dan pemikiran
logika dan proses fundamental yang terlibat dalam interaksi lingkungan. Perkembangan
kognitif selain memiliki beberapa komponen juga terdapat proses-proses
fundamental yang terdiri dari asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
û Fokus
teori Piaget adalah pengembangan pemikiran logis bukan memasukkan pedoman
khusus untuk pembelajaran. Akan tetapi pedoman umum untuk pembelajaran yang
berguna membantu siswa berfikir dapat didasarkan pada teorinya. Pertama
pengetahuan, terutama matematika dan sains, tidak boleh diajarkan seakan-akan
mereka sebagai satu set kebenaran yang dapat disampaikan melaui bahasa abstrak.
Pemelajar mengonstruksi pengetahuan melaui riset mandiri dan kerjasama dengan
temannya. Peran guru adalah mengorganisasikan dan menciptakan situasi yang
memberikan masalah yang bermakna dan mengajukan pertanyaan yang mendalam yang
akan membangkitkan pemikiran anak. Kolaborasi dan pertukaran antar siswa juga
harus diiringi dengan eksperimentasi.
û Beberapa
kekeliruan penerapan kurikulum berasal dari kegagalan untuk mengoordinasikan
kurikulum perkembangan dengan kurikulum akademik. Kami (1981) menyarankan tiga
tujuan umum yang kompatibel dengan kurikulum sekolah yaitu, (a) pengembangan
otonomi anak melalui situasi interaktif; (b) menyebarkan dan mengoordinasikan
beragam sudut pandang anak; dan (c) mengembangkan kesiapan, keingintahuan,
inisiatif, dan kepercayaan diri dalam belajar. Dalam teori Piaget ini menerangkan
beberapa isu pendidikan yang meliputi: (a) karakteristik pemelajar, (b) proses
kognitif dan pembelajar, (c) implikasi bagi penilaian, (d) konteks sosial untuk
belajar, (e) relasi dengan perspektif lain,
dan (f) review teori.
B. SARAN
Teori perkembangan
kognitif hendaknya mampu dioptimalkan khususnya bagi guru dan calon guru. Hal
ini penting mengingat guru atau calon guru perlu mengetahui tentang
perkembangan kognitif siswanya baik itu mengenai kecerdasan dan pengetahuan.
Jika guru atau calon guru bisa memahami mengenai teori perkembangan kognitif
ini, guru atau calon guru akan dengan maksimal bisa menjelaskan materi yang
akan diajarkan kepada siswanya. Dalam teori ini, aktivitas pembelajaran dikelas
diutamakan daripada hanya mentransmisikan materi kepada siswa. Dalam teori ini
siswalah yang membangun pengetahuannya sendiri. Oleh sebab itu, guru hendaknya
dapat menguasai teori perkembangan kognitif, sehingga guru atau calon guru
dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Predana
Media Group.
Keren brow... (y)
BalasHapus