Selasa, 07 Januari 2014

Prinsip-prinsip belajar menurut Skinner



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke-19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme). Teori ini pada awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Di awal abad ke-20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi perilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tingkah laku mulai ditinggalkan di abad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif.



1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1)   Bagaimana prinsip-prinsip belajar menurut Skinner?
2)   Bagaimana prinsip pembelajaran menurut Skinner?
3)   Bagaimana aplikasi teori Skinner dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1)   Untuk mengetahui dan memahami prinsip-prinsip belajar menurut Skinner.
2)   Untuk mengetahui dan memahami prinsip pembelajaran menurut Skinner.
3)   Untuk mengetahui aplikasi teori Skinner dalam pembelajaran.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan  dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1)   Bagi mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi mahasiswa untuk menambah pengetahuannya mengenai prinsip belajar dan pembelajaran serta aplikasinya menurut Skinner.
2)   Bagi penulis
Melalui makalah ini penulis dapat memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Belajar dan Pembelajaran di SD.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Prinsip-Prinsip Belajar
Skinner (dalam Margaret, 2011 h. 115) percaya bahwa psikologi dapat menjadi sains hanya melalui studi perilaku. Asumsi dasar Skinner terdiri dari deskripsinya tentang sifat dari ilmu behavioral dan sifat dari proses belajar. Tujuan dari ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan hukum-hukum relasi yang jelas di antara kejadian-kejadian di lingkungan. Demikian pula, tugas ilmu perilaku adalah menemukan kaidah atau relasi di antara kondisi fisik atau lingkungan dengan perilaku. Akan tetapi mengembangkan ilmu perilaku itu sulit karena perilaku itu kompleks dan bervariasi. Oleh karena itu, dalam mengembangkan ilmu perilaku memiliki masalah, yaitu praktik yang mendeskripsikan perilaku sebagai “disebabkan” oleh keadaan mental atau perasaan. Pertama, penjelasan itu menimbulkan isu lain. Kedua, penekanan pada gejala mental menyebabkan perilaku dianggap hanya sebagai indikator dari aktivitas batin. Ketiga, fokus pada keadaan batin akan mengalihkan perhatian dari riset yang mungkin mengidentifikasi sumber masalah dan solusi.
Kemudian Skinner mulai menggunakan analisis eksperimental dengan analisis model empiris Pavlov terhadap perubahan perilaku. Pertama, ia hanya membahas bentuk perilaku tertentu (refleks) yang disebut elicited response karena respon dimunculkan oleh stimulus tertentu. Kedua, meskipun Pavlov berhasil mengkondisikan respons yang dimunculkan untuk merespon stimulus baru, namun modelnya tidak dapat menjelaskan proses belajar perilaku baru. Bagian kecil dari perilaku yang tidak terkait dengan kejadian atau kondisi tertentu disebut emitted response. Namun, salah satu kritik terhadap riset laboratorium Skinner adalah karena dia mengaplikasikan temuannya pada hewan ke manusia.

a.    Definisi Belajar
Skinner (dalam Margaret, 2011 h. 118) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku. Dalam risetnya, Skinner mendefinisikan variabel terikat sebagai perubahan dalam kemungkinan atau probabilitas dari emitted response. Karena perilaku itu sulit diukur, maka yang diukur terlebih dahulu adalah rata-rata atau frekuensi response yang merupakan langkah awal dalam analisis perubahan perilaku.

b.   Komponen Belajar
Skinner (dalam Margaret, 2011 h. 120) mengidentifikasikan riset Thorndike sebagai basis untuk memahami perubahan perilaku. Riset ini dideskripsikan sebagai riset hukum efek, yakni mengidentifikasi hukum dasar untuk perubahan perilaku. Misalnya, seseorang mencari jalan keluar dari ruangan yang terkunci untuk bertemu dengan kekasihnya. Ketika dikurung lagi, maka ia akan melakukan hal yang serupa tanpa tujuan atau niat yang serupa dengan niat sebelumnya. Hal ini menjelaskan bahwa konsep seperti tujuan, niat dan ekspektansi tidak dibutuhkan untuk menjelaskan perilaku di masa depan (Skinner dalam Margaret, 2011 h. 120)

c.    Aturan Dasar Perubahan Perilaku
Thorndike mengidentifikasikan tiga komponen penting dari perubahan perilaku. Yakni, (a) kesempatan dimana perilaku terjadi, (b) perilaku itu sendiri, (c) konsekuensi dari perilaku. Salah satu kekurangan dalam analisis Thorndike adalah dia menyebutkan konsekuensi yang menyebabkan peningkatan perilaku itu sebagai imbalan (reward). Kemudian Skinner mengganti istilah imbalan dengan konsekuensi yang menguatkan (reinforcing consequences) dan penguatan (reinforcement) dan mendefinisikannya dalam makna kaitannya dengan perilaku. Skinner mengidentifikasi tiga komponen belajar sebagai stimulus diskriminatif (SD) dan stimulus penguat (Sreinf) dan sekuensi peristiwa belajar adalah (SD)-(R)-(Sreinf).

d.   Stimulus Diskriminatif
Setiap stimulus yang secara konsisten hadir ketika respons menghasilkan penguatan adalah stimulus diskriminatif. Stimulus diskriminatif adalah stimulus yang tidak menimbulkan respon. Namun, melalui asosiasi berulang-ulang dengan respon penguat, stimulus diskriminatif ini menjadi petunjuk bagi perilaku. Misalnya, ketika anak-anak mendengar sirene mobil ambulance anak-anak ketakutan, kemudian selang beberapa waktu anak-anak mendengar sirene mobil polisi anak-anak tidak ketakutan, namun setelah sirene mobil ambulance dan mobil polisi terdengar dalam waktu yang sama dalam situasi yang berulang-ulang maka akan menimbulkan perilaku ketakutan yang sama seperti hanya mendengar sirene mobil ambulance saja. Stimuli diskriminatif juga dibuat oleh individu untuk dirinya sendiri, seperti menyusun daftar dan menulis rencana.

e.    Prinsip Utama Penguatan
Prinsip utama dari penguatan adalah dinamika proses dan faktor yang mempengaruhi penguatan. Agar efektif dalam mengubah perilaku, maka penguatan harus diberikan bersamaan dengan perilaku yang diharapkan. Dua proses utama dalam reinforcement yang diberikan adalah variasi dan seleksi berdasarkan konsekuensi.
Namun demikian tidak semua konsekuensi perilaku berguna sebagai penguat. Terkadang perilaku diperkuat secara tidak sengaja. Proses ini menyebabkan munculnya perilaku takhayul (superstitious). Misalnya, seseorang menggunakan baju warna biru ketika sedang mengikuti perlombaan, kemudian dalam perlombaan tersebut ia memenangkan perlombaan. Lalu, ia berfikir karena baju biru itulah ia menang. Jadi, ketika ia ingin mengikuti perlombaan lagi maka ia menggunakan baju warna biru.
Jika penguatan dihilangkan, maka perilaku secara perlahan akan menghilang. Hal ini yang disebut dengan extinction.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontingensi Penguatan
Faktor Individual
Efek
Tingkat keterampilan
Keterampilan yang baru didapat membuka peluang untuk mendapat peluang.
Sejarah penguatan di masa lalu
Individu akan antuasias, tidak tertarik, atau memahami hasil dari sejarah masa lalu.
Anugrah genetic
Tingkat IQ yang berbeda dan kemampuan artistik.
Spesies
Mekanisme survival yang sukses pada manusia   awal.

Mekanisme survival ditransmisikan ke generasi sekarang sebagai penguat.

f.     Kategori Penguat
Terdapat tiga klasifikasi umum penguat, yakni: primer/sekunder, umum/digeneralisasikan dan positif/negatif.
a.    Tipe penguat primer: memperkuat perilaku tanpa pelatihan dan penting bagi survival spesies.
b.    Tipe penguat dikondisikan: memperkuat perilaku melalui asosiasi dengan penguat primer atau penguat sekunder yang sudah ada.
c.    Tipe penguat digeneralisasikan: penguat sosial yang diberikan orang lain.
Penguat yang digeneralisasikan berfungsi sebagai penguat sosial dan manipulasi lingkungan sosial yang sukses. Akan tetapi perhatian dari orang lain terkadang dapat menyebabkan perilaku yang tidak diharapkan muncul. Contohnya, seseorang yang diejek orang lain akan menyebabkan hubungan fisik yang tidak disengaja dengan orang yang mengejek. Uang juga dapat dijadikan sebagai penguat.
Penguat positif dan negatif adalah bentuk lain dari penguatan yang dapat diberikan. Contoh penguat positif adalah seorang anak yang mendapatkan ranking memperoleh hadiah dari orang tuanya. Contoh penguat negatif, agar hidup sehat maka seseorang disarankan untuk berolahraga maka konsekuensi yang diterima adalah terhindar dari penyakit.

g.    Contoh-contoh interaktif
Dalam banyak situasi, baik itu penguatan positif dan penguat negatif sedang akan berfungsi memperkuat perilaku yang sama. Contohnya setiap kali orang tuanya menjamu tamu si anak akan menangis dan orang tuanya akan mengalihkan perhatiannya kepada anak dan berusaha mendiamkannya, anak tersebut kemudian berhenti menangis. Bagi orang tuanya ketika mereka mengalihkan perhatian ke anaknya dan membuat anaknya berhenti menangis menyebabkan pengalihan perhatian menjadi suatu penguatan negatif bagi orang tua. Sedangkan pada anak setiap kali dia menangis maka orang tuanya memperhatikannya sehingga menangis menjadi penguat positif bagi anak.

h.   Hukuman
Tujuan dari hukuman adalah untuk mengurangi frekuensi perilaku tertentu. Perilaku mungkin dihukum dengan dua cara yaitu menghilangkan penguat positif dan penambahan penguat negatif dalam suatu situasi. Hukuman dan penguatan negatif sama-sama melibatkan stimulus penghindaran namun ada beberapa perbedaan diantara keduanya yaitu yang pertama adalah dalam penguatan negatif individu berhasil menghindari situasi menghindar sebaliknya dalam hukuman individu ditempatkan disituasi menghindar. Yang kedua jika berhasil menghindari situasi menghindar maka akan memperkuat perilaku tertentu sedangkan hukuman akan mengurangi perilaku tertentu secara cepat tapi hanya bersifat temporer.
Ada 4 efek hukuman yang tidak diharapkan. Yang pertama adalah hukuman bukanlah solusi permanen untuk memunculkan/menghilangkan suatu perilaku. Yang kedua hukuman akan memunculkan reaksi emosional yang tidak diharapkan seperti marah. Yang ketiga adalah tindakan tertentu yang bukan perilaku yang tidak diinginkan akan terkena hukuman. Dan yang terakhir adalah hukuman tidak menghasilkan perilaku yang positif.
Hukuman memiliki banyak kekurangan dan ada beberapa alternatif selain hukuman. Yang pertama adalah hindari kondisi yang menyebabkan hukuman menjadi diperlukan.Yang kedua adalah memperkuat perilaku yang tidak sesuai dengan perilaku yang tidak diinginkan.

i.      Praktik kultural dan pengondisian berpenguat
Skinner berpendapat ada 2 level dalam pengondisian perilaku individual. Yang pertama adalah evolusi biologis dan yang kedua adalah pengaruh budaya. Contohnya saja orang tua akan mencoba mentransmisikan budayanya kepada anaknya, pada saat anak mengikuti budaya yang diwariskan orang tuanya pasti akan senang padanya sehingga akan menjadi penguat yang positif.
2.3 Sifat Belajar yang Kompleks.
Suatu aktivitas terdiri dari pola perilaku yang kompleks. Ada beberapa faktor yang berfungsi dalam akuisisi pola perilaku yaitu:
1)   Pembentukan
Proses pembentukan (shaping) bertanggung jawab atas semua pola perilaku kompleks yang lain pada diri orang dewasa. Proses penguatan pertama yang memperkuat respon yang hanya sedikit mirip dengan respon yang diharapkan dan memperkuat respon yang hanya memperbaiki respon, proses ini dinamakan perkiraan penguatan yang berturut-turut (reinforcing succesive approximations).
2)   Jadwal Penguatan
Perilaku yang dilakukan fisik dekat, pada umumnya diperkuat secara konsisten. Berdiri dan berjalan adalah contohnya. Namun, sebagian besar perilaku hanya menumbulkan penguatan yang berselang-seling. Basis untuk beberapa jadwal adalah jumlah respon yang dimunculkan oleh subjek disebut sebagai penguat rasio. Jadwal lainnya ditentukankan berdasarkan jam, seperti memperkuat respon yang tepat setiap 5 menit. Di dalam kedua kategori ini, penguatan bisa tetap, entah itu rasio atau interval, respon biasanya melambat segera setelah penguatan dan kemudian rata-ratanya meningkat. Pelambatan ini bisa dihindari melalui penggunaan jadwal variabel. Ada beberapa perbandingan jadwal rasio dan interval dalam penguatan.
Penguatan Rasio
Penguatan Variabel
Penguatan diberikan berdasarkan jumlah respons yang dikeluarkan.
Penguatan diberikan berdasarkan waktu yang berjalan.
Tetap: jumlah respons yang tetap menimbulkan penguatan misalnya setiap respon ke 5 diberikan penguatan
Tetap: Penguatan untuk respon yang tepat pada interval waktu yang konsisten. Misal setiap 10 detik.
Variabel: Penguatan diberikan setelah memvariasikan jumlah respon yang tepat misalnya setiap respom ke 1, 5 , 8 dan seterusnya
Variabel: penguatan diberikan untuk repon yang tepat pada interval waktu yang bervariasi misalnya setiap 3 detik, 10 detik, 6 detik dan sebagainya.

3)   Konsep Kegunaan Negatif
Dalam beberapa situasi, jadwal variabel rasio dapat menimbulkan kerugian jangka panjang bagi subjek. Meskipun pada awalnya menguatkan, penguat jangka panjang akan menimbulkan penguat negatif yang kuat, yang dinamakan gejala melepaskan diri (withdrawal symptoms).
4)   Perilaku yang Diatur Peraturan (Rule-Governed)
Saran seperti jangan berkendara sambil menelepon adalah stimuli verbal yang mengubah daftar perilaku, ini adalah perilaku yang diatur oleh peraturan. Selain nasihat/saran informal perilaku yang diatur peraturan juga dapat diperoleh dari pernyataan formal dari perilaku yang dapat diterima, seperti aturan tata bahasa, ejaan, dan hukum.

2.2    Prinsip Pembelajaran
a.    Asumsi Dasar
Keyakinan skinner tentang hakikat sekolah dan belajar di kelas menjadi parameter dari teknologi pengajarannya.

b.   Hakikat Pendidikan
Sistem pendidikan adalah sangat penting karena kesejahteraan setiap budaya tergantung pada pendidikannya. Namun, karena jumlah siswa yang terus bertambah perhatian personal bagi anak murid jarang ditemukan. Anak-anak murid juga lebih sering ditugaskan mengerjakan tugas di meja masing-masing padahal mereka dapat berpartisipasi lebih aktif dikelas. Berbagai macam rekomendasi untuk mengatasi masalah edukasional antara lain adalah memperpanjang tahun ajaran dan menyediakan sertifikasi nasional untuk guru.

c.    Belajar di Latar Ruang Kelas
Ketika seorang guru bertanggung jawab menangani 20-30 orang dalam suatu waktu, muncul beberapa masalah pembelajaran. Diantaranya adalah (1) penguatan positif yang kurang sering; (2) tertundanya waktu lama antara perilaku dan penguatan;(3) kurangnya program yang mengarahkan anak keserangkaian perilaku yang mendekati perilaku final. Untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan program stimuli dan penguatan ulang yang dipilih secara cermat. Karena akan dibutuhkan banyak sekali penguatan yang harus diberikan kepada siswa dan guru belum tentu dapat melakukannya maka penggunaan teknologi seperti komputer digunakan secara maksimal.Misalnya seperti aplikasi yang tepat akan memberikan peluang bagi guru untuk mencurahkan lebih banyak waktu mendengar dan berbicara dengan siswa individual juga membaca serta mendiskusikan tulisan dan tugas-tugas siswa lainnya.

d.   Komponen Pembelajaran
Konsep-konsep yang diperkenalkan skinner untuk dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas antara lain:
1)    Stimuli diskriminatif (kejadian spesifik yang akan direspon oleh siswa)
2)    Kontingensi penguatan
3)    Dinamika ruang kelas

e.    Memilih Stimuli Diskriminatif
Pengajaran terjadi ketika respons muncul untuk pertama kalinya dan diperkuat. Elemen penting dalam proses ini adalah stimulus diskriminatif. Stimulus diskriminatif tidak harus berbentuk verbal namun juga nonverbal. Stimulus non verbal dapat mereduksi kebutuhan petunjuk lisan. Dalam mengajarkan mata pelajaran, diskriminasi stimulus dan generalisasi stimulus adalah syarat penting dalam mempelajari perilaku verbal yang lebih kompleks.

f.     Transfer Kontrol Stimulus
Guru sering kali menunjukan contoh dari suatu perilaku dan mendorong siswa menirunya seperti pada saat guru mengajarkan cara baca, ia mendemonstrasikan terlebih dahulu dan mendorong siswa untuk menirunya. Respon yang muncul dari murid harus dikontrol yang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: (1) perilaku diperkuat sendiri, (2) perilaku berada dalam kontrol stimuli internal.


g.    Isu-isu dalam Memilih Penguat Potensial
Agar perilaku yang diinginkan dapat muncul dan dipertahankan maka penguatan harus dilakukan pada saat yang tepat. Ada 2 tipe penguat yaitu penguat alamiah dan penguat terencana.
1)   Penguat Alamiah
Kejadian-kejadian yang ada dalam tata situasi yang memberikan tanggapan non-aversif disebut penguat alamiah. Pada proses pembelajaran anak akan membaca jika materinya mudah dipahami. Penelitian juga menemukan bahwa aktivitas yang disukai anak akan meningkatkan partisipasinya.
2)   Penguat Terencana
Di dalam banyak situasi penggunaan penguat alamiah saja tidak cukup untuk mengubah perilaku.

h.   Masalah dalam kontrol aversif
Dalam mengontrol kelas guru kadang kala guru menggunakan kontrol aversif seperti hukuman. Namun seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya penggunaan hukuman memiliki beberapa dampak negatif yang tidak baik.

i.      Merancang pembelajaran untuk keterampilan yang kompleks
1)   Membentuk perilaku manusia
Mengembangkan keterampilan yang kompleks melibatkan unsur-unsur penting yaitu:
a)    Memicu respon.
b)   Menguatkan peningkatan atau perbaikan yang halus dalam perilaku.
c)    Menyediakan transfer kontrol stimulus dengan secara bertahap menarik petunjuk dan isyarat.
d)   Menjadwalkan penguatan sehingga rasio penguatan dengan respon pelan-pelan meningkat dan penguatan natural dapat mempertahankan perilaku.
Langkah pertama dalam perencanaan pembelajaran untuk membentuk perilaku adalah menspesifikasikan dengan jelas perilaku yang hendak dipelajari. Langkah kedua adalah mengidentifikasi ketermpilan awal dari pemelajar. Langkah ketiga, memprogram mata pelajaran dengan langkah tertata dan cermat dan mengajarkan yang utama terlebih dahulu. Tujuannya adalah memberikan serangkaian penguatan, dibuat bila perlu, untuk perilaku yang makin kompleks atau makin baik.
2)   Mesin pengajaran dan komputer
Mesin pengajaran dirancang untuk memberikan pelajaran berurutan dan kekuatan penguat untuk konsekuensi langsung, artinya ia memberi penguatan hanya untuk respon yang benar. Mesin pengajaran awal memberikan penguatan kontingen untuk jawaban yang benar dalam bentuk: konfirmasi jawaban yang benar, kesempatan untuk menuju materi baru, kesempatan untuk mengoperasikan peralatan.

2.3    Aplikasi dalam Pembelajaran
Banyak program menggunakan prosedur time-out dan biaya respon.time-out adalah periode mengasingkan individu untuk sementara dari latar yang memberikan penguatan. Biaya respon adalah menghilangkan penguat karena perilaku yang salah dan mengahruskan pembayaran denda. Kedua teknik ini menggunakan penghilangan penguat, mereka adalah sebentuk hukuman dan menimbulkan efek samping emosi negatif.
Isu-isu yang penting untuk pendidikan dibahas sebagai perilaku atau sebagai stimuli yang menimbulkan perubahan perilaku. Karakteristik pemelajar adalah perilaku tertentu yang dibawa siswa ke situasi belajar yang mungkin akan mempengaruhi perolehan perilaku baru. Karakteristiknya sebagai berikut.
1)      perbedaan individual yang berasal dari bakat genetik dan sejarah penguatan
2)      kesiapan belajar
3)      motivasi

a.    Proses kognitif dan pengajaran
Tranfer belajar, keterampilan “cara belajar”, dan pemecahan persoalan adalah proses kognitif yang sering menjadi fokus dari pengajaran.

1)   Transfer belajar
Eksperimen Thorndike dan Watson mengindikasikan bahwa tingkat kemiripan antara tugas belajar sebelumnya dan sekarang ikut memberi kontribusi  pada kinerja siswa. contohnya adalah belajar bermain piano, yang dikatakan meningkatkan performa dalam memainkan instrumen lain.
2)   Keterampilan “cara belajar”
Proses yang umumnya disebut sebagai “berfikir” sering diartikan sebagai berperilaku dengan cara tertentu dalam kaitannya dengan stimuli tertentu (Skinner dalam Margaret, 2011 h. 153)
3)   Pemecahan persoalan
Secara formal pemecahan masalah didefinisikan sebagai “setiap perilaku yang, melalui manipulasi variabel-variabel, menyebabkan kemunculan solusi lebih dimungkinkan” (Skinner dalam Margaret, 2011 h. 154) “Kesulitan” suatu masalah bergantung pada adanya respons dalam pengulangan subjek yang memecahkan masalah.

b.   Implikasi untuk asesmen
Terdapat tiga implikasi bagi assesmen kelas yaitu sebagai berikut.
1)   Respon yang dikonstruksi siswa adalah penting untuk menentukan perubahan perilaku.
2)   Konsep pembentukan perilaku dari yang sederhana menuju yang kompleks mengimplikasikan setidaknya penilaian informal dengan umpan balik sebagai kemajuan belajar.
3)   Transfer kontrol stimulus adalah syarat untuk perubahan behavioral.

c.    Konteks Sosial untuk Belajar
Penguat yang membutuhkan mediasi dari orang lain disebut sebagai penguat sosial mencakup positif seperti perhatian, persetujuan dan afeksi dan stimuli aversif dari ketidaksetujuan, hinaan, ejekan dan pelecehan.
Kaitan dengan perspektif lain adalah aplikasi pengkondisian berpenguat untuk prioritas perspektif teoritis yang lain terletak pada implementasi penguatan untuk mengembangkan perilaku yang kompleks. Pengkondisian berpenguat tidak akan mendukung pemberian masalah terbuka atau tugas untuk kelompok anak tanpa adanya pengajaran perilaku yang diperlukan terlebih dahulu.

d.   Mengembangkan Strategi Kelas
Dapat menggunakan teknologi Skinner dengan 3 cara:
1)   Menggunakan stimuli diskriminatif dan penguatan dalam interaksi di kelas secara tepat.
2)   Mengimplementasikan langkah-langkah pembentukan di dalam pengajaran.
3)   Menyusun materi pengajaran yang diindividualisasikan.

e.    Mengembangkan Iklim Kelas yang Positif
Pengaplikasian teknologi yang dikembangkan oleh skinner di kelas dapat menggunakan langkah- langkah sebagai berikut.
1)      Langkah 1: analisis lingkungan sekarang.
2)      Langkah 2: buat daftar penguat positif potensial.
3)      Langkah 3: memilih sekuensi perilaku yang akan diimplementasikan awal di kelas. Masukkan stimuli diskriminatif dan penguat.
4)      Langkah 4: mengimplementasikan sekuensi perilaku, menjaga catatan anecdotal dan membuat perubahan jika diperlukan.

f.     Pemrograman Pengajaran
Program untuk pengembangan perilaku verbal harus didesain untuk membawa siswa dari ketidaktahuan menju kemahiran dalam satu atau lebih keterampilan. Langkah- langkah berikut direkomendasikan dalam mengembangkan respon yang terstruktur.
1)      langkah 1: mengidentifikasi keterampilan akhir yang akan dikuasai dan menganalisis pokok pelajaran yang akan dipelajari
2)      langkah 2: mengembangkan konsekuensi frame awal dan konfirmasi respons
3)      langkah 3: review konsekuensi frame, tata ulang jika perlu
4)      langkah 4: implementasikan pengajaran pada beberapa siswa dan revisi jika perlu.
BAB III
PENDAHULUAN

3.1    Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1)      Prinsip-prinsip pembelajaran menurut Skinner
Belajar adalah perubahan perilaku. Konsep seperti tujuan, niat, dan ekspektansi tidak dibutuhkan untuk menjelaskan perilaku di masa depan.Thorndike mengidentifikasikan tiga komponen penting dari perubahan perilaku. Yakni, (a) kesempatan dimana perilaku terjadi, (b) perilaku itu sendiri, (c) konsekuensi dari perilaku. Skinner mengidentifikasi tiga komponen belajar sebagai stimulus diskriminatif (SD) dan stimulus penguat (Sreinf) dan sekuensi peristiwa belajar adalah (SD)-(R)-(Sreinf).
Stimulus diskriminatif adalah stimulus yang tidak menimbulkan respon. Namun, melalui asosiasi berulang-ulang dengan respon penguat, stimulus diskriminatif ini menjadi petunjuk bagi perilaku. Stimuli diskriminatif juga dibuat oleh individu untuk dirinya sendiri, seperti menyusun daftar dan menulis rencana. Prinsip utama dari penguatan adalah dinamika proses dan faktor yang mempengaruhi penguatan. Terdapat tiga klasifikasi umum penguat, yakni: primer/sekunder, umum/digeneralisasikan dan positif/negatif.
2)      Prinsip Pembelajaran
Keyakinan skinner tentang hakikat sekolah dan belajar di kelas menjadi parameter dari teknologi pengajarannya. Konsep-konsep yang diperkenalkan skinner untuk dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas antara lain: (a) Stimuli diskriminatif (kejadian spesifik yang akan direspon oleh siswa); (b) Kontingensi penguatan; dan (c) Dinamika ruang kelas.
Elemen penting dalam proses pembelajaran adalah stimulus diskriminatif. Stimulus diskriminatif tidak harus berbentuk verbal namun juga nonverbal. Respon yang muncul dari murid harus dikontrol yang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: (1) perilaku diperkuat sendiri, dan (2) perilaku berada dalam kontrol stimuli internal.
Agar perilaku yang diinginkan dapat muncul dan dipertahankan maka penguatan harus dilakukan pada saat yang tepat. Ada 2 tipe penguat yaitu penguat alamiah dan penguat terencana.
Mengembangkan keterampilan yang kompleks melibatkan unsur-unsur penting yaitu: memicu respon, menguatkan peningkatan atau perbaikan yang halus dalam perilaku, menyediakan transfer kontrol stimulus dengan secara bertahap menarik petunjuk dan isyarat, dan menjadwalkan penguatan sehingga rasio penguatan dengan respon pelan-pelan meningkat dan penguatan natural dapat mempertahankan perilaku.
3)      Aplikasi dalam Pembelajaran
Karakteristik pemelajar adalah perilaku tertentu yang dibawa siswa ke situasi belajar yang mungkin akan mempengaruhi perolehan perilaku baru. Karakteristiknya adalah perbedaan individual yang berasal dari bakat genetik dan sejarah penguatan, kesiapan belajar, dan motivasi.
Tranfer belajar, keterampilan “cara belajar”, dan pemecahan persoalan adalah proses kognitif yang sering menjadi fokus dari pengajaran. Terdapat tiga implikasi bagi assesmen kelas yaitu respon yang dikonstruksi siswa adalah penting untuk menentukan perubahan perilaku, konsep pembentukan perilaku dari yang sederhana menuju yang kompleks mengimplikasikan setidaknya penilaian informal dengan umpan balik sebagai kemajuan belajar, dan transfer kontrol stimulus adalah syarat untuk perubahan behavioral.
Dapat menggunakan teknologi Skinner dengan 3 cara yakni menggunakan stimuli diskriminatif dan penguatan dalam interaksi di kelas secara tepat, mengimplementasikan langkah-langkah pembentukan di dalam pengajaran, dan menyusun materi pengajaran yang diindividualisasikan.
Pengaplikasian teknologi yang dikembangkan oleh skinner di kelas dapat menggunakan langkah- langkah sebagai berikut.
Langkah 1: analisis lingkungan sekarang.
Langkah 2: buat daftar penguat positif potensial.
Langkah 3: memilih sekuensi perilaku yang akan diimplementasikan awal di kelas. Masukkan stimuli diskriminatif dan penguat.
Langkah 4: mengimplementasikan sekuensi perilaku, menjaga catatan anecdotal dan membuat perubahan jika diperlukan.
Langkah- langkah berikut direkomendasikan dalam mengembangkan respon yang terstruktur.
langkah 1: mengidentifikasi keterampilan akhir yang akan dikuasai dan menganalisis pokok pelajaran yang akan dipelajari
langkah 2: mengembangkan konsekuensi frame awal dan konfirmasi respons
langkah 3: review konsekuensi frame, tata ulang jika perlu
langkah 4: implementasikan pengajaran pada beberapa siswa dan revisi jika perlu.

3.2    Saran
Dengan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa sebagai calon guru SD diharapkan dapat memberikan penguatan-penguatan dengan tepat agar siswa dapat mengalami perubahan tingkah laku yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar