Selasa, 07 Januari 2014

Prinsip perkembangan kognitif Jean Piaget



PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Perkembangan kognitif merupakan perkembangan berfikir atau pengetahuan seseorang dari yang tidak diketahui menjadi tahu yang diperoleh dari pengalaman maupun interaksi dengan lingkungan. Adanya perkembangan kognitif pada anak akan sangat membantu anak menjadi lebih dewasa dalam menghadapi suatu permasalah yang dihadapi. Disebabkan anak itu bisa berfikir secara matang terhadap permasalah yang dihadapinya. Cara berfikir yang matang dan dewasa bisa dibangun sendiri oleh anak baik itu melalui interaksi sosial, pengalaman maupun interkasi dengan lingkungannya.
Perkembangan kognitif berhubungan dengan kecerdasan dan pengetahuan. Kecerdasan dan pengetahuan bukan kuantitas atau sesuatu hal yang statis. Kecerdasaan adalah aktif, dinamis dan senantiasa berubah sedangakan pengetahuan adalah mengetahui dan ia adalah sebuah proses yang diciptakan melalui aktivitas pemelajar (Margaret E. Gredler, 2011:325). Hal ini dapat dikatakan bahwa kecerdasan dan pengetahuan seseorang selalu berubah melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Dengan demikian interaksi dengan lingkungan sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan kecerdasan dan pengetahuan individu. Selain itu, Individu dalam menentukan perkembangan kognitifnya dipengaruhi oleh faktor esensial. Faktor esensial itu adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial, dan proses yang disebut sebagai penyeimbang, Piaget, 1977 (dalam Margaret E. Gredler, 2011:327). Dari keempat faktor esensial itu memiliki keterkaitan satu sama lain. Persoalan yang terjadi ketika perkembangan kognitif anak atau individu tidak dapat berkembang secara baik. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, baik itu faktor eksternal maupun internal. Oleh sebab itu kita perlu mempelajari teori perkembangan kognitif agar bisa memahami bagaimana perkembangan kognitif anak atau individu, sehingga kita bisa mengatasi atau menanggulangi hal-hal yang dapat menghabat perkembangan kognitif anak atau individu tersebut.
Teori perkembangan kognitif tidak membahas perolehan pengetahuan atau keterampilan anak secara spesifik, Melainkan teori perkembangan kognitif berfokus kepada terbentuknya pemikiran manusia pada peringkat tertinggi, serta mendeskripsikan peristiwa dan kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai peringkat tertentu (Margaret E. Gredler, 2011:321). Ada dua teoritis perkembangan kognitif, yaitu Jean Piaget dan Lev S. Vygotsky. Jean Piaget yang membahas tenatang perkembangan pemikiran logis dalam bentuk penalaran tentang suatu peristiwa yang terjadi. Lev S. Vygotsky membahas proses psikologis atau mental. Oleh karena itu, dalam hal ini yang akan dibahas hanya teori perkembangan kognitif menurut Jean Piaget, karena dalam hal ini perkembangan pemikiran anak atau individu dalam bentuk penalaran menjadi faktor utama dalam pembentukan pengetahuan dan kecerdasan anak atau individu tersebut.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana prinsip perkembangan kognitif Jean Piaget?
2.      Bagaimana prinsip pembelajaran Jean Piaget?
3.      Bagaimana aplikasi pendidikan Jean Piaget?

C.    TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas, tujuan pembuatan karya tulis ini adalah sebagai berikut.
1.      Mampu mendeskripsikan prinsip perkembangan kognitif Jean Piaget.
2.      Mampu mendeskripsikan prinsip pembelajaran Jean Piaget.
3.      Mempu mendeskripsikan aplikasi pendidikan Jean Piaget.

D.    MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang diharapkan dari luaran karya tulis ini sebagai berikut.
1.      Mampu dipahaminya teori perkembangan kognitif Jean Peaget.
2.      Secara praktis sebagai seorang calon guru sekolah dasar diharapkan mampu mengimplementasikan teori-teori perkembangan belajar kognitif di SD.
PEMBAHASAN

A.    PRINSIP PERKEMBANGAN KOGNITIF
Menurut teori Jean Piaget adalah menemukan asal muasal logika alamiah dan transformasinya dari satu bentuk penalaran ke penalaran lain.
1.      Asumsi dasar. Teori ini adalah konsepsi Piaget tentang hakikat konstruktivis dari kecerdasan dan faktor-faktor esensial dalam perkembangan kognitif.
2.      Pendapat konstruktivis tentang kecerdasan.
Pada bagian ini dibahas perbedaan dengan pendapat tradisional mengenai pengetahuan, kerangka riset Piaget dan konsepnya mengenai kecerdasan atau intelegensi.
a)      Perbedaan dengan Pandangannya Tradisional.
b)      Kerangka Riset Piaget. Pendekatan Piaget untuk mempelajari perkembangan kecerdasan itu sendiri adalah sebuah inovasi kemudian dia memulai dengan 4 pertanyaan.
Asumsi Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Pertanyaan
Sumber
Asumsi
Apa hakikat pengetahuan ?
Filsafat
Pengetahuan adalah mengetahui, dan ia adalah sebuah proses yang diciptakan melalui aktifitas pembelajar.
Pengetahuan berasal dari pengalaman mentransformasi realitas melalui interaksi dengannya (Chapman, 1999, h. 32).
Apa relasi antara orang yang mengetahui dan realitas ?

(a) Dalam penciptaan pengetahan, individu dan objek berpadu dan tidak dapat dipisahkan.
(b)  “hubungan antara pemelajar dan objek tidak ditentukan sebelumnya dan yang lebih penting adalah relasi itu tidak setabil” (Piaget, 1970b, h. 704).
Apa hakikat kecerdasan?
Biologi
Kecerdasaan manusia dan organisme berfungsi serupa. Keduanya adalah system terorganisasi yang secara konstan berinteraksi dengan lingkungan. Mereka juga membangun struktur yang mereka butuhkan dalam rangka beradaptasi dengan lingkungan (Piaget, dalam Bringuier, 1980, hlm. 3).
Apa metode investigasi yang tepat?
Psikologi
Observasi dan eksperimentasi

c)      Hakikat Kecerdasan. Kecerdasan bukan ciri statis yang dapat dinilai secara kuantitatif. Namun kecerdasan adalah aktif, dinamis dan senantiasa  berubah. Asumsi dasar dari teori Piaget adalah kecerdasan manusia dan organisme biologis berfungsi dengan cara yang sama. Kecerdasan, seperti organisme biologis, adalah system hidup yang tumbuh dan berkembang.
3.      Faktor-faktor Esensial dalam Perkembangan Kognitif
Ada 4 faktor yang diperlukan untuk transformasi perkembangan kognitif
a.       Fator lingkungan fisik, yang merupakan hal penting karena interaksi antara individu dan dunia adalah sumber ilmu pengetahuan.
b.      Kematangan, dengan kematangan sistem saraf akan memungkinkan anak menjadi berkembang lebih maksimum dari perkembangan fisik.
c.       Lingkungan sosial, dimana lingkungan sosial akan mencakup peran bahasa dan pendidikan, khususnya kontak dan interaksi langsung dengan orang lain.
d.      Faktor penyeimbangan. Faktor ini akan mampu mengatur interaksi individu dengan lingkungan dan memungkinkan perkembangan kognitif untuk maju secara koheren dan tertata
4.      Komponen Perkembangan Kognitif.
Dalam teori ini menjelaskan proses kemajuan dari satu taraf penalaran dan pemikiran ketaraf yang lebih tinggi. Dua topik utama dalam  teori Piaget mengilustrasikan sifat psikologis dan pemikiran logika dan proses fundamental yang terlibat dalam interaksi lingkungan.
a.      Sifat psikologis pemikiran logis.
3 konsep utama yang mendasari sifat pemikiran logis di dalam teori Piaget adalah:
1)      Struktur psikologis dari pemikiran logis. Dasar dari pemikiran logis adalah aktivisis kognitif tertentu yang oleh Piaget (1928, 1970b) disebut sebagai operasi. Karena tanpa sistem penalaran logis ini, anak tidak akan mampu untuk membedakan antara pengetahuan dan keinginan, fakta dan fantasi, atau antara apa yang seharusnya, apa adanya, yang pasti terjadi atau yang tidak dapat terjadi (furth, 1986, h. 39).
Contoh Karakteristik Struktur Psikologis
Karakteristik
Konservasi Jumlah
Konservasi Kuantitas
Transformasi
Membagi setumpuk 40 keping uang logam menjadi 4 tumpukan
Menggulung bola tanah liat menjadi bentuk sosis.
Menyeimbangkan kompensasi
Jumlah tumpukan bertambah saat jumlah dalam satu tumpukan menurun.
Bentuk menjadi lebih panjang dan tipis.
Konstan atau invariant
Jumlah total keping uang tidak berubah.
Jumlah total lempung tidak berubah.
Keterbalikan (tindakan kebalikan yang memulihkan keadaan awal
Merekombinasikan 4 tumpukan menjadi 1 tumpukan.
Menggulung tanah liat berbentuk sosis kembali menjadi bola kecil.

2)         Perkembangan Struktur Oprasional. Struktur oprasional berkembang secara perlahan, selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun, perkembangan ini membutuhkan beberapa reorganisasi pemikiran sebelumnya. Pelaku eksperimen menujunkan pada anak beberapa bola tanah liat, dan kemudian membentuknya menjadi sosis.
3)        Peran Kemungkinan dan Keniscayaan. Riset oleh Piaget pada tahun-tahun terakhir mengungkapkan perkembangan panjang pemahaman anak tentang kemungkinan dan keniscayaan (1987a, 1987b).
Peringkat Penalaran tentang Kemungkinan dan Keniscayaan.
Peringkat Pemikiran
Kemungkinan
Keniscayaan
Peringkat I
(pra-operasional)
(a) Pengenalan hanya satu kemungkinan.
(b) Pengenalan berikutnya bahwa setidaknya ada satu kemungkinan lain.
(a) Realitas dipahami atau dimanipulasi sehingga tampak seperti niscaya (Piaget, 1986a, h. 148).
(b) Kekurangan pertimbangan kemungkinan yang komulatif dieliminasi pada usaha mencoba-coba yang selanjutnya (5-7 tahun)
Peringkat IIA
(awal operasi konkret)
Pembentukan kemungkinan lain yang konkret; terbatas pada hal-hal yang dapat dibayangkan anak.
Beberapa penyisihan sistematis atas kemungkinaa yang terbukti salah dalam percobaan sebelumnya; namun, anak  terkadang melupakan kemungkinan yang sudah disisihkan dalam serangkaian percobaan yang lebih panjang.
Peringkat IIB
Setiap kemungkinan merupakan salah satu dari banyak yang dapat dipahami.

Peringkat III
(operasi hipotesis deduktif)
Kemungkinan yang tidak terbatas adalah dapat didediksi.
Penyisihan kemungkinan secara sistematis; pengelan bahwa lebih dari serangkaian percobaan adalah mungkin dan pada akhirnya akan menghasilkan solusi yang tepat.

4)      Logika Makna, berkaitan dengan kebenaran atau kekeliruan suatu istilah atau pernyataan berdasarkan ekstensinya atau kaitannya dengan istilah atau pernyataan lain. Menurut Piaget, makna bersama dalam tindakkan adalah akar dari logika operasional atau ekstensional.
û  Pengetahuan selalu melibatkan inperensi.
û  Makna suatu objek mencakup hal-hal yang dapat dilakukan dengan objek dan deskripsinya (h. 119).
û  Logika dimulai saat bayi mampu memperkirakan relasi antar tindakan yang disebut sebagai implikasi makna atau implikasi antar tindakan (h. 155).
b.      Proses-Proses Fundamental
Proses-proses Fundamental sebagai sistem biologis, kecerdasan berinteraksi dengan lingkungan, beradaptasi kepadanya, mengembangkan struktur baru apabila dibutuhkan, dan mempertahankan keadaan yang tetap saat terjadi perubahan dan pertumbuhan. Karena itu, Piaget menggunakan istilah yang berasal dari konsep biologis untuk mendeskripsikan ciri esensial dari interaksi antara kecerdasan dan lingkungan.
Asimilasi dan Akomodasi. Integrasi elemen eksternal ke dalam struktur organisme di sebut asimilasi.
Asimilasi bukan proses pencatatan pasif suatu rekaman realitas, juga bukan asosiasi antara stimulus lingkungan dan suatu respons. Sebaliknya, asimilasi adalah penyaringan stimulus melalui struktur tindakan sehingga struktur itu sendiri diperkaya (Piaget & Inhelder, 1969, h. 6). Syarat penting untuk asimilasi adalah struktur internal yang dapat memanfaatkan informasi.
Sedangkan akomodasi muncul dalam teori Piaget melalui dua cara. Penyesuaian struktur internal pada karakteristik khusus dari situasi tertentu. Asimilasi dan akomodasi berfungsi bersama dalam menghadapi lingkungan pada semua peringkat fungsi kognitif.
Peran Konflik Kognitif. Reorganisasi cara berpikir anak kepringkat yang lebih tinggi tidak mudah dilakukan. Anak harus memikirkan ulang cara pandangnya terhadap dunia. Langkah penting dalam proses tersebut adalah pengalaman konflik kognitif. Langkah ini disebut konflik kognitif atau ketidak seimbangan.
Ekuilibrasi (penyeimbangan), merupakan seperangkat proses yang kompleks dan dinamis secara kontinyu mengatur prilaku.
Ada 3 bentuk keseimbangan umum yang didefinisikan oleh piaget:
û  Antara asimilasi dan akomodasi.
û  Antara skema atau subsistem (seperti jumlah dan panjang)
û  Antara keseluruhan dan bagian-bagiannya.
Peran utama ekuilibrasi adala mempertahankan fungsi intelektual selama perkembangan.
1)      Penyeimbangan dan Konstruksi Struktur Operasional.
     Salah satu sumber kemajuan baik dalam konstruksi maupun tindakan bayi dan operasi logis yang muncul kemudian ada dalam keadaan ketidak seimbangan (kontradiksi). Reaksi terhadap ketidak seimbangan yang dideskripsikan oleh Piaget adalah:
a)      Reaksi alpha adalah mengabaikan atau membuang gangguan dan memadukan konflik kedalam keyakinan seseorang tanpa mengubahnya.
b)      Reaksi beta, adalah modifikasi pemikiran dalam rangka mengakomodasi gangguan.
c)      Reaksi gamma, merupakan penerapan dari reaksi alpha dan reaksi beta.
2)      Abstraksi Reflektif adalah proses penyeimbangan yang bertanggung jawab atas transisi antara struktur kognitif yang relatif miskin menjadi relatif kaya, Piaget, 1987b, h. 142 (dalam Margaret E. Gredler, 201: Proses ini terdiri dari:
a)      Memproyeksikan (merefleksikan) sesuatu yang diambil dari peringkat yang lebih rendah keperingkat yang lebih tinggi.
b)      Merekonstruksi (“Refleksi”) hal-hal yang ditransfer secara kognitif (Piaget, 1985, h. 29).
c.       Pringkat Penalaran Kompleks
Riset awal yang dilakukan Piaget (1967, 1970a) memantapkan kerangka analisis proses berpikir yang dibuatnya. Kerangka ini terdiri dari 4 periode atau tahap perkembangan kognitif: sensorimotor, pra-oprasional, oprasional konkret dan oprasional formal.
Ringkasan Perubahan Kualitatif dalam Proses Penalaran
Tahap
Proses Penalaran
Periode sensori motor
(kelahiran -1 tahun)
Kecerdasan prasibolik dan praverbal dengan perkembangan pola tindakan. Iiferensi dimulai ketika bayi mengembangkan relasi antar tindakan. Contohnya adalah mengonstruksi skema wadah –isi dari skema “memasukkan kemulut”.
Periode pra oprasional
(2-3 hingga 7-8 tahun)
Permulaan sebagian pemikiran logis (contohnya air yang dituangkan ke wadah lain adalah air yang sama: a = a). namun, penalaran anak dari satu pemikiran  ke pemikiran lainnya dan keputusannya didasarkan pada petunjuk perceptual. Anak kecil tidak membedakan antara  realitas, kemungkinan, dan keniscayaan dalam situasi pemecahan masalah.
Periode operasional konkret
(7-8 higga 12-14 tahun)
Berkembangnya cara berpikir logis berhubungan dengan objek konkret. Anak mulai memahami bahwa operasi tertentu secara simultan dan niscaya mengimplikasikan kebalikannya. Anak mulai mengembangkan beberapa kemungkinan dalam situasi pemeahan masalah dan cara untuk mengesampingkannya secara sistematis.
Periode operasional formal
(diatas 14 tahun)
Kapabilitas untuk secara logis menangani situasi multi faktor mulai muncul. Individu dapat mendeduksi berbagai kemungkinan dan secara sistematis mengesampingkannya. Penalaran bergerak dari situasi hipotesis ke konkret.

B.     PRINSIP PEMBELAJARAN JEAN PIAGET
             Pada hakikatnya, belajar adalah proses kongnitif yang dilakukan pebelajar untuk membentuk kapabilitas yang diperlukan dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal, berdasarkan pengetahuan awal atau pengelaman yang dimiliki.
Asumsi Dasar
      Perspektif seseorang tentang sifat-sifat pemikiran anak mengandung implikasi penting bagi pendidikan (Piaget,1970c).  Seorang anak akan menerima produk jadi dari pengetahuan dan moralitas orang dewasa. Pengalaman yang dipelajari akan diarahkan oleh guru dan diterima oleh anak. Karena itu, hubungan antara sistem pendidikan dan anak bersifat resiprokal atau timbal balik (Piaget, 1970c).
      Piaget berkeyakinan bahwa identik dengan dengan perkembangan struktur organisme yang melakukan adaptasi terhadap lingkungan, keadaan mental atau pikiran manusia juga memiliki struktur yang terus beradaptasi melakukan transformasi diri dan melakukan transformasi lingkungan, sehingga dapat mengembangkan pikirannya untuk dapat selaras dan menguasai objek dan lingkungan yang dipelajarinya (Sukadi:135).
1.      Komponen Pembelajaran Jean Piaget
Pembelajaran di sekolah dasar harus dimulai dengan situasi konkret yang berkaitan dengan panjang, permukaan, angka, dan sebagainya, dan berlanjut ke eksperimen fisik dan mekanik di sekolah menengah. Kebutuhan dasar untuk pendidikan menurut Piaget (1973) adalah memperkenalkan siswa pengetahuan budaya dan sains dengan prosedur eksperimental dan aktivitas bebas. Solusi yang dirancang adalah memberikan kurikulum yang bercampur.
Persyaratan yang harus ada dalam eksperimentasi adalah kerjasama dan pertukaran antarsiswa (Piaget, 1973).. Kelas harus menjadi ‘pusat aktivitas riil’ yang dilakukan secara bersama, sehingga kecerdasan logikal dapat dielaborasi melalui tindakan dan pertukaran sosial.
Didalam buku Sukadi terdapat beberapa komponen pembelajaran Jean Piaget yaitu : (a) Adanya pengetahuan awal atau pengalaman; (b) Masukkan data sensori baru dari lingkungan; (c) Pembentukan makna oleh pebelajar sendiri secra aktif dan terus menerus; (d) Terdapat hasil belajar yang bermakna berupa kapabilitas untuk memahami dunia realita; (e) Perkembangan personal dan interaksi sosial memudahkan pebelajar mengkontruksi makna.
2.      Memfasilitasi Konstruksi Pengetahuan Anak Kecil
a.       Masalah “Pengajaran Langsung”
Pengajaran langsung ide-ide akan membekukan inisiatif anak dalam kontruksi pengetahuan. Anak mungkin kan kehilangan rasa percaya dirinya untuk menemukan sesuatu atau akan lebih fokus pada usaha mengambil petunjuk dari guru yang mengindikasikan jawaban yang benar.
b.      Permaina Pura-Pura
Permainan ini memberi dunia tindakan, simbol, dan gambaran yang dapat dirasakan anak dengan bebas karena dunia ini berada dalam kontrol intelektualnya (Furth, 1980, h. 67). Penggunaan VCR, CD, maupun merupakan hal yang menghilangkan kesempatan anak untuk bermain sehingga anak akan menjadi pasif, tidak menciptakan peran, tindakan, dan pemikiran melalui permainan simbolik. Cara untuk meninggalkan aktivitas pasif ini adalah mengembangkan ide-ide baru dan cara berfikir baru (Berk, 1989). Jadi, aktivitas penting yang mesti dimasukkan dalam kurikulum prasekolah adalah membebaskan anak untuk melakukan permainan pura-pura.


c.       Penggunaan Aktivitas
Beberapa kurikulum mendukung diagnosis fungsi kognitif anak dan memberi aktivitas tertentu yang cocok untuk peringkat yang berbeda-beda dikelas. Membuat latihan tertentu untuk masing-masing anak adalah hal yang tidak praktis dan tidak perlu. (Duckworth, 1979). Untuk anak prasekolah, Kami dan DeVries (1978, h. 49). Mengidentifikasi empat kriteria untuk aktivitas fisik. Objek yang dapat ditangani anak harus dimasukkan dan tindakan yang berbeda dari anak pada objek itu akan menghasilkan efek yang berbeda. Selain itu, efek dari tindakan anak pada objek itu harus bersifat segera dan dapat diamati.
d.      Peran Guru
Peran guru adalah membuat dan mengorganisasikan aktivitas kelas, memberi contoh yang membawa siswa untuk memikirkan kembali ide yang mereka buat dengan buru-buru, dan untuk memunculkan ide anak melalui pertanyaan tidak langsung. Pertanyaan yang diajukan adalah berupa pertanyaan yang membutuhkan nalar siswa.
3.      Memfasilitasi Pemikiran Operasional.
a.       Aplikasi dalam Sains
Dalam pelajaran sains disekolah dasar, dunia nyata harus menjadi titik awalnya (Duckworth, 1990). Riset dalam pendidikan sains kemudian dikembangkan untuk mengetahui keterampilan eksperimentasi anak yang mencangkup pengujian hipotesis tentang situasi multifaktor.
Siswa menyerahkan data dan analisis data awal kepada guru dalam bentuk laporan tertulis. Tanggapan guru terhadap aktivitas ini berisi petunjuk apakah siswa mengandalkan pada otoritas ketimbang data dari kesimpulan. Dalam laporan final untuk setiap tugas, siswa mendeskripsikan pertanyaan riset, koleksi, dan analisis data, serta mendiskusikan hasilnya. Dari data studi kurikulum mengindikasikan bahwa siswa mampu melakukan penelitian ilmiah yang sah.
b.      Konstruktivisme dalam Matematika
Perspektif konstruktivisme individual atau personal diambil dari prinsip Piagetian. Proses belajar esensial adalah asimilasi dan akomodasi setelah konflik kognitif dan abstraksi reflektif. Perspektif yang lainnya yang mendukung pendapat Piagetian bahwa: (a) pemelajara menciptakan pengetahuan secara aktif; (b) mereka menciptakan pengetahuan dengan merefleksi tindakan fisik dan mentalnya; (c) belajara substantif terjadi dalam periode konflik dan kebingungan dan kejutan, selama periode yang panjang; dan (d) kesempatan untuk belajar terjadi selama interaksi sosial (Wood, Cobb, dan Yaeckel, 1991, h.591).
c.       Peran Komputer
Beberapa software komputer yang interaktif dapat memperkenalkan implikasi dari konsep yang salah dipahami. Hal ini penting karena menciptakan lingkungan yang interaktif adalah penting bagi pendidikan (Pufall, 1988). Namun dengan melakukan kontruksi dengan komputer tidak cukup untuk kebutuhan pengetahuan anak.
4.      Memfasilitasi pemikiran Operasional Formal
      Menempatkan siswa dalam berbagai masalah sebelum mereka mengembangkan struktur konseptual untuk mengatasi situasi yang kompleks akan menimbulkan kesulitan (Lavoie & Good, 1988). Kemampuan pemecahan masalah berkaitan dengan pengetahuan awal yang banyak atau sedikit. Siswa yang tidak sukses cenderung memiliki pengetahuan awal yang sedikit dan berada pada tahap pemikiran operasional konkret. Kuhn et al. (2000) mencatat bahwa siswa sering memiliki model mental yang keliru yang menghambat analisis multivariabel yang dibutuhkan dalam penelitian ilmiah. Dalam pengertian Piagetian, mereka kekurangan kombinasi logika pemikiran operasional formal.
      Pemikiran operasional formal tidak dapat dicapai melalui “eksperimen yang dikemas lebih dulu” atau dengan memecahkan masalah untuk jawaban yang sudah ditentukan. Setiap eksperimen yang tidak dilakukan oleh individual dengan kebebasan penuh bukanlah latihan, ia hanya sekadar latihan tanpa muatan pendidikan  yang layak (Piaget, 1973, h. 20).


C.    APLIKASI PENDIDIKAN
Konsep yang dikembangkan oleh Piaget bisa diimplementasikan di persekolahan dan sekolah dasar dengan memberikan aktivitas yang kaya untuk eksplorasi anak. Beberapa kekeliruan penerapan kurikulum berasal dari kegagalan untuk mengoordinasikan kurikulum perkembangan dengan kurikulum akademik. Kamii (1981) menyarankan tiga tujuan umum yang kompatibel dengan kurikulum sekolah yaitu, (a) pengembangan otonomi anak melalui situasi interaktif; (b) menyebarkan dan mengoordinasikan beragam sudut pandang anak; dan (c) mengembangkan kesiapan, keingintahuan, inisiatif, dan kepercayaan diri dalam belajar.
1.      Isu Kelas
Teori piaget bukan tiori belajar akademik dan bukan teori pengajaran. Meskipun demikian, teori ini dapat menerangkan beberapa isu pendidikan.
a.      Karakteristik pemelajar
Teori jean piaget membahas isu luas yang berkaitan dengan perkembangan kognitif. Perbedaan individu, kesiapan, dan motivasi dilihat dalam pengertian hubungannya dengan perkembangan kognitif jangka panjang.
1)   Perbedaan individu
Beberapa pendidik mengkritik teori ini karena mengembangkan referensi spesifik pada perbedaan individual. Tanggapan Piaget untuk kritik ini yaitu bahwa fokusnya adalah pada identifikasi hal-hal yang paling umum dan universal pada diri semua orang (Furth & Youniss,2000). Meski demikian, riset telah mengindikasikan perbedaan kultural dalam pencapaian struktur kognitif. Anak pedesaan lebih lamban ketimbang anak perkotaan dalam mencapai peringkat operasi konkret. Lebih jauh, operasi formal tidak dicapai oleh semua individual (Piaget, 1972a)
2)   Kesiapan
Kesiapan mengandung dua makna dalam interpretasi teori piaget yaitu (a) kapasitas individu untuk mengasimilasikan informasi baru; persyaratannya adalah kerangka kognitf yang dapat menggunakan informasi baru. ; dan (b) kesiapan dimanifestasikan adalah dalam hubungan dengan konstruksi struktur kognitif logis (yakni operasi).
3)      Motivasi
Piaget (1973) mengidentifikasi dua sumber motivasi. Yang pertama adalah faktor motivasi umum yang berfungsi pada semua peringkat perkembangan yakni kebutuhan. Seperti teori lainnya, kebutuhan bisa bersifat fisiologis, afektif, atau intelektual. Menurut Piaget, semua tindakan, entah itu gerakan, pikiran, atau emosi, merupakan respons terhadap kebutuhan (Piaget 1967). Sumber motivasi kedua adalah konten atau isi kebutuhan pada usia atau periode perkembangan tertentu.
b.      Proses Kognitif dan pembelajaran
Tiga isu kelas yang penting yaitu mengembangkan keterampilan “bagaimana belajar”, memberi transfer belajar, dan mengajarkan pemecahan masalah. Dalam konteks teori Piaget, isu ini memuat makna berbeda.
1)   Mengembangkan keterampilan “bagaiman belajar” (How-to-Learn). Kemampuan individu untuk mengorganisasikan perilakunya secara efisien dalam rangka mengambil makna dari suatu langkah inisiatif untuk memecahkan masalah biasanya didefinisikan sebagai keterampilan bagaimana belajar.
2)      Transfer Belajar. Memfasilitasi belajar baru yang berasal dari kemiripan dengan belajar sebelumnya merupakan isu kelas yang penting.
3)      Mengajarkan Pemecahan Masalah. Menurut piaget (1973), keterampilan memecahkan masalah tidak dapat diajarkan secara langsung. Selain itu, Piaget berpendapat bahwa atuaran atau teori yang beroperasi dibidang subjek tertentu harus ditemukan oleh individu mereka tidak bisa disampaikan secara verbal.
d.      Implikasi Bagian penilaian
Tujuan teori perkembangan kognitif Piaget adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk baru penalaran berkembang dari bentuk yang sudah ada. Fokos penilaian adalah pengorganisasian anak atas pemikirannya dalam menghadapi situasi tertentu. Pertama, pendekatan ini berisiko mengeliminasi konstruk utama, seperti ekuensi, penyeimbangan, universalitas, dan generalisasi dari agenda riset (Edelstein & Schoreder, 2000). Kedua, memahami perbedaan antar-individu dalam konteks teori Piagetian berarti fokos pada variabilitas antar-individu. Psikolog Amerika lainya mengubah prosedur administratif dari tugas-tugas tersebut dan menyebabkan anak menunjukan kompetensi diusia lebih awal ketimbang yang diidentifikasi Piaget. Namun, tugas yang diubah itu membutuhkan bentuk pemikiran yang kurang kompleks dan berbeda (Chandler & Chapman, 1991; Chapman, 1988; Montengero, 1991). Piagetian memiliki implikasi bagi kelas melalui dua cara yaitu mengeksplorasi alasan anak untuk jawaban mereka dan mengajarkan keterampilan akademik (Stipek, 2006).
e.       Kontek Sosial untuk Belajar
Berbeda dengan pendekatan edukasional yang berfokus pada interaksi guru dan murid, Piaget (1973) menerangkan pentingnya teman sebaya dalam konteks eksperimentasi mandiri.
f.    Relasi dengan Perspektif Lain
Berbeda dengan pandangan pengkondisian berpenguat, kondisi belajar, dan perspektif pemrosesan informasi, teori piaget tdak membahas imformasi faktual dan konseftual yang merupakan ranah subjek. Ahli-ahli, prinsipnya membahas karakteristik di dalam pemikiran dan penalaran di sepanjang rentang kehidupan.
1)   Mengembangkan Strategi di Kelas
Implementasi Konsep piaget pada setiap peringkat kurikulum dapat dicapai dengan menggunakan empat langkah umum dan subpertanyaan untuk masing-masing langkah
Langkah 1: Menentukan Prinsip mana dalam suatu mata pelajaran atau kurikulum yang biasanya diajarkan melalui sarana verbal yang dapat digantikan dengan riset yang diarahkan oleh siswa sendiri.
1.1 Aspek kurikulum mana yang cocok untuk eksperimentasi?
1.2 Prinsip-prinsip mana yang cocok untuk kegiatan memecahkan masalah dalam situasi kelompok?
2.3 Topik-topik mana yang dapat diperkenalkan dengan menggunakn objek fisik?
Langkah 2: Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas untuk topik yang telah diidentifikasi. Mengevaluasi aktivitas terpilih dengan menggunakan daftar pertanyaan berikut ini.
2.1 Apakah kegiatan itu memberi kesempatan untuk berbagai metode  eksperimentasi?
2.2 Dapatkah aktivitas itu menimbulkan berbagai macam pertanyaan oleh siswa?
2.3 Dapatkah siswa membandingkan berbagai cara penalaran dengan melalui aktivitas itu?
2.4 Apakah ada aktivitas yang menghasilkan baik fisik maupun kesempatan untuk aktivitas kognitif?
Langkah 3 : Mengidentifikasi kesempatan bagi pertanyaan guru yang mendukung proses pemecahan masalah.
3.1 Apa pertanyaan lanjutan yang dapat ditindaklanjuti?
3.2 Apa perbandingan potensial yang dapat diidentifikasi di dalam materi yang cocok untuk munculnya pertanyaan spontan?
Langkah 4 : Menilai pelaksanaan implementasi setiap aktivitas, mencatat keberhasilan dan revisi yang diperlukan.
4.1 Apa aspek aktivitas yang menghasilkan keterlibatan dan perhatian terbesar?
4.2 Apa aspek aktivitas, jika ada, yang “terasa dasar-dasar saja”?
4.3 Apakah aktivitas itu memberi kesempatan untuk mengembangkan strategi investigasi baru atau memperkaya strategi yang sudah dipelajari?
g.      Review Teori
Teori perkembangn kognitif Jean Piaget mendefinisikan kecerdasan, pengetahuan, dan relasi pembelajaran dan lingkungan. Kecerdasan, seperti sistem biologikal, adalah proses berkelanjutan yang menciptakan struktur yang diperlukan untuk melangsungkan interaksi dengan lingkungan.
û  Kelemahan
Masalah utama dalam implementasi ide Piaget berasal dari perspektifnya yang berbeda mengenai kecerdasan, pengetahuan, dan belajar. Diperlukan usaha yang kuat diperlukan untuk mengubah perspektif seseorang mengenai kecerdasan dan pengetahuan.
û  Sumbangan bagi Praktik Pendidikan
Sumbangan utama karya Piaget ialah bahwa mengubah pandangan tentang anak dari pendapat semula bahwa anak adalah orang dewasa kecil ke pendapat bahwa anak memiliki pemikiran yang khas dan terus berubah.


















PENUTUP

A.    SIMPULAN
û  Prinsip perkembangan kognitif Menurut teori Jean Piaget adalah menemukan asal muasal logika alamiah dan transformasinya dari satu bentuk penalaran ke penalaran lain. Dalam teori ini membahas mengenai perkembangan pengetahuan dan kecerdasaan individu. Pengetahuan adalah mengetahui, dan ia adalah sebuah proses yang diciptakan melalui aktifitas pembelajar. Sedangkan Kecerdasan adalah aktif, dinamis dan senantiasa  berubah. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget memiliki faktor-faktor esensial dalam perkembangan kognitif diantarany: (a) fator lingkungan fisik, (b) kematangan, (d) lingkungan sosial, (d) faktor penyeimbangan. Menurut Jean Piaget ada beberapa komponen perkembangan kognitif yang menjelaskan proses kemajuan dari satu taraf penalaran dan pemikiran ketaraf yang lebih tinggi. Dua topik utama dalam teori Piaget mengilustrasikan sifat psikologis dan pemikiran logika dan proses fundamental yang terlibat dalam interaksi lingkungan. Perkembangan kognitif selain memiliki beberapa komponen juga terdapat proses-proses fundamental yang terdiri dari asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
û  Fokus teori Piaget adalah pengembangan pemikiran logis bukan memasukkan pedoman khusus untuk pembelajaran. Akan tetapi pedoman umum untuk pembelajaran yang berguna membantu siswa berfikir dapat didasarkan pada teorinya. Pertama pengetahuan, terutama matematika dan sains, tidak boleh diajarkan seakan-akan mereka sebagai satu set kebenaran yang dapat disampaikan melaui bahasa abstrak. Pemelajar mengonstruksi pengetahuan melaui riset mandiri dan kerjasama dengan temannya. Peran guru adalah mengorganisasikan dan menciptakan situasi yang memberikan masalah yang bermakna dan mengajukan pertanyaan yang mendalam yang akan membangkitkan pemikiran anak. Kolaborasi dan pertukaran antar siswa juga harus diiringi dengan eksperimentasi.
û  Beberapa kekeliruan penerapan kurikulum berasal dari kegagalan untuk mengoordinasikan kurikulum perkembangan dengan kurikulum akademik. Kami (1981) menyarankan tiga tujuan umum yang kompatibel dengan kurikulum sekolah yaitu, (a) pengembangan otonomi anak melalui situasi interaktif; (b) menyebarkan dan mengoordinasikan beragam sudut pandang anak; dan (c) mengembangkan kesiapan, keingintahuan, inisiatif, dan kepercayaan diri dalam belajar. Dalam teori Piaget ini menerangkan beberapa isu pendidikan yang meliputi: (a) karakteristik pemelajar, (b) proses kognitif dan pembelajar, (c) implikasi bagi penilaian, (d) konteks sosial untuk belajar, (e) relasi dengan perspektif lain,  dan (f) review teori.

B.     SARAN
Teori perkembangan kognitif hendaknya mampu dioptimalkan khususnya bagi guru dan calon guru. Hal ini penting mengingat guru atau calon guru perlu mengetahui tentang perkembangan kognitif siswanya baik itu mengenai kecerdasan dan pengetahuan. Jika guru atau calon guru bisa memahami mengenai teori perkembangan kognitif ini, guru atau calon guru akan dengan maksimal bisa menjelaskan materi yang akan diajarkan kepada siswanya. Dalam teori ini, aktivitas pembelajaran dikelas diutamakan daripada hanya mentransmisikan materi kepada siswa. Dalam teori ini siswalah yang membangun pengetahuannya sendiri. Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menguasai teori perkembangan kognitif, sehingga guru atau calon guru dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan baik.











DAFTAR PUSTAKA

Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Predana Media Group.


 

1 komentar: