BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Banyak teori tentang belajar yang telah
berkembang mulai abad ke-19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori
belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli
psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme). Teori ini pada awal mulanya
dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov (tahun 1900-an) dengan teorinya
yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan
kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli
psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori
behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku
yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai
mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku
yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi
instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi.
Di awal abad ke-20 sampai sekarang ini teori
belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang
baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa
kognisi mempengaruhi perilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan
untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tingkah laku mulai ditinggalkan di abad
ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori
belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang
cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang cocok
untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar
belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
1) Bagaimana
prinsip-prinsip belajar menurut Skinner?
2) Bagaimana prinsip
pembelajaran menurut Skinner?
3) Bagaimana aplikasi teori
Skinner dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas,
adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui dan
memahami prinsip-prinsip belajar menurut Skinner.
2) Untuk mengetahui dan
memahami prinsip pembelajaran menurut Skinner.
3) Untuk mengetahui
aplikasi teori Skinner dalam pembelajaran.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1)
Bagi mahasiswa
Makalah ini
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi mahasiswa untuk menambah
pengetahuannya mengenai prinsip belajar dan pembelajaran serta aplikasinya
menurut Skinner.
2)
Bagi penulis
Melalui makalah ini penulis dapat memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran di SD.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip-Prinsip Belajar
Skinner (dalam Margaret, 2011 h. 115) percaya bahwa
psikologi dapat menjadi sains hanya melalui studi perilaku. Asumsi dasar
Skinner terdiri dari deskripsinya tentang sifat dari ilmu behavioral dan sifat
dari proses belajar. Tujuan dari ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan
hukum-hukum relasi yang jelas di antara kejadian-kejadian di lingkungan.
Demikian pula, tugas ilmu perilaku adalah menemukan kaidah atau relasi di
antara kondisi fisik atau lingkungan dengan perilaku. Akan tetapi mengembangkan
ilmu perilaku itu sulit karena perilaku itu kompleks dan bervariasi. Oleh
karena itu, dalam mengembangkan ilmu perilaku memiliki masalah, yaitu praktik
yang mendeskripsikan perilaku sebagai “disebabkan” oleh keadaan mental atau
perasaan. Pertama, penjelasan itu menimbulkan isu lain. Kedua, penekanan pada
gejala mental menyebabkan perilaku dianggap hanya sebagai indikator dari aktivitas
batin. Ketiga, fokus pada keadaan batin akan mengalihkan perhatian dari riset
yang mungkin mengidentifikasi sumber masalah dan solusi.
Kemudian Skinner mulai menggunakan analisis eksperimental
dengan analisis model empiris Pavlov terhadap perubahan perilaku. Pertama, ia
hanya membahas bentuk perilaku tertentu (refleks) yang disebut elicited response karena respon dimunculkan oleh stimulus tertentu. Kedua,
meskipun Pavlov berhasil mengkondisikan respons yang dimunculkan untuk merespon
stimulus baru, namun modelnya tidak dapat menjelaskan proses belajar perilaku
baru. Bagian kecil dari perilaku yang tidak terkait dengan kejadian atau
kondisi tertentu disebut emitted response. Namun, salah satu kritik
terhadap riset laboratorium Skinner adalah karena dia mengaplikasikan temuannya
pada hewan ke manusia.
a. Definisi Belajar
Skinner (dalam Margaret, 2011 h. 118) mendefinisikan belajar
sebagai perubahan perilaku. Dalam risetnya, Skinner mendefinisikan variabel
terikat sebagai perubahan dalam kemungkinan atau probabilitas dari emitted response. Karena perilaku itu sulit diukur, maka yang diukur
terlebih dahulu adalah rata-rata atau frekuensi
response yang merupakan langkah awal
dalam analisis perubahan perilaku.
b. Komponen Belajar
Skinner (dalam Margaret, 2011 h. 120) mengidentifikasikan
riset Thorndike sebagai basis untuk memahami perubahan perilaku. Riset ini dideskripsikan
sebagai riset hukum efek, yakni mengidentifikasi hukum dasar untuk perubahan
perilaku. Misalnya, seseorang mencari jalan keluar dari ruangan yang terkunci
untuk bertemu dengan kekasihnya. Ketika dikurung lagi, maka ia akan melakukan
hal yang serupa tanpa tujuan atau niat yang serupa dengan niat sebelumnya. Hal
ini menjelaskan bahwa konsep seperti tujuan, niat dan ekspektansi tidak
dibutuhkan untuk menjelaskan perilaku di masa depan (Skinner dalam Margaret,
2011 h. 120)
c. Aturan Dasar Perubahan Perilaku
Thorndike mengidentifikasikan tiga komponen penting dari
perubahan perilaku. Yakni, (a) kesempatan dimana perilaku terjadi, (b) perilaku
itu sendiri, (c) konsekuensi dari perilaku. Salah satu kekurangan dalam
analisis Thorndike adalah dia menyebutkan konsekuensi yang menyebabkan
peningkatan perilaku itu sebagai imbalan (reward).
Kemudian Skinner mengganti istilah imbalan dengan konsekuensi yang menguatkan (reinforcing consequences) dan penguatan (reinforcement)
dan mendefinisikannya dalam makna kaitannya dengan perilaku. Skinner
mengidentifikasi tiga komponen belajar sebagai stimulus diskriminatif (SD)
dan stimulus penguat (Sreinf) dan sekuensi peristiwa belajar adalah (SD)-(R)-(Sreinf).
d. Stimulus Diskriminatif
Setiap stimulus yang secara konsisten hadir ketika respons
menghasilkan penguatan adalah stimulus diskriminatif. Stimulus diskriminatif
adalah stimulus yang tidak menimbulkan respon. Namun, melalui asosiasi
berulang-ulang dengan respon penguat, stimulus diskriminatif ini menjadi
petunjuk bagi perilaku. Misalnya, ketika anak-anak mendengar sirene mobil ambulance anak-anak ketakutan, kemudian selang beberapa waktu
anak-anak mendengar sirene mobil
polisi anak-anak tidak ketakutan, namun setelah sirene mobil ambulance
dan mobil polisi terdengar dalam waktu yang sama dalam situasi yang
berulang-ulang maka akan menimbulkan perilaku ketakutan yang sama seperti hanya
mendengar sirene mobil ambulance saja. Stimuli diskriminatif
juga dibuat oleh individu untuk dirinya sendiri, seperti menyusun daftar dan
menulis rencana.
e. Prinsip Utama Penguatan
Prinsip utama dari penguatan adalah dinamika proses dan faktor
yang mempengaruhi penguatan. Agar efektif dalam mengubah perilaku, maka
penguatan harus diberikan bersamaan dengan perilaku yang diharapkan. Dua proses
utama dalam reinforcement yang
diberikan adalah variasi dan seleksi berdasarkan konsekuensi.
Namun demikian tidak semua konsekuensi perilaku berguna
sebagai penguat. Terkadang perilaku diperkuat secara tidak sengaja. Proses ini
menyebabkan munculnya perilaku takhayul (superstitious).
Misalnya, seseorang menggunakan baju warna biru ketika sedang mengikuti
perlombaan, kemudian dalam perlombaan tersebut ia memenangkan perlombaan. Lalu,
ia berfikir karena baju biru itulah ia menang. Jadi, ketika ia ingin mengikuti
perlombaan lagi maka ia menggunakan baju warna biru.
Jika penguatan dihilangkan, maka perilaku secara perlahan
akan menghilang. Hal ini yang disebut dengan extinction.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontingensi Penguatan
Faktor Individual
|
Efek
|
Tingkat
keterampilan
|
Keterampilan
yang baru didapat membuka peluang untuk mendapat peluang.
|
Sejarah
penguatan di masa lalu
|
Individu
akan antuasias, tidak tertarik, atau memahami hasil dari sejarah masa lalu.
|
Anugrah
genetic
|
Tingkat
IQ yang berbeda dan kemampuan artistik.
|
Spesies
Mekanisme
survival yang sukses pada manusia awal.
|
Mekanisme
survival ditransmisikan ke generasi sekarang sebagai penguat.
|
f. Kategori Penguat
Terdapat tiga klasifikasi umum penguat, yakni:
primer/sekunder, umum/digeneralisasikan dan positif/negatif.
a. Tipe penguat primer: memperkuat perilaku tanpa
pelatihan dan penting bagi survival spesies.
b. Tipe penguat dikondisikan: memperkuat perilaku melalui
asosiasi dengan penguat primer atau penguat sekunder yang sudah ada.
c. Tipe penguat digeneralisasikan: penguat sosial yang diberikan
orang lain.
Penguat yang digeneralisasikan berfungsi sebagai penguat sosial
dan manipulasi lingkungan sosial yang sukses. Akan tetapi perhatian dari orang
lain terkadang dapat menyebabkan perilaku yang tidak diharapkan muncul.
Contohnya, seseorang yang diejek orang lain akan menyebabkan hubungan fisik
yang tidak disengaja dengan orang yang mengejek. Uang juga dapat dijadikan
sebagai penguat.
Penguat positif dan negatif adalah bentuk lain dari
penguatan yang dapat diberikan. Contoh penguat positif adalah seorang anak yang
mendapatkan ranking memperoleh hadiah
dari orang tuanya. Contoh penguat negatif, agar hidup sehat maka seseorang
disarankan untuk berolahraga maka konsekuensi yang diterima adalah terhindar
dari penyakit.
g.
Contoh-contoh
interaktif
Dalam banyak situasi, baik itu penguatan positif dan penguat
negatif sedang akan berfungsi memperkuat perilaku yang sama. Contohnya setiap
kali orang tuanya menjamu tamu si anak akan menangis dan orang tuanya akan
mengalihkan perhatiannya kepada anak dan berusaha mendiamkannya, anak tersebut
kemudian berhenti menangis. Bagi orang tuanya ketika mereka mengalihkan
perhatian ke anaknya dan membuat anaknya berhenti menangis menyebabkan
pengalihan perhatian menjadi suatu penguatan negatif bagi orang tua. Sedangkan
pada anak setiap kali dia menangis maka orang tuanya memperhatikannya sehingga
menangis menjadi penguat positif bagi anak.
h. Hukuman
Tujuan dari hukuman adalah untuk mengurangi frekuensi perilaku
tertentu. Perilaku mungkin dihukum dengan dua cara yaitu menghilangkan penguat
positif dan penambahan penguat negatif dalam suatu situasi. Hukuman dan penguatan
negatif sama-sama melibatkan stimulus penghindaran namun ada beberapa perbedaan
diantara keduanya yaitu yang pertama adalah dalam penguatan negatif individu
berhasil menghindari situasi menghindar sebaliknya dalam hukuman individu
ditempatkan disituasi menghindar. Yang kedua jika berhasil menghindari situasi
menghindar maka akan memperkuat perilaku tertentu sedangkan hukuman akan
mengurangi perilaku tertentu secara cepat tapi hanya bersifat temporer.
Ada 4 efek hukuman yang tidak diharapkan. Yang pertama
adalah hukuman bukanlah solusi permanen untuk memunculkan/menghilangkan suatu perilaku.
Yang kedua hukuman akan memunculkan reaksi emosional yang tidak diharapkan
seperti marah. Yang ketiga adalah tindakan tertentu yang bukan perilaku yang
tidak diinginkan akan terkena hukuman. Dan yang terakhir adalah hukuman tidak
menghasilkan perilaku yang positif.
Hukuman memiliki banyak kekurangan dan ada beberapa
alternatif selain hukuman. Yang pertama adalah hindari kondisi yang menyebabkan
hukuman menjadi diperlukan.Yang kedua adalah memperkuat perilaku yang tidak
sesuai dengan perilaku yang tidak diinginkan.
i. Praktik kultural dan pengondisian
berpenguat
Skinner berpendapat ada 2 level dalam pengondisian perilaku
individual. Yang pertama adalah evolusi biologis dan yang kedua adalah pengaruh
budaya. Contohnya saja orang tua akan mencoba mentransmisikan budayanya kepada
anaknya, pada saat anak mengikuti budaya yang diwariskan orang tuanya pasti
akan senang padanya sehingga akan menjadi penguat yang positif.
2.3 Sifat Belajar yang Kompleks.
Suatu aktivitas terdiri dari pola perilaku yang kompleks.
Ada beberapa faktor yang berfungsi dalam akuisisi pola perilaku yaitu:
1)
Pembentukan
Proses pembentukan (shaping) bertanggung jawab atas semua
pola perilaku kompleks yang lain pada diri orang dewasa. Proses penguatan
pertama yang memperkuat respon yang hanya sedikit mirip dengan respon yang
diharapkan dan memperkuat respon yang hanya memperbaiki respon, proses ini
dinamakan perkiraan penguatan yang berturut-turut (reinforcing succesive approximations).
2) Jadwal
Penguatan
Perilaku yang dilakukan fisik dekat, pada umumnya
diperkuat secara konsisten. Berdiri dan berjalan adalah contohnya. Namun,
sebagian besar perilaku hanya menumbulkan penguatan yang berselang-seling.
Basis untuk beberapa jadwal adalah jumlah respon yang dimunculkan oleh subjek
disebut sebagai penguat rasio. Jadwal lainnya ditentukankan berdasarkan jam,
seperti memperkuat respon yang tepat setiap 5 menit. Di dalam kedua kategori
ini, penguatan bisa tetap, entah itu rasio atau interval, respon biasanya
melambat segera setelah penguatan dan kemudian rata-ratanya meningkat.
Pelambatan ini bisa dihindari melalui penggunaan jadwal variabel. Ada beberapa perbandingan jadwal
rasio dan interval dalam penguatan.
Penguatan
Rasio
|
Penguatan
Variabel
|
Penguatan
diberikan berdasarkan jumlah respons yang dikeluarkan.
|
Penguatan
diberikan berdasarkan waktu yang berjalan.
|
Tetap:
jumlah respons yang tetap menimbulkan penguatan misalnya setiap respon ke 5
diberikan penguatan
|
Tetap:
Penguatan untuk respon yang tepat pada interval waktu yang konsisten. Misal
setiap 10 detik.
|
Variabel:
Penguatan diberikan setelah memvariasikan jumlah respon yang tepat misalnya
setiap respom ke 1, 5 , 8 dan seterusnya
|
Variabel:
penguatan diberikan untuk repon yang tepat pada interval waktu yang
bervariasi misalnya setiap 3 detik, 10 detik, 6 detik dan sebagainya.
|
3) Konsep
Kegunaan Negatif
Dalam
beberapa situasi, jadwal variabel rasio dapat menimbulkan kerugian jangka
panjang bagi subjek. Meskipun pada awalnya menguatkan, penguat jangka panjang
akan menimbulkan penguat negatif yang kuat, yang dinamakan gejala melepaskan
diri (withdrawal symptoms).
4) Perilaku
yang Diatur Peraturan (Rule-Governed)
Saran
seperti jangan berkendara sambil menelepon adalah stimuli verbal yang mengubah
daftar perilaku, ini adalah perilaku yang diatur oleh peraturan. Selain nasihat/saran
informal perilaku yang diatur peraturan juga dapat diperoleh dari pernyataan
formal dari perilaku yang dapat diterima, seperti aturan tata bahasa, ejaan, dan
hukum.
2.2 Prinsip Pembelajaran
a.
Asumsi
Dasar
Keyakinan skinner tentang hakikat sekolah dan belajar di kelas
menjadi parameter dari teknologi pengajarannya.
b.
Hakikat
Pendidikan
Sistem pendidikan adalah sangat penting karena kesejahteraan
setiap budaya tergantung pada pendidikannya. Namun, karena jumlah siswa yang
terus bertambah perhatian personal bagi anak murid jarang ditemukan. Anak-anak
murid juga lebih sering ditugaskan mengerjakan tugas di meja masing-masing
padahal mereka dapat berpartisipasi lebih aktif dikelas. Berbagai macam
rekomendasi untuk mengatasi masalah edukasional antara lain adalah
memperpanjang tahun ajaran dan menyediakan sertifikasi nasional untuk guru.
c.
Belajar
di Latar Ruang Kelas
Ketika seorang guru bertanggung jawab menangani 20-30 orang
dalam suatu waktu, muncul beberapa masalah pembelajaran. Diantaranya adalah (1)
penguatan positif yang kurang sering; (2) tertundanya waktu lama antara perilaku
dan penguatan;(3) kurangnya program yang mengarahkan anak keserangkaian perilaku
yang mendekati perilaku final. Untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan program
stimuli dan penguatan ulang yang dipilih secara cermat. Karena akan dibutuhkan
banyak sekali penguatan yang harus diberikan kepada siswa dan guru belum tentu
dapat melakukannya maka penggunaan teknologi seperti komputer digunakan secara
maksimal.Misalnya seperti aplikasi yang tepat akan memberikan peluang bagi guru
untuk mencurahkan lebih banyak waktu mendengar dan berbicara dengan siswa
individual juga membaca serta mendiskusikan tulisan dan tugas-tugas siswa
lainnya.
d.
Komponen
Pembelajaran
Konsep-konsep yang diperkenalkan skinner untuk
dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas antara lain:
1)
Stimuli
diskriminatif (kejadian spesifik yang akan direspon oleh siswa)
2)
Kontingensi
penguatan
3)
Dinamika
ruang kelas
e.
Memilih
Stimuli Diskriminatif
Pengajaran terjadi ketika respons muncul untuk pertama
kalinya dan diperkuat. Elemen penting dalam proses ini adalah stimulus
diskriminatif. Stimulus diskriminatif tidak harus berbentuk verbal namun juga nonverbal.
Stimulus non verbal dapat mereduksi kebutuhan petunjuk lisan. Dalam mengajarkan
mata pelajaran, diskriminasi stimulus dan generalisasi stimulus adalah syarat
penting dalam mempelajari perilaku verbal yang lebih kompleks.
f.
Transfer
Kontrol Stimulus
Guru sering kali menunjukan contoh dari suatu perilaku dan
mendorong siswa menirunya seperti pada saat guru mengajarkan cara baca, ia
mendemonstrasikan terlebih dahulu dan mendorong siswa untuk menirunya. Respon
yang muncul dari murid harus dikontrol yang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
(1) perilaku diperkuat sendiri, (2) perilaku berada dalam kontrol stimuli
internal.
g. Isu-isu dalam Memilih Penguat
Potensial
Agar perilaku
yang diinginkan dapat muncul dan dipertahankan maka penguatan harus dilakukan
pada saat yang tepat. Ada 2 tipe penguat yaitu penguat alamiah dan penguat
terencana.
1)
Penguat Alamiah
Kejadian-kejadian yang ada dalam
tata situasi yang memberikan tanggapan non-aversif disebut penguat alamiah.
Pada proses pembelajaran anak akan membaca jika materinya mudah dipahami.
Penelitian juga menemukan bahwa aktivitas yang disukai anak akan meningkatkan
partisipasinya.
2)
Penguat Terencana
Di dalam banyak situasi penggunaan
penguat alamiah saja tidak cukup untuk mengubah perilaku.
h.
Masalah
dalam kontrol aversif
Dalam
mengontrol kelas guru kadang kala guru menggunakan kontrol aversif seperti
hukuman. Namun seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya penggunaan hukuman
memiliki beberapa dampak negatif yang tidak baik.
i.
Merancang
pembelajaran untuk keterampilan yang kompleks
1) Membentuk perilaku manusia
Mengembangkan
keterampilan yang kompleks melibatkan unsur-unsur penting yaitu:
a) Memicu respon.
b) Menguatkan peningkatan atau
perbaikan yang halus dalam perilaku.
c) Menyediakan transfer kontrol
stimulus dengan secara bertahap menarik petunjuk dan isyarat.
d) Menjadwalkan penguatan sehingga
rasio penguatan dengan respon pelan-pelan meningkat dan penguatan natural dapat
mempertahankan perilaku.
Langkah
pertama dalam perencanaan pembelajaran untuk membentuk perilaku adalah menspesifikasikan
dengan jelas perilaku yang hendak dipelajari. Langkah kedua adalah
mengidentifikasi ketermpilan awal dari pemelajar. Langkah ketiga, memprogram
mata pelajaran dengan langkah tertata dan cermat dan mengajarkan yang utama
terlebih dahulu. Tujuannya adalah memberikan serangkaian penguatan, dibuat bila
perlu, untuk perilaku yang makin kompleks atau makin baik.
2) Mesin pengajaran dan komputer
Mesin
pengajaran dirancang untuk memberikan pelajaran berurutan dan kekuatan penguat
untuk konsekuensi langsung, artinya ia memberi penguatan hanya untuk respon
yang benar. Mesin pengajaran awal memberikan penguatan kontingen untuk
jawaban yang benar dalam bentuk: konfirmasi jawaban yang benar, kesempatan
untuk menuju materi baru, kesempatan untuk mengoperasikan peralatan.
2.3
Aplikasi
dalam Pembelajaran
Banyak program menggunakan prosedur time-out dan
biaya respon.time-out adalah periode mengasingkan individu untuk
sementara dari latar yang memberikan penguatan. Biaya respon adalah
menghilangkan penguat karena perilaku yang salah dan mengahruskan pembayaran
denda. Kedua teknik ini menggunakan penghilangan penguat, mereka adalah
sebentuk hukuman dan menimbulkan efek samping emosi negatif.
Isu-isu yang penting untuk pendidikan dibahas sebagai
perilaku atau sebagai stimuli yang menimbulkan perubahan perilaku. Karakteristik pemelajar adalah
perilaku tertentu yang dibawa siswa ke situasi belajar yang mungkin akan
mempengaruhi perolehan perilaku baru. Karakteristiknya sebagai berikut.
1) perbedaan individual yang berasal
dari bakat genetik dan sejarah penguatan
2) kesiapan belajar
3) motivasi
a. Proses kognitif dan pengajaran
Tranfer belajar, keterampilan “cara belajar”, dan pemecahan
persoalan adalah proses kognitif yang sering menjadi fokus dari pengajaran.
1) Transfer belajar
Eksperimen
Thorndike dan Watson mengindikasikan bahwa tingkat kemiripan antara tugas
belajar sebelumnya dan sekarang ikut memberi kontribusi pada kinerja siswa. contohnya adalah belajar
bermain piano, yang dikatakan meningkatkan performa dalam memainkan instrumen
lain.
2) Keterampilan “cara belajar”
Proses
yang umumnya disebut sebagai “berfikir” sering diartikan sebagai berperilaku
dengan cara tertentu dalam kaitannya dengan stimuli tertentu (Skinner dalam Margaret, 2011 h. 153)
3) Pemecahan persoalan
Secara
formal pemecahan masalah didefinisikan sebagai “setiap perilaku yang, melalui
manipulasi variabel-variabel, menyebabkan kemunculan solusi lebih dimungkinkan”
(Skinner dalam Margaret, 2011 h. 154) “Kesulitan”
suatu masalah bergantung pada adanya respons dalam pengulangan subjek yang
memecahkan masalah.
b. Implikasi untuk asesmen
Terdapat tiga implikasi
bagi assesmen kelas yaitu sebagai berikut.
1) Respon yang dikonstruksi siswa
adalah penting untuk menentukan perubahan perilaku.
2) Konsep pembentukan perilaku dari
yang sederhana menuju yang kompleks mengimplikasikan setidaknya penilaian
informal dengan umpan balik sebagai kemajuan belajar.
3) Transfer kontrol stimulus adalah
syarat untuk perubahan behavioral.
c. Konteks Sosial untuk Belajar
Penguat yang membutuhkan mediasi dari orang lain disebut
sebagai penguat sosial mencakup positif seperti perhatian, persetujuan dan
afeksi dan stimuli aversif dari ketidaksetujuan, hinaan, ejekan dan pelecehan.
Kaitan dengan perspektif lain
adalah aplikasi pengkondisian berpenguat
untuk prioritas perspektif teoritis yang lain terletak pada implementasi
penguatan untuk mengembangkan perilaku yang kompleks. Pengkondisian berpenguat
tidak akan mendukung pemberian masalah terbuka atau tugas untuk kelompok anak
tanpa adanya pengajaran perilaku yang diperlukan terlebih dahulu.
d.
Mengembangkan
Strategi Kelas
Dapat menggunakan teknologi Skinner dengan 3 cara:
1) Menggunakan stimuli diskriminatif
dan penguatan dalam interaksi di kelas secara tepat.
2) Mengimplementasikan langkah-langkah
pembentukan di dalam pengajaran.
3) Menyusun materi pengajaran yang
diindividualisasikan.
e.
Mengembangkan
Iklim Kelas yang Positif
Pengaplikasian teknologi yang dikembangkan oleh skinner di kelas
dapat menggunakan langkah- langkah sebagai berikut.
1) Langkah 1: analisis lingkungan
sekarang.
2) Langkah 2: buat daftar penguat
positif potensial.
3) Langkah 3: memilih sekuensi perilaku
yang akan diimplementasikan awal di kelas. Masukkan stimuli diskriminatif dan
penguat.
4) Langkah 4: mengimplementasikan
sekuensi perilaku, menjaga catatan anecdotal dan membuat perubahan jika
diperlukan.
f.
Pemrograman
Pengajaran
Program untuk pengembangan perilaku verbal harus didesain
untuk membawa siswa dari ketidaktahuan menju kemahiran dalam satu atau lebih
keterampilan. Langkah- langkah berikut direkomendasikan dalam mengembangkan
respon yang terstruktur.
1)
langkah
1: mengidentifikasi keterampilan akhir yang akan dikuasai dan menganalisis
pokok pelajaran yang akan dipelajari
2)
langkah
2: mengembangkan konsekuensi frame awal dan konfirmasi respons
3)
langkah
3: review konsekuensi frame, tata ulang jika perlu
4)
langkah
4: implementasikan pengajaran pada beberapa siswa dan revisi jika perlu.
BAB III
PENDAHULUAN
3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1)
Prinsip-prinsip pembelajaran menurut
Skinner
Belajar adalah perubahan perilaku. Konsep seperti tujuan, niat, dan ekspektansi
tidak dibutuhkan untuk menjelaskan perilaku di masa depan.Thorndike
mengidentifikasikan tiga komponen penting dari perubahan perilaku. Yakni, (a)
kesempatan dimana perilaku terjadi, (b) perilaku itu sendiri, (c) konsekuensi
dari perilaku. Skinner mengidentifikasi tiga komponen belajar sebagai stimulus
diskriminatif (SD) dan stimulus penguat (Sreinf) dan
sekuensi peristiwa belajar adalah (SD)-(R)-(Sreinf).
Stimulus
diskriminatif adalah stimulus yang tidak menimbulkan respon. Namun, melalui
asosiasi berulang-ulang dengan respon penguat, stimulus diskriminatif ini
menjadi petunjuk bagi perilaku. Stimuli diskriminatif juga dibuat oleh individu
untuk dirinya sendiri, seperti menyusun daftar dan menulis rencana. Prinsip
utama dari penguatan adalah dinamika proses dan faktor yang mempengaruhi
penguatan. Terdapat tiga klasifikasi umum penguat, yakni: primer/sekunder,
umum/digeneralisasikan dan positif/negatif.
2)
Prinsip
Pembelajaran
Keyakinan skinner tentang hakikat sekolah dan belajar di kelas
menjadi parameter dari teknologi pengajarannya. Konsep-konsep yang
diperkenalkan skinner untuk dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas
antara lain: (a) Stimuli diskriminatif (kejadian spesifik yang akan direspon
oleh siswa); (b) Kontingensi penguatan; dan (c) Dinamika ruang kelas.
Elemen penting dalam proses pembelajaran adalah stimulus
diskriminatif. Stimulus diskriminatif tidak harus berbentuk verbal namun juga
nonverbal. Respon yang muncul dari murid harus dikontrol yang dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu: (1) perilaku diperkuat sendiri, dan (2) perilaku berada
dalam kontrol stimuli internal.
Agar perilaku yang diinginkan dapat muncul dan dipertahankan
maka penguatan harus dilakukan pada saat yang tepat. Ada 2 tipe penguat yaitu
penguat alamiah dan penguat terencana.
Mengembangkan keterampilan yang kompleks melibatkan
unsur-unsur penting yaitu: memicu respon, menguatkan peningkatan atau perbaikan
yang halus dalam perilaku, menyediakan transfer kontrol stimulus dengan secara
bertahap menarik petunjuk dan isyarat, dan menjadwalkan penguatan sehingga
rasio penguatan dengan respon pelan-pelan meningkat dan penguatan natural dapat
mempertahankan perilaku.
3)
Aplikasi
dalam Pembelajaran
Karakteristik pemelajar adalah perilaku tertentu yang dibawa siswa ke situasi
belajar yang mungkin akan mempengaruhi perolehan perilaku baru.
Karakteristiknya adalah perbedaan individual yang berasal dari bakat genetik
dan sejarah penguatan, kesiapan belajar, dan motivasi.
Tranfer belajar,
keterampilan “cara belajar”, dan pemecahan persoalan adalah proses kognitif
yang sering menjadi fokus dari pengajaran. Terdapat tiga implikasi
bagi assesmen kelas yaitu respon
yang dikonstruksi siswa adalah penting untuk menentukan perubahan perilaku, konsep
pembentukan perilaku dari yang sederhana menuju yang kompleks mengimplikasikan
setidaknya penilaian informal dengan umpan balik sebagai kemajuan belajar, dan
transfer kontrol stimulus adalah syarat untuk perubahan behavioral.
Dapat menggunakan
teknologi Skinner dengan 3 cara yakni menggunakan stimuli diskriminatif dan
penguatan dalam interaksi di kelas secara tepat, mengimplementasikan
langkah-langkah pembentukan di dalam pengajaran, dan menyusun materi pengajaran
yang diindividualisasikan.
Pengaplikasian
teknologi yang dikembangkan oleh skinner di kelas dapat menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut.
Langkah 1: analisis lingkungan
sekarang.
Langkah 2: buat daftar penguat
positif potensial.
Langkah 3: memilih sekuensi perilaku
yang akan diimplementasikan awal di kelas. Masukkan stimuli diskriminatif dan
penguat.
Langkah 4: mengimplementasikan
sekuensi perilaku, menjaga catatan anecdotal dan membuat perubahan jika
diperlukan.
Langkah-
langkah berikut direkomendasikan dalam mengembangkan respon yang terstruktur.
langkah 1: mengidentifikasi keterampilan akhir yang akan
dikuasai dan menganalisis pokok pelajaran yang akan dipelajari
langkah 2: mengembangkan konsekuensi frame awal dan
konfirmasi respons
langkah 3: review konsekuensi frame, tata
ulang jika perlu
langkah 4: implementasikan pengajaran pada beberapa siswa
dan revisi jika perlu.
3.2 Saran
Dengan
mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa sebagai calon guru SD diharapkan
dapat memberikan penguatan-penguatan dengan tepat agar siswa dapat mengalami
perubahan tingkah laku yang positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar